• Thursday, 27 September 2018
  • Ngasiran
  • 0

Kakawin atau sastra tradisi biasanya dikidungkan bersanding dengan alat-alat musik tradisional semisal gamelan, tapi ini tidak. Syair kakawin nan indah bersanding dengan alat-alat musik modern berupa keyboard, gitar, dan bass. Elaborasi sastra kuna berpadu dengan unsur modern tetap mampu meruangkan alunan-alunan nada meditatif yang merasuk kalbu.

Salah satu sajian menarik acara Malam Purnama Centhini, Senin (24/9) adalah hadirnya Astakosala Volk (AV). AV merupakan grup musik new age asal Solo yang mengambil syair dari sastra dan kakawin Jawa kuna menjadi sebuah lagu.

Musikalitas AV bukan hanya soal keindahan musik, mengangkat karya sastra berupa kakawin menjadi sebuah lagu merupakan upaya AV untuk merawat dan mengenalkan kesusastraan Jawa kuna kepada generasi muda.

“Bukan bermaksud untuk menduakan gamelan, ini adalah upaya kami untuk mengenalkan dan merawat peninggalan leluhur kita,” tutur Ayu Gutami yang merupakan vokalis AV.

AV melantunkan lima lagu; Tak Lelo-lelo Ledung, Padhang Bulan, Alamkara, Puteri Cening Ayu, dan Banawa Sekar. Penampilan AV kali ini pun mendapat pujian dari peserta.

Baca juga: Astakosala Volk – Bhanawa Sekar (Konser Mini di Candi Cetho)

Shinta Soemarso misalnya, dia mengungkapkan kekagumannya kepada anak-anak muda yang bisa melihat kekayaan Nusantara. “Saya kagum sekali, kalau kata Mbak Mimi Astuti, jatuh cinta. Buat saya ini luar biasa mendengarkan tembang Jawa dari anak muda. Itu membuat saya langsung ketampar, tapi ketampar yang baik dan syukur bisa ikut menyaksikan pentasnya malam ini. Saya merasa bisa melihat Nusantara di masa depan akan begitu.”

Mbak Shinta berharap Astakosala bisa rekaman sehingga karyanya dapat menginspirasi banyak orang. “Saya berharap Astakosala membuat VCD supaya dapat dinikmati oleh seluruh orang di Nusantara.”

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=niBSYJrJgfI” width=”560″ height=”315″]

 

Pujian juga datang dari Dede Budiarti, salah satu pengasuh Sanggar Anak Alam, Salam, Yogyakarta ini meminta Astakosala tampil di depan anak-anak sanggar. “Tadi selama satu menit pertama saat membuat saya baper (terbawa perasaan). Bapak saya seorang niogo, jadi tembang Jawa sudah sangat mengalir di telinga saya, bahkan melihat gamelan saja ingatan saya langsung ke bapak. Tapi beliau sudah almarhum satu tahun ini, dan tadi… bapak seperti turut hadir dan berdiri di belakang Mbak Gutami (vokalis Astakosala).”

“Saya tadi dibisikin Mbak Mimi dari belakang,” lanjutnya. “Kami punya anak-anak di sanggar alam, sepertinya akan menjadi gayung bersambut idenya Mbak Shinta jika Astakosala mau memperkenalkan napas Astakosala kepada anak-anak sanggar supaya mencintai sastra Jawa dan Nusantara. Menurut saya Astakosala akan menjadi contoh yang sangat luar biasa bagaimana mengolah kakawin Jawa kuna menjadi lagu yang sangat bagus, dan anak-anak pasti akan sangat menyukainya.”

Mbak Dede sebagai salah satu yang hadir dalam acara Malam Purnama Centhini berharap generasi muda semakin terpacu dalam menggali karya sastra Nusantara yang sangat kaya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *