Penelitian oleh seorang penduduk asli Uttarakhand India telah menunjukkan bahwa latihan “silat lidah” mampu meningkatkan fungsi kognitif. Untuk tesis PhD-nya di Universitas Amity, Noida, India, Deepika Chamoli Shahi melakukan penelitian tentang efek penggunaan mantra Manjushri bagi kecerdasan.
Dalam tradisi Buddhis Mahayana maupun Vajrayana, Manjushri dikenal sebagai seorang bodhisatwa yang dikaitkan dengan kualitas kebijaksanaan Buddha. Di Jawa Tengah, pada abad ke-8, Manjushri adalah salah satu sosok spiritual yang banyak dipuja, terbukti dengan dibangunnya Manjushrighra atau yang kini dikenal sebagai Candi Sewu, candi yang berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan.
Yang diteliti Deepika dalam tesisnya adalah Manjushri dalam versi Buddhis Vajrayana yang berwarna oranye, berwujud pria tampan muda berornamen ningrat, memegang pedang di tangan kanannya. Wujud Manjushri semacam ini di Nusantara salah satunya bisa dilihat pada Prasasti Manjushri yang ditemukan di Candi Jago di Desa/Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, berangka tahun 1265 Śaka (sekitar 25 Januari 1343-14 Maret 1344 M). Saat ini arca Manjushri tersebut tersimpan di Museum Ethnology Berlin, sedangkan duplikatnya tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
Dalam menguraikan mantra Manjushri, Deepika memulai menjelaskan tentang Saraswati, yang telah dipuja sebagai Dewi kebijaksanaan dalam berbagai tradisi spiritual Asia.
Menurutnya, bentuk laki-laki Saraswati adalah Manjushri atau Vakeshwar. Menurut Abhidharma Pitaka (Sanskerta), dan beberapa tulisan suci lainnya, mantra Manjushri “Om Ara Pa Cha Na Dhi” dianggap sebagai suku kata magis. Ini dikenal untuk sarana latihan lidah dan digunakan untuk memurnikan lidah lewat pengulangan terus menerus selama 15 menit setiap hari.
Adalah rutin di biara-biara Buddhis Vajrayana bahwa ketika seorang biksu diterima, jenis “chanting” pertama yang dilakukan olehnya adalah pelafalan mantra Manjushri. Kitab-kitab suci Buddhis kuno telah menyebutkan pentingnya Manjushri dalam meningkatkan berbagai fungsi mental.
Baca juga: Hubungan Mantra Jawa-Bali dan Tiongkok
Untuk penelitiannya, Deepika menggunakan tiga kelompok anak berusia 8-13 tahun. Kelompok pertama terdiri dari siswa sekolah yang meneriakkan “twister lidah” non-spiritual sebagai intervensi, kelompok kedua terdiri dari anak-anak sekolah yang meneriakkan “twister lidah” spiritual tanpa pemahaman sementara kelompok ketiga terdiri dari kelompok bhiksu yang sudah berlatih “twister lidah” spiritual (mantra Manjushri) dengan pemahaman, selama satu tahun.
Percobaan dilakukan di empat ketinggian berbeda: Delhi-NCR (100-169 kaki di atas permukaan laut), Dehradun (1457-2200 kaki), Leh (11.000-12.450 kaki) dan Sachukul Ladakh (14000-17.000 kaki). Deepika memang juga mengaitkan ketinggian terhadap efek penggunaan mantra.
Statistik menunjukkan bahwa fungsi kognitif tingkat tinggi lebih meningkat pada ketinggian tinggi dengan latihan “twister lidah”, dibandingkan dengan di ketinggian lebih rendah.
Juga, “twister lidah” spiritual dengan pemahaman, jauh lebih efektif daripada latihan “twister lidah” spiritual tanpa memahami maknanya.
Selain itu, “twister lidah” non-spiritual juga mampu meningkatkan fungsi kognitif, tetapi lebih rendah efeknya dari twister atau mantra lidah spiritual.
Di Dehradun para siswa menunjukkan lebih banyak peningkatan dalam semua fungsi mental lainnya, kecuali waktu reaksi dan elaborasi dalam kreativitas, dibandingkan dengan anak-anak di Delhi-NCR. Anak-anak dari Delhi-NCR kurang fokus walaupun mereka memiliki banyak informasi.
Berdasarkan penelitian, Deepika Shahi mengatakan bahwa mantra Manjushri adalah “twister lidah” tingkat tinggi yang dapat meningkatkan fungsi mental melalui 15 menit latihan selama 30 hari dibandingkan dengan “twister lidah” lainnya.
Tak heran bila banyak guru besar dari tradisi Buddhisme Mahayana atau Vajrayana menganjurkan praktek Manjushri. Dalai Lama Kelima misalnya, sangat merekomendasikan praktik ini, dan menulis sadhana khusus untuk Manjushri. (Buddhaweekly.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara