Banyaknya umat yang hadir dalam penutupan Perayaan Waisak Vihara 2559 BE/2015 tidak mampu ditampung oleh Vihara Dharma Giri Kumara, Dusun Delen, Desa Tleter Selasa, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, pada Selasa (30/6/2014). Puja bakti bulan terang tersebut dihadiri sekitar 1500 orang dari berbagai vihara di daerah Temanggung dan Semarang.
“Ini adalah perayaan Waisak yang terakhir di daerah Temanggung dan sekitarnya pada tahun ini,” jelas Kukoh (34), salah satu panitia.
Dengan beralaskan tikar dan beratap langit, puja bakti di alam terbuka ini membuat nilai spiritual semakin terasa. Hening dan sakral, begitu suasana yang terasa ketika paritta-paritta suci dilantunkan dan Waisak Athami Puja dilakukan dalam suasana lampu dimatikan. Hanya lantunan parita suci yang dibacakan oleh bhikkhu Sangha yang terdengar.
Sudianto, seorang pelaku spiritual yang juga guru kunci desa Delen mengatakan, “Orang hidup itu harus bersih, yang artinya kita harus membersihkan hati kita dari sifat iri dan dengki, namun kita hendaknya senantiasa mengembangkan rasa kasih sayang kepada semua makhluk.”
Dalam renungan Waisak, Bhikkhu Khemadhiro mengatakan, “Kelahiran kita sebagai manusia harus kita syukuri. Meskipun kita tidak bisa bertemu dengan Buddha, namun kita dapat belajar Dhamma ajaran Buddha. Oleh sebab itu mari kita laksanakan Dhamma, karena Dhamma melindungi mereka yang melaksanakan.”
Bhante mengajak umat untuk merenungkan perjuangan Buddha dan meneladaninya, “Mari kita terus berjuang untuk meraih cita-cita kita, seperti Siddharta berjuang untuk menjadi Buddha, bahkan perjuanganya tidak hanya satu kali masa kelahiran.”
Ia menambahkan, “Konsep puja bakti malam ini sangat menarik, puja bhakti di alam terbuka dan dilaksanakan pada bulan terang. Di daerah sini juga ada puja bakti ‘selapanan’. Nah puja bakti selapanan bisa dilaksanakan pada bulan terang.”
“Yang istimewa dalam perayaan Waisak kali ini adalah nilai spiritualnya sangat terasa,” jelas Bhikkhu Dhammakaro yang juga hadir. Puja bakti di alam terbuka ini adalah ide darinya.
“Puja bakti di alam terbuka, membuat kita lebih dekat dengan alam. Para pertapa pada zaman dahulu kebanyakan mencapai pencerahan di alam terbuka, bukan di sebuah gedung,” jelasnya.
“Ini adalah konsep puja bakti bulan terang, karena pada saat bulan terang energi bumi dan bulan sangat terasa, dan ke depannya kita akan menjadikan puja bakti bulan terang menjadi kegiatan rutin di masyarakat pedesaan,” pungkasnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara