Perayaan Maha Puja Trisuci Waisak 2562 BE/2018 se-Blitar raya yang dihadiri oleh umat Islam, umat Kristen, jajaran petinggi Blitar, dan Bhikkhu Sangha pada Sabtu (10/6) di halaman SDN Boro 3, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Bhante Subbhapanno selaku Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia menyampaikan pesan Dhamma yang singkat, “Setelah Buddha mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuannya, sempurna tindak tanduknya, dan sempurna cara mencapai Nibbana. Dan kemudian mengajarkan Dhamma-Nya kepada dunia dengan cinta kasihnya,” tutur Bhante untuk mengawali ceramahnya.
Buddha, yang saat itu masih sebagai Pangeran Siddharta memiliki cinta kasih yang luar biasa kepada semua makhluk, memilih untuk pergi dari istana dan menjadi petapa, “Tidak mudah meninggalkan kenikmatan dan kesenangan dunianya yang hidup bergelimang harta, takhta, kuasa, dan juga memiliki keluarga yang sangat membahagiakan. Kemudian Pangeran Sidharta meninggalkan itu semua. Setelah melihat di luar istana banyak masyarakat yang hidup menderita, beliau meninggalkan kesenangan yang dia miliki untuk menjadi petapa, yang disebut petapa Siddharta Gotama.”
Ketika menjadi petapa, Siddharta Gotama menyiksa dirinya selama 6 tahun dengan hidup di dalam hutan. Kehidupan yang sangat berbeda ketika sebagai pangeran. Makan seadanya, tubuh berlapis jubah tipis, beratap langit berselimut embun, semua itu jauh dari kemewahan. Tetapi petapa Siddharta Gotama tetap melakukannya untuk mencapai pencerahan sempurna.
“Setelah 6 tahun beliau mencapai Kebuddhaan. Batinnya mencapai pencerahan, mengetahui alam semesta, mengetahui kebenaran yang hakiki.” Setelah mencapai penerangan sempurna itu, Buddha Gotama mengajarkan Dhamma bagi dunia. Selama 45 tahun Buddha mengajarkan Dhamma demi kasih sayang pada umat manusia dan manfaatnya dapat dirasakan hingga saat ini.
“Selama lebih dari 2600 tahun lalu, nama beliau tetap harum atas pengabdian beliau kepada manusia untuk menunjukkan cara mencapai pembebasan. Melalui cara berucap, berpikir, dan bertindak yang baik. Dhamma yang beliau babarkan mengajarkan tentang kebenaran.”
“Pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, konsentrasi benar, dan samadhi benar.” “Bung Karno pada awal sebelum NKRI berdiri, beliau menggali tentang Pancasila. Pancasila digali dari nilai-nilai luhur masa Majapahit, yang akhirnya dijadikan sebagai asas negara. Apa yang sekarang dijadikan pedoman hidup berbangsa dan bernegara, Pancasila sesungguhnya adalah napas berbangsa dan bernegara.”
“Saya melihat kehidupan masyarakat di Desa Boro Kecamatan Selorejo, memang seperti yang saya dengar, bahwa saling mencintai, saling menghormati, dan toleransi yang sangat tinggi. Toleransi antaraumat beragama dan masyarakat sudah menjadi contoh bagi masyarakat luas.
“Semoga dengan kemajuan yang telah dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di negara kita tercinta, etos bisa kita jaga dan pelihara dengan sebaiknya, sehingga kita semua akan bisa memperoleh kehidupan yang penuh kedamaian dan ketenteraman. Apa yang baik itu harus sama-sama kita jaga dan kita pertahankan,” pungkas Bhante.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara