
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-17 secara resmi dibuka di Rumah Budaya, Jalan Ketandan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Jumat (11/2) petang. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya sempat mengutip ajaran Buddha terkait anicca atau ketidakkekalan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menuturkan, tahun baru Imlek 2022 menjadi pembuka periode masa yang terwakili oleh simbol Macan Air bermakna nilai-nilai perubahan. Macan mewakili nilai-nilai keberanian dan kekuatan, serta unsur air mewakili unsur jernih pikir, kepekaan, kreativitas, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
“Perubahan adalah perihal yang sejati dan hakiki. Selayaknya falsafah anicca yang dituturkan Buddha, bahwa segala sesuatu yang terbentuk dari multi unsur pasti akan mengalami perubahan.
“Demikian juga Herakleitos, seorang filsuf Yunani menyatakan bahwa tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat permanen,” kata Sultan dalam sambutannya secara daring.
“Perubahan juga menjadi pitutur dalam ajaran Jawa, yang tersemat dalam paribasan Kombak Kombuling Kahanan, Mobah Mungkreting Donya,” imbuhnya.
Ia mengatakan ketiga ungkapan tersebut menjadi hal yang menuntut seluruh masyarakat agar jernih menghadapi berbagai perubahan. Butuh kearifan dan konstruksi pemikiran positif dalam menyikapi, supaya perubahan dapat ditransformasi, sehingga memberikan manfaat bagi umat manusia.
“Menjadi tugas kita bersama untuk untuk melihat dan mengekspos krisis melalui kacamata optimisme, dan sebagai upaya memunculkan berbagai peluang baru.
“Saya percaya, warga Tionghoa bersama segenap masyarakat DIY, dapat berperan aktif, dalam upaya melepaskan diri dari krisis, dan bersama-sama memulihkan sektor sosial kemasyarakatan dan ekonomi,” harapnya.
Ketua Panitia PBTY 2022 Antonius Simon menjelaskan pelaksanaan PBTY ke-17 digelar 11-15 Februari 2022, melalui kolaborasi dengan Pemda DIY dan Pemkot Jogja. PBTY 2022 mengambil tema Lestarikan Budayaku, Mewangi Negeriku digelar dengan prokes ketat dan lebih banyak secara daring.
“PBTY digelar menerapkan prokes ketat sesuai aturan. Semua panitia telah mengikuti swab antigen serta jaga jarak dan memakai masker. Pelaksanaan PBTY diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam hal hiburan wisata dan budaya,” katanya.
Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) Tandean Harry Setyo Subagyo menambahkan, keberadaan PBTY menjadi kebanggaan tersendiri dalam upaya melestarikan budaya Tionghoa. Ia mengapresiasi berbagai pihak terutama pemerintah yang mendukung terselenggaranya PBTY.
“Tema ini dibentuk sebagai wujud upaya pengembangan budaya, kita percaya bahwa bangsa yang mempertahankan budaya akan menjadi lebih baik. Diharapkan PBTY 2022 ini kita terus dapat mengingat identitas bangsa Indonesia lewat keberagaman yang unik serta persaudaraan yang kuat,” ujarnya.