• Friday, 24 November 2023
  • Ngasiran
  • 0

Oleh: Efi Latifa

Foto: Ngasiran

Suasana meriah menghiasi pembukaan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2023 di Malang pada Kamis (23/11), yang ditandai dengan alunan gamelan memainkan lagu “Indonesia Pusaka.” Keistimewaan acara ini terpancar melalui persembahan gamelan yang memukau dari anak-anak Sekolah Minggu Buddha Jawasanyata, Vihara Paramita, Masyarakat Tengger, Desa Ngadas, di Lereng Gunung Bromo.

Mistono, Kepala Vihara Paramita yang juga sebagai pengasuh kelompok gamelan, menyampaikan niat tulus untuk melestarikan warisan leluhur melalui musik tradisional, khususnya gamelan. “Jika kita melihat para pemain gamelan saat ini, rata-rata berusia 50 tahun ke atas. Kami yakin bahwa jika tidak dilestarikan melalui anak-anak Sekolah Minggu Buddha ini, tradisi ini akan punah. Anak-anak kami masih dalam tahap pembelajaran selama 10 bulan,” ujar Mistono dengan penuh semangat.

Keistimewaan lain gelaran BWCF ini adalah untuk pertama kalinya acara ini tidak dihelat di Kawasan Borobudur, tetapi di Malang. “Tahun ini kami ingin memperingati setahun wafatnya Ibu Edi Sedyawati,” terang kurator acara Romo Mudji Sutrisno.

Pemilihan Malang sebagai lokasi BWCF terkait erat dengan disertasi Ibu Edi yang berjudul “Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Sinhasari (Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian),” yang menggali sejarah seni Ganesha pada masa Kadiri dan Sinhasari. Topik-topik yang diangkat di BWCF sesuai dengan minat kajian Ibu Edi, termasuk kepercayaan Siwa Buddha di era Majapahit.

Sebagai penghormatan atas dedikasi dan kontribusi Ibu Edi Sedyawati, BWCF memberikan penghargaan Sanghayang Kamahayanikan Award kepada Prof. Dr. Edi Sedyawati. Penyerahan penghargaan ini dilakukan oleh Penasihat BWCF, Bhante Ditthisampanno Thera, bersama dengan Dr. Supratikno Rahardjo dari Perhimpunan Ahli Arkeologi Indonesia.

Borobudur Writers and Cultural Festival 2023 tidak hanya menjadi perayaan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi wadah bagi transmisi tradisi seni antargenerasi, memastikan bahwa harmoni gamelan tetap bergema untuk generasi yang akan datang. Seiring berjalannya festival di Malang, ia berjanji menjadi tempat eksplorasi budaya dan dialog intelektual, mencerminkan semangat warisan abadi Ibu Edi Sedyawati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *