
Borobudur adalah mahakarya nenek moyang Bangsa Indonesia 13 abad silam. Di dalam nya terkandung kemegahan arsitek dan relief yang penuh dengan pembelajaran nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Salah satunya adalah musik.
Oleh sebab itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Harian Kompas dan Yayasan Padma Sada Svargantara akan menggelar International Conference bertajuk Sound of Borobudur Music Over Nations pada 24 hingga 25 Juni mendatang.
Tri Utami, musisi senior, satu inisiator Sound of Borobudur menyampaikan konferensi ini adalah rangkaian dari seminar Borobudur Pusat Musik Dunia awal April lalu.
“Setelah 5 tahun kerja keras, akhirnya Sound of Borobudur dilibatkan dalam mensukseskan International Conference akhir Juni besok,” ujar penyanyi yang sering disapa Iie kepada BuddhaZine di kediamannya, Kamis (11/6).
Konferensi akan digelar secara hybrid, offline dari kawasan Candi Borobudur dengan peserta terbatas, dan online melalui zoom. Puluhan musisi, akademisi, dan pemerhati musik bakal turut memeriahkan acara ini. Antaranya: Prof. Emerita Margaret, Adi MS, Tantowi Yahya, Amin Abdullah, dan lain-lain.
“Jadi nanti kita akan lihat Sound of Borobudur dalam posisi strategis sebagai alat diplomasi budaya dan apa faedah atau kebermanfaatan Sound of Borobudur dilihat dari pandangan orang-orang dari luar kepada kita. Kalau berhasil, ini menjadi alternatif destinasi yang intangible. Jadi bentang bunyian Borobudur dan bagaimana nanti impactnya bagi kawasan sebagai destinasi super prioritas,” terang Iie.
“Nah, ini tadi yang saya bilang bahwa dengan musik ternyata kita bisa melintasi satu bangsa dengan bangsa yang lain. Karena musik merupakan alat yang paling cair dan alat yang paling indah untuk berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain walaupun kita secara langsung tidak bisa ngobrol karena bahasanya nggak ngerti. Tapi kalau kita main musik kita ternyata bisa melakukan sebuah kolaborasi yang indah,” lanjut Iie.
Dikutip dari Kompas.com, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf, Rizki Handayani Mustafa mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan internasional lima destinasi super prioritas yang diinisiasi Kemenparekraf dari bulan Juni hingga November 2021.
Rizki Handayani Mustafa juga mengatakan, Sound of Borobudur adalah sumber pengetahuan lewat musik. “Musik merupakan bahasa universal yang menggali nilai-nilai di dalam Candi Borobudur. Dengan musik pula kita mendorong pariwisata berbasis budaya sebagai upaya pelestarian warisan yang berkelanjutan,” ucap Rizki dalam konferensi pers pre-event Sound of Borobudur, Senin (7/6/2021).
Kemudian, ada juga seminar dengan para pakar untuk menggali kolaborasi bersama, mini eksebisi dari 10 UMKM di kawasan Borobudur untuk memamerkan dan menawarkan keunikan, kekhasan, dan produk unggulan lokal.
“Dengan adanya acara International Conference diharapkan bisa kembali membangkitkan daya tarik pariwisata yang ada di kawasan Candi Borobudur,” kata Rizki. Rizki menambahkan, acara ini juga bisa memberikan rasa percaya diri kepada pelaku wisata. Hal itu penting untuk membangkitkan kembali kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE, khususnya di lima destinasi (Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo).