Masuknya gerakan Dhammakaya yang berisi beberapa ajaran yang menyimpang dari ajaran pokok Agama Buddha khususnya tradisi Theravāda, sehingga menyebabkan kebingungan umat Buddha, Saṅgha Theravāda Indonesia mengeluarkan pernyataan singkatnya terkait masalah ini.
Komunitas para bhikkhu yang tergabung dalam Saṅgha Theravāda Indonesia (STI) memberikan pernyataan sikapnya mengenai masuknya ajaran Dhammakaya asal Thailand yang mengajarkan beberapa ajaran yang menyimpang dari ajaran pokok Agama Buddha.
Dalam pernyataan singkat STI nomor 045/STI/XI/2013 yang ditandatangani oleh Y. M. Bhikkhu Jotidhammo Mahāthera sebagai Ketua Umum (Saṅghanāyaka), pada Sabtu, 23 November 2013 yang lalu di Bekasi, menyatakan bahwa Saṅgha Theravāda Indonesia tidak ada kerjasama dengan Dharmakaya dalam hal apa pun.
Dengan pernyataan ini STI memberitahukan dan menegaskan kepada masyarakat umum, khususnya umat Buddha di Indonesia bahwa apa pun yang dilakukan, dikerjakan, dan diselenggarakan oleh kelompok gerakan Dhammakaya tidak ada kaitannya dengan Saṅgha Theravāda Indonesia.
Pada dasarnya, Dhammakaya sendiri bukan merupakan sebuah aliran atau sekte tersendiri, tetapi merupakan bagian dari tradisi Mahanikaya, salah satu tradisi Theravāda di Thailand.
Dhammakaya merupakan gerakan komunitas di Wat Phra Dhammakāya, sebuah vihara (wat) di Thailand, yang berdasarkan pada ajaran rahasia “Vijja Dhammakaya” yang diciptakan oleh Phra Monkhol-thep-muni (Soth Chandasaro), mendiang kepala Wat Paknam Bhasicharoen yang mengklaim dirinya sebagai utusan Phra Ton-thād (Buddha Awal/Asli) untuk menghancurkan para Māra. Namun setelah Phra Monkhol-thep-muni meninggal dunia pada 3 Februari 1952, Phra Chaiboon Dhammajayo, pemimpin Wat Phra Dhammakāya, mengklaim dirinyalah yang merupakan titisan (avatar) Phra Ton Thād yang mengutus Phra Monkhol-thep-muni.
Berdasarkan sebuah artikel dalam Journal of Buddhist Ethics Volume 19, 2012 berjudul Ajaran Esoterik dari Wat Phra Dhammakaya (Esoteric Teaching of Wat Phra Dhammakāya) oleh Mano Mettanando Laohavanich yang merupakan mantan seorang bhikkhu (Bhikkhu Mettanando) yang pernah menjadi salah satu pimpinan administrasi di Wat Phra Dhammakāya. Dhammakaya mengklaim bahwa Nibbāna bukan tujuan terakhir dari kehidupan dan hanyalah sebuah alam yang diciptakan oleh Phra Ton Thād. Hal ini berbeda dengan apa yang diajarkan Agama Buddha pada umumnya yang menyatakan bahwa Nibbāna adalah tujuan akhir dan bukanlah suatu alam serta tidak diciptakan oleh siapa pun.
Mettanando menjelaskan dalam artikel tersebut bahwa berbeda dengan anggota aliran-aliran Buddhis lain di Thailand, yang dilatih untuk rendah hati, melepaskan diri dari fenomena masyarakat, dan selalu siap untuk melepas segala penderitaan dan kesakitan dalam hidup, para pengikut Wat Phra Dhammakāya dilatih untuk berbangga akan diri sendiri dan mengorbankan segala sesuatu dalam hidup mereka bagi para pemimpin mereka dan tujuan dari wat (vihara) tersebut.
Dhammakaya secara kasat mata dapat dikenali dengan ritual-ritual mereka yang berskala besar yang terorganisir rapi dan melibatkan massa yang besar dengan konfigurasi-konfigurasi tertentu, mengenakan baju putih bagi umat awamnya dan jubah berwarna oranye bagi jubah bhikkhunya.
Adanya indikasi pengkultusan individu terhadap pimpinan gerakan Dhammakaya, beberapa ajaran yang menyimpang dari ajaran pokok Agama Buddha dan bersifat rahasia, merupakan alasan yang cukup kuat bagi berbagai kalangan umat Buddha di Indonesia untuk mewaspadai pengaruh gerakan ini terutama bagi kalangan muda seperti pelajar dan mahasiswa serta para umat awam pemula. (bhagavant.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara