
Umat Buddha Vihara Dhammasarana, Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung bisa merasa lega dan bangga. Pasalnya, setelah puluhan tahun tidak mengadakan peringatan Waisak, tahun ini bisa mengadakan Dharmasanti Waisak dengan meriah.
Semangat umat Buddha dalam menjalankan kegiatan vihara belakangan memang meningkat sangat signifikan. Dusun Krecek yang penduduknya semua beragama Buddha ini melaksanakan berbagai kegiatan puja bakti. Setiap malam Minggu ada puja bakti yang oleh orang Krecek disebut puja bakti Minggon (puja bakti anjangsana dari rumah ke rumah umat), malam Senin dan malam puja bakti anjangsana tingkat Rukun Tetangga, malam Jumat puja bakti Wandani di vihara, dan setiap hari Rabu Pahing puja bakti Selapanan di vihara.
Puncak dari semua aktivitas puja bakti ini terlihat pada program Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) jelang Waisak. Satu bulan penuh, umat Buddha Vihara Dhammasarana melaksanakan puja bakti di vihara dengan kompak. Meskipun begitu, aktivitas puja bakti rutin seperti Minggon, Rukun Tetangga dan Selapanan pun tetap berjalan.
Bangkitnya semangat umat Buddha ini yang membuat mantap semua pengurus vihara untuk mengadakan Dharmasanti Waisak. “Vihara kita sudah sangat lama tidak melaksanakan peringatan Waisak, kalau tidak salah, terakhir melaksanakan pada tahun 2006. Sudah 11 tahun yang lalu. Bagaimana kalau tahun ini kita melaksanakan peringatan Waisak?” tanya Ruwanto, ketua vihara dalam anjangsana Minggon sebelum Waisak. Ide ini pun disambut dengan baik oleh seluruh umat hingga menentukan tanggal 15 Mei 2017 untuk dijadikan hari acara.
Senin (15/5) pagi hari, setelah semua persiapan selesai, seluruh umat Buddha bersih diri kemudian mengikuti fangshen (pelepasan ikan) di Curug Krecek, sebuah tempat wisata desa. Selesai fangshen, para bhikkhu dan samanera yang berjumlah delapan orang mengadakan pindapata keliling desa. “Fangshen atau pelepasan ikan ini adalah wujud cinta kasih kami, umat Buddha, kepada semua makhluk,” ucap Bhikkhu Dhammakaro.
Selesai makan siang, acara baru dimulai dengan prosesi persembahan puja. Barisan pembawa sarana puja (dupa, lilin, air, bunga, dan buah) diikuti oleh anggota Sangha dengan membawa dupa dan bunga sedap malam berjalan dari jalan desa menuju vihara. Dengan diiringi lagu Tisarana, ribuan umat Buddha dari seluruh Temanggung dan sekitar beranjali sebagai bentuk penghormatan. Prosesi ini sekaligus menuntun dan mengkondisikan umat menuju ritual puja bakti Waisak.
Masih dengan tema besar Waisak 2561 BE/2017 yaitu “Cinta Kasih Penjaga Kebhinnekaan”, Bhante Dhammakaro mengajak seluruh masyarakat Buddhis Temanggung untuk terus mengembangkan cinta kasih. “Kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan dapat tercipta bila setiap manusia mengembangkan pikiran cinta kasih. Oleh karena itu, saya mengajak umat Buddha di pedesaan untuk selalu mengembangkan cinta kasih sehingga naluri pirukun tetapi terjaga di Temanggung ini,” ajak Bhante.
Sementara itu, Kepala Desa Getas, Dwi Yanto juga menegaskan tentang pentingnya menghargai kebhinnekaan, “Di Kelurahan Getas ini, semua agama ada. Itulah indahnya, itulah kebhinnekaan yang harus tetap kita jaga dan kita jadikan sebagai pemersatu. Karena pada dasarnya perbedaan itu indah.”
Merasa puas dengan upacara Waisak kali ini, umat Buddha Vihara Dhammasarana semakin semangat dalam menjalankan puja bakti. Ini terlihat dari aktivitas vihara yang tetap menjalankan puja bakti setiap sore meskipun SPD sudah lewat. “Tahun depan kita buat peringatan Waisak lagi ya,” ucap ibu-ibu dalam acara puja bakti tersebut.