
Foto: Ngasiran
Wakil Sekjen Presedium Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Wibowo Prasetyo, membuka acara Pembinaan Karakter dan Moderasi Beragama bagi Mahasiswa Buddhis dan Lintas Agama hari ini. Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimas Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia dan akan berlangsung selama empat hari, dari Selasa hingga Rabu (10-13/10), di Atria Hotel, Magelang.
Dalam pidato pembukaannya, Wibowo Prasetyo, yang juga menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Agama Bidang Komunikasi dan Media, menekankan peran generasi muda dalam menentukan masa depan Bangsa Indonesia. “Anda semua, sebagai mahasiswa, akan mengambil alih kepemimpinan dari generasi sebelumnya,” kata Wibowo.
Menurut Wibowo, sejarah Indonesia selalu dipengaruhi oleh anak muda. “Sebagai mahasiswa, Anda harus menyadari bahwa sejarah kita telah ditentukan oleh pemuda, mulai dari Sumpah Pemuda, proklamasi kemerdekaan, hingga era reformasi – semuanya dipengaruhi oleh pemuda,” tegas Wibowo.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Dirjen Agama Buddha Kementerian Agama, Supriyadi, serta Akhmad Fauzin, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama. Turut hadir juga mahasiswa Buddhis dari berbagai perguruan tinggi agama Buddha, mahasiswa dari perguruan tinggi umum, serta perwakilan lintas agama.

Ketua panitia, Sayit, yang juga menjabat sebagai Kasubdit Pendidikan Tinggi Ditjen Bimas Buddha, berharap bahwa acara ini akan mendorong mahasiswa untuk menjalankan peran mereka sebagai generasi penerus bangsa, menjadi agen perubahan, dan mempromosikan moderasi beragama.
Selain itu, pembinaan untuk mahasiswa Buddhis dan mahasiswa lintas agama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan upaya menciptakan mahasiswa yang moderat, edukatif, kreatif, responsif, inovatif, dan berkarakter nasionalis, sesuai dengan tema kegiatan ini.
Melalui peningkatan kualitas tersebut, diharapkan bahwa mahasiswa akan mampu berkontribusi pada perkembangan bangsa Indonesia dan secara bersamaan memperhatikan perkembangan agama yang toleran dan moderat melalui program moderasi beragama.
Dengan demikian, mahasiswa akan dapat merespons isu-isu yang dapat mengancam kerukunan antarumat beragama di Indonesia secara efektif. Sikap ini diharapkan menjadi solusi dalam menghadapi berbagai dinamika zaman, terutama menghadapi isu intoleransi, fanatisme, ekstremisme, dan radikalisme.
“Acara ini diharapkan akan mendorong semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, dan kebersamaan, serta mempromosikan nilai-nilai etika, kejujuran, dan moralitas, serta menambah wawasan kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Sayit.
