• Friday, 25 August 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Foto : Dhimas Saputra

Dalam upacara pembukaan Festival Lima Gunung yang berlangsung pada Jumat (25/8) di Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Sanghapamokkha Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro menerima penghargaan Lima Gunung Award 2023.

Penghargaan bergengsi ini diberikan kepada Bhante Pannyavaro atas perannya sebagai saksi sejarah peradaban Jawa. Dalam suasana merenungkan perayaan Waisak pada masa lampau, Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto, menyoroti perayaan Waisak yang digelar oleh Bhante Pannyavaro berhasil mendatangkan antusiasme ribuan warga. Sutanto mencatat perbedaan antara perayaan Waisak pada masa lalu yang ramai dengan perayaan saat ini yang dinilai kurang meriah.

“Saya bersaksi, justru ketika Bhikkhu Sri Pannyavaro mulai mengadakan perayaan Waisak, seminggu sebelumnya orang-orang sudah mulai memadati tempat ini, bahkan puluhan ribu orang datang. Namun, sekarang perayaan hanya berlangsung selama dua hari dan kurang diminati, meskipun infrastruktur seperti hotel dan tiket booking tersedia,” ujar Sutanto.

Hal itulah yang mendorong Sutanto untuk memberikan apresiasi kepada Bhante Pannyavaro. Ia juga berharap Komunitas Lima Gunung mau berkunjung ke Bhante Pannyavaro sebagai tanda penghormatan terhadap sejarah peradaban Jawa yang luar biasa, meskipun anggota komunitas tersebut menganut agama Islam.

“Kami memandang Bhante Pannyavaro sebagai saksi hidup peradaban Jawa yang mengagumkan, dan lokasi ini adalah inti dari peradaban Jawa, termasuk Dieng, Ambarawa, dan Borobudur.” Sutanto melanjutkan dengan meminta persetujuan dari semua hadirin bahwa Bhante Pannyavaro layak menerima Lima Gunung Award, dan ucapan ini disambut dengan setuju oleh panitia dan warga yang hadir.

Sementara itu, Bhante Sri Pannyavaro mengaku terhormat atas penghargaan yang diberikan kepadanya. Beliau menyebutkan telah mengenal Komunitas Lima Gunung melalui Mas Tanto, Presiden Komunitas Lima Gunung, yang tinggal dekat dengan Vihara Mendut. Bhante Pannyavaro menyatakan rasa malu jika dia tidak hadir dalam acara tersebut dan mengucapkan terima kasih atas undangan tersebut.

“Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih. Hanya saya agak heran, mengapa award ini diberikan kepada saya. Saya berpikir, kalau Komunitas Lima Gunung ini memberikan award kepada saya, kepada bhikkhu, apa gunanya?”

“Saya malah berpikir, Komunitas Lima Gunung yang sudah menggelar festival selama 22 tahun.  Dulu tidak banyak dikenal, tetapi sekarang sudah mendunia. Tentu award-nya sekarang ini sangat bergengsi. Saya berpikir sebenarnya ada yang lebih perlu dari saya. Kalau peserta-peserta pemilu itu diberikan award oleh Lima Gunung mungkin akan sangat dihargai. Bukan diberikan kepada bhikkhu yang mungkin tidak ada gunanya,” bhante menambahkan. 

Selain Lima Gunung Award, komunitas juga memberikan cinderamata berupa lukisan dan tanda tangan para seniman yang hadir dalam acara tersebut. Cinderamata ini juga simbol pembukaan secara resmi Festival Lima Gunung. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *