• Monday, 24 April 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Buddhist Fellowship Indonesia dan Pintu Belajar menggelar sharing Dhamma secara virtual pada, Selasa (18/4). Acara ini disiarkan melalui channel YouTube Buddhist Fellowship Indonesia. Edisi kali ini menghadirkan Bhikkhu Chekanyana sebagai narasumber dengan pokok bahasan “Tips Menjadi Orang Tua Yang Baik dan Bijaksana”  dipandu Haryadi Herdian.

Buddhist Fellowship Indonesia dan program charity Pintu Belajar didirikan oleh Ibu Lilian Halim. Hingga saat ini, Pintu Belajar  telah memberikan beasiswa kepada ratusan anak-anak Indonesia. Para penerima beasiswa umumnya berasal dari kalangan prasejahtera, mulai dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, hingga tingkat universitas dengan jenjang pendidikan S1 sampai S3.

President of Buddhist Fellowship Indonesia, Lenie Choe menyampaikan bahwa sudah puluhan anak asuh Pintu Belajar yang sudah lulus sarjana. Ia berharap kedepan bisa membantu lebih banyak lagi anak-anak Indonesia untuk mendapat akses pendidikan yang lebih baik.

“Terima kasih kepada Ibu Lilian Halim (Founder dari BFI dan Pintu Belajar) dan para donatur lainnya yang telah mendukung program ini. Semoga ke depan Pintu Belajar bisa membantu lebih banyak lagi anak-anak di Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi dan bisa membantu kesejahteraan keluarga serta bermanfaat bagi masyarakat,  bangsa, dan negara Indonesia”, tutur Lenie Choe

Tentang Bhikkhu Chekanyana

Bhikkhu Chekanyana giat mempelajari Dhamma sejak masih menjadi umat perumah tangga dan sangat terkesan dengan kebaikan Buddha. Pada usia 52 tahun,  memutuskan untuk ditahbiskan sebagai seorang Bhikkhu di Vihara Kywetahnyinn Cittalapabbata, Myanmar pada tahun 2019 dengan dihadiri oleh 35 orang Bhante. Bhante juga pernah menetap di salah satu Vihara hutan, selama 2 tahun, kemudian kembali ke Indonesia dan belajar kepada guru vinaya di tahun ketiga, kemudian di tahun keempat belajar tentang sutta secara otodidak. 

Bhante juga menaruh perhatian pada kerukunan Buddhis dari berbagai tradisi dan bergembira dengan adanya sarana pendidikan Buddhis yang mendapat perhatian dari para umat. Beliau saat ini berdomisili di Vihara Hutan Nekkhamma Forest Meditation Centre di Sodong, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Tips Menjadi Orang Tua Yang Baik dan Bijaksana

Mengawali pemaparannya bhante mengisahkan ketika Sang Buddha memberikan nasehat kepada seorang perumah tangga bernama Sigalaka, tertuang dalam Sigalaka Sutta (Sigalovadha Sutta) kitab Digha Nikaya Sutta nomor 31. Dalam sutta inilah tertuang ajaran bagi umat perumah tangga agar mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

“Dalam Sigalaka Sutta Sang Buddha mengajarkan para umat perumah tangga untuk menghindari perbuatan membunuh makhluk hidup, menghindari perbuatan mencuri, menghindari perbuatan seksual yang salah, menghindari perbuatan kebohongan. Sekaligus menganjurkan untuk menghindari perbuatan-perbuatan buruk yang dilandasi oleh empat motif buruk misalnya keserakahan, kebencian, ketidaktahuan, dan ketakutan,” bhante mengawali.  

Bhante melanjutkan dengan menerangkan ajaran Sang Buddha yang menjelaskan enam cara hidup yang dapat menyebabkan kerugian drastis para perumah tangga yaitu kebiasaan minum minuman keras, suka berkeliaran di waktu yang salah, mencari-cari tempat hiburan, kegemaran berjudi, berteman dengan orang-orang yang tidak baik, dan bermalas-malasan. Secara lengkap dalam Sigalaka Sutta juga diajarkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan.

Berdasarkan pada ajaran-ajaran dalam Sigalaka Sutta, bhante menjelaskan tips-tips menjadi orang tua yang baik dan bijaksana. Untuk menjadi orang tua yang baik hendaknya seseorang terlebih dahulu berusaha menjadi anak-anak yang baik.  

“Untuk menjadi orang tua yang baik dan bijaksana, pertama kita harus menjadi anak yang baik dan bijaksana terlebih dahulu terhadap orang tua kita. Kita berbakti, banyak melakukan kebaikan terhadap orang tua, menyokong kehidupan orang tua ketika sudah tidak mampu mencari penghidupan, melakukan pekerjaan orang tua kita. Kalau kita kaya jangan biarkan orang tua kita dalam kekurangan, ketika kita mempunyai hasil kita harus utamakan orang tua.” 

