Kathina Dana di Vihara Mendut, Mungkit, Magelang selalu terasa istimewa. Meskipun dilaksanakan rutin setiap tahun, umat Buddha dari berbagai daerah selalu hadir dengan antusias untuk merayakan hari berdana kepada bhikkhu Sangha ini.
Acara yang dilaksanakan pada Minggu, (8/10) dihadiri oleh puluhan bhikkhu, di antaranya Bhikkhu Sri Pannyavaro, Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Cattamano yang tahun ini genap 20 mengabdi pada Sangha, Bhikkhu Piyadhiro, Bhikkhu Santacitto dan beberapa bhikkhu muda lainya.
Suasana hangat sangat terasa dalam perayaan kali ini. Pelataran Vihara Mendut di semua sisi hampir penuh oleh umat Buddha yang hadir. Kali ini para panitia yang merupakan anggota Magabudhi, upasaka–upasika, dan dhammaduta Vihara Mendut mengenakan pakaian adat Jawa, seragam Pandita Magabudhi dengan ikat kepala.
“Kathina di Mendut selalu dilaksanakan dengan hangat, sehangat persaudaraan kita,” ucap Bhante Pannyavaro melemparkan pujian kepada umat Buddha yang hadir.
Anggota Sangha menerima persembahan dari umat.
Hari Raya Kathina dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian umat Buddha kepada para bhikkhu setelah melakukan massa vassa selama tiga bulan penuh. Dalam tradisi buddhis sejak zaman Buddha Gotama, ditetapkan suatu peraturan pada musim penghujan para bhikkhu harus tinggal dan menetap di suatu tempat/vihara.
Selesai masa itu para umat menunjukkan bakti kepada para bhikkhu dengan mempersembahkan empat kebutuhan pokok (civara) yang salah satunya adalah jubah. Karena itulah hari Kathina biasa disebut sebagai hari berdana.
Bhante Pannyavaro, dalam pesan Dhammanya menguraikan tentang ahara (makanan). Hal ini berbeda dengan perayaan Kathina dana pada umumnya yang membahas tentang dana (persembahan) dan kualitas berdana.
“Pada waktu Guru Agung kita masih hidup ada seorang anak laki-laki yang bernama Sopakha. Sopakha, umurnya baru 7 tahun, tetapi anak Sopaka ini telah mencapai kesucian arahat. Guru Agung kita memberikan Upasampada menahbiskannya menjadi bhikkhu dengan sangat istimewa,” bhante bercerita.
Anggota Sangha sedang memercikkan air suci pada umat.
Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Sopaka adalah arahat meskipun umurnya baru tujuh tahun. Buddha mengajukan 10 pertanyaan kepada anak itu, yang terkenal dengan dasa kumara pannha.
“Saya hanya akan mengambil pertanyaan yang pertama, bukan untuk menguraikan 10 pertanyaan. Buddha bertanya, ekanamaking (apakah yang satu itu)?.
Jawaban sopaka, “Sabbe satta aharatitika” yang artinya semua makhluk didukung oleh makanan. Buddha mengatakan benar. Dalam kalimat yang lebih bebas, semua makhluk butuh makanan. Tetapi, apakah ahara? Ahara adalah unsur yang mendukung keberadaaan makhluk-makhluk, karena kalau tidak ada ahara/makanan tidak mungkin ada makhluk-makhluk”.
Bhante menjelaskan bahwa menurut Dhamma, ada empat jenis makanan. (1). Kabhalingga ahara; makanan fisik, (2). Pasha ahara; makanan kontak panca indra dan pikiran, (3). Makanan mental makanan karena keinginan/kehendak, (4). Vinnyana ahara; Makanan kesadaran.
Ulasan pesan Dhamma Bhante Pannyavaro akan diulas dalam tulisan selanjutnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara