
Pabbajja Samanera di Borobudur yang digelar sejak 16 Desember lalu mendapatkan dua penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sekaligus. Pertama, penghargaan atas rekor Pelatihan Pabbajja (Samanera Sementara) Peserta Terbanyak. Kedua, piagam penghargaan atas rekor Kontes Etika dan Moral Internasional Peserta Terbanyak.
“Senang bisa ikut kegiatan ini, bisa mempelajari Dhamma lebih dalam. Kalau tahun depan diadakan lagi, saya mau ikut lagi. Semoga kedepannya program ini berlanjut dan bisa lebih maju dalam Buddha Dhamma,” ungkap Adika Pratama (21), peserta dari STABN Raden Wijaya Wonogiri semester satu Ilmu Komunikasi asal Lombok, usai mengikuti latihan Pabbajja Samanera.
Setelah sepuluh hari menjalani kehidupan kebhikkhuan, ratusan samanera mengikuti upacara penutupan kegiatan di pelataran Candi Borobudur, Senin (26/12). Sesi penutupan menjadi puncak seluruh rangkaian kegiatan Pabbajja Samanera yang diselenggarakan oleh Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) sejak 16 Desember lalu. Salah satu upacara inti dalam acara ini adalah pelepasan jubah peserta latihan, sebagai tanda kembalinya para samanera untuk menjalani kehidupan sebagai umat awam.
Fatmawati, Ketua Panitia, menyampaikan bahwa kegiatan yang sama akan kembali dihelat di tahun-tahun depan, dengan tujuan untuk mengisi liburan akhir tahun. Hal ini karena melihat antusias para peserta pada penyelenggaraan yang pertama kali ini.
“Tahun-tahun depan rencana akan diadakan kembali kegiatan serupa, waktunya sama di akhir tahun untuk mengisi liburan sekolah. Kami menargetkan semua mahasiswa, pelajar, agar mereka bisa mengisi liburannya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat,” katanya.
Turut hadir dalam acara, Dirjen Bimas Buddha RI, Supriyadi yang menyampaikan terima kasih dan apresiasinya atas penyelenggaraan kegiatan Pabbajja Samanera di Candi Borobudur.
“Kami ucapkan terima kasih, atas penyelenggaraan Pabbajja Samanera ini. Bahkan ini untuk yang pertama kali diikuti oleh 500 peserta. Kami juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia yang turut mensukseskan dan turut mewujudkan nota kesepakatan 4 menteri 2 gubernur dalam rangka pemanfaatan Candi Borobudur sebagai pusat ziarah, wisata religi Agama Buddha dan sekaligus kunjungan wisata,” jelasnya.
Supriyadi juga memberikan dukungan untuk keberlanjutan pelatihan di tahun-tahun mendatang. “Kami berharap program pelatihan Pabbajja Samanera ini dapat terus dikembangkan di tahun-tahun depan. Kami memberikan support 100% atas penyelenggaraan Pabbajja Samanera ke depan,” imbuhnya.
Pelatihan Pabbajja Samanera yang pertama kali digelar di Candi Borobudur ini menghadirkan kesan tersendiri bagi para peserta latihan, mengingat selama ini pelatihan Pabbajja Samanera biasa dilakukan di vihara-vihara. Fatmawati mengungkapkan bahkan banyak peserta latihan yang meminta untuk melanjutkan menjadi samanera tetap.
“Banyak sekali peserta yang minta kepada para bhikkhu Sangha ketika sesi tanya jawab dan sesi konseling, mereka meminta agar bisa melanjutkan menjadi samanera tetap. Tetapi untuk melanjutkan menjadi samanera tetap, ada peraturan tata tertib yang harus mereka taat pada tahap-tahap lanjutan,” ungkapnya.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh dua peserta asal Tangerang, yang merasa senang dan terkesan bisa mengikuti pelatihan ini. “Saya bahagia dan senang bisa menjadi samanera di sini, tambah punya pengalaman jadi samanera,” ungkap Yoga Saputra (15) peserta asal Tangerang ,siswa Kelas 1 SMA di Perguruan Budi Tangerang.
Demikian halnya dengan Marvelio Pangestu (14), peserta asal Karawaci, Tangerang. “Kegiatan ini menyenangkan, dapat pengalaman bisa naik ke Candi Borobudur. Banyak belajar meditasi dengan berbagai teknik, dan ini unik bagi saya. Biarpun dalam keadaan hujan tapi tetap bisa belajar meditasi dan masih bisa fokus,” katanya. [MM]