Ketika sudah menjadi anak yang baik, maka ketika menjadi orang tua kita bisa memberikan nasehat serta contoh menjadi anak yang baik. Namun demikian masih banyak orang tua yang karena kurang memahami ajaran Sang Buddha memperlakukan anak-anaknya kurang baik sehingga sering terjadi ketidakharmonisan antara anak dan orang tua.

“Hal ini terjadi karena kurangnya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Ketika orang tua memberikan nasehat terkadang anak menjadi salah paham karena cara menyampaikan yang kurang tepat.Biasanya ini terjadi pada orang tua karena ego yang muncul pada orang tua,” jelas bhante.

Lebih jauh bhante menjelaskan bahwa untuk bisa menjadi baik dan bijaksana, orang tua harus lebih banyak belajar Dhamma dan mempraktekkannya dalam mendidik anak. Sang Buddha telah mengajarkan di antaranya melatih sila dan meditasi. Dengan sering melatih sila dan meditasi, para orang tua bisa mengikis ego sehingga lebih terkendali baik dalam ucapan dan perbuatannya kepada anak. Dengan demikian orang tua bisa memberikan perhatian yang cukup kepada anak ketika menjalin komunikasi. 

“Ketika menghadapi anak-anak, kita kosongkan telinga dan perhatian. Ketika berdua dengan anak perhatian kita harus penuh ditujukan kepada anak, apa pun yang dia katakan kita harus mendengar dengan cermat. Dengan demikian kita lebih bisa memahami apa yang sedang dialami oleh anak.”

Bhante menerangkan, anak-anak di jaman sekarang lebih butuh tempat dan waktu untuk bercerita dan mencurahkan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan memberikan kenyamanan bagi anak untuk mau bercerita. 

“Orang tua jangan menjadi monster yang menakutkan bagi anak-anaknya. Jangan menjadi mesin nasehat, tetapi jadilah pendengar yang baik.”

Terlebih bagi anak-anak yang menjelang remaja, bhante melanjutkan, anak-anak usia SMP adalah masa dimana anak mulai bisa mengenali masalah dalam hidupnya. Ketika mereka tidak ada ruang untuk curhat kepada orang tua, mereka cenderung akan lebih mempercayai temannya. 

“Bagi para orang tua yang anaknya sudah masuk usia SMP, jadilah teman bagi mereka, dengarkan ketika anak bicara, buatlah anak mau bercerita tentang masalah-masalahnya,” bhante menegaskan. 

Tips selanjutnya yang bhante bagikan adalah menghindari kebiasaan mengkritik, menyalahkan dan memarahi anak. Hal ini menurut bhante akan menjadi benteng penghalang bagi anak untuk mau terbuka terhadap orang tua. Sikap ini menjadi pemicu komunikasi yang tidak baik antara orang tua dan anak. 

“Untuk membuat anak mau bercerita jangan sampai kita terkesan menjadi monster yang menakutkan bagi anak-anak kita. Kadang ada orang tua yang anaknya baru bicara satu kata  langsung membalas dengan puluhan kata bahkan memarahi, mengkritik, dan menyalahkan. Ini menghalangi anak untuk berbicara.”

Kebiasaan buruk orang tua memarahi anak menurut bhante disebabkan oleh pemikiran-pemikiran orang tua yang didasari oleh ego. Merasa sudah berbuat jasa dalam membesarkan anak, kebanyakan orang tua berpikir bahwa anak harus menuruti orang tua. 

“Ini karena orang tua masih dipenuhi dengan ego, pikiran-pikiran seperti, “saya sudah mencari nafkah dengan susah payah, jadi harus dihormati”  atau “saya sudah menyekolahkan anak-anak, jadi mereka harus menghormati saya, harus menuruti saya,” dan pemikiran semacam lainnya. Ini adalah kebiasaan lama orang tua dulu, dan dijaman sekarang sudah seharusnya diubah.”

Bhante menjelaskan lebih dalam, bahwa bagaimanapun orang tua pasti mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua pasti mendoakan anak-anaknya tumbuh dengan bahagia dan berhasil dalam kehidupannya. Hanya saja kadang-kadang dalam komunikasi dan penyampaian nasehat justru membuat anak menjadi tidak nyaman dan akhirnya mengalami kesusahan untuk bercerita kepada orang tuanya. Kadang juga anak menjadi salah paham kepada orang tua.

“Maka dari itu jadilah pendengar yang baik bagi anak-anak, hindari kebiasaan marah, mengkritik, dan menyalahkan anak, serta melatih diri dalam sila dan meditasi sesuai ajaran Sang Buddha supaya bisa mengendalikan diri.”

“Jadi sebenarnya ajaran Buddha ini adalah obat bagi semuanya, obat agar hidup menjadi bahagia, menjadi sejahtera. Ajaran Buddha ini adalah resep kebahagiaan.Tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas bhante.

Seusai penjelasan bhante, acara dilanjutkan dengan pemutaran video aktivitas anak-anak asuh Pintu Belajar dan ditutup dengan sesi tanya jawab. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *