• Monday, 10 December 2012
  • 0

Untuk memperingati Hari Ibu, 22 Desember 2012, Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda, Pulo Gebang, Jakarta Timur mengadakan dialog tentang kesetaraan gender. Dialog ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Bhiksuni Bhadra Carya dan seorang Teolog Feminis Intan Darmawati. Dialog ini dimoderatori oleh Jo Priastana, akademisi dan penulis buku yang sering menyuarakan isu feminisme.

Dialog terbagi dalam tiga sesi. Intan Darmawati yang menjadi pembicara pertama berbicara tentang keadilan gender. Ia telah banyak mengikuti workshop dan pelatihan tentang keadilan gender. Intan memulai dengan memberikan kesempatan kepada peserta dialog untuk memberikan pendapat tentang kesetaraan gender. Seorang mahasiswa dari STAB Dharma Widya mengatakan bahwa masing-masing individu memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga sebenarnya semuanya sudah setara.

Kemudian Fajar dari STAB Nalanda menyampaikan adanya ketimpangan perlakukan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh Fajar memberikan gambaran tentang stereotipe masyarakat terhadap perempuan yang berpakaian seksi, biasanya dianggap perempuan yang tidak benar atau berperilaku negatif. Sedangkan hal sebaliknya berlaku bagi laki-laki, tidak pernah bermasalah dengan cara berpakaiannya, meskipun setengah telanjang di area umum.

Selanjutnya Kirmi, alumni STAB Syailendra menyatakan masyarakat secara umum sudah latah mengatakan pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab perempuan, sehingga apabila ada perempuan yang tidak bersemangat mengerjakan pekerjaan rumah tangga akan dicap sebagai perempuan malas dan berbagai label negatif lainnya. Menurutnya, dengan adanya kesetaraan gender atau keadilan gender maka perempuan tidak lagi harus menanggung label negatif tersebut.

Intan Darmawati menjelaskan bahwa gender sebenarnya merupakan kontruksi yang dibuat oleh masyarakat. Sebagai contoh adalah sejak anak lahir apabila laki-laki akan dipersiapkan mainan yang mengarah pada pengembangan motoriknya, sebaliknya jika yang lahir perempuan biasanya akan diberi mainan seperti boneka. Sehingga terbentuknya sifat yang lembut atau rasional sebenarnya dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, bukan karena kodrat atas laki-laki atau perempuan.

Maka yang membedakan antara perempuan dan laki-laki sesungguhnya adalah jenis kelaminnya, bukan sifat-sifat atau perilakunya. Seperti halnya yang berkaitan dengan etika, dimana terdapat rancangan peraturan daerah yang membatasi ruang gerak perempuan, misalnya perempuan dilarang keluar melewati batas waktu tertentu tanpa pendamping orang terdekat. Mengapa peraturan tersebut hanya mengatur pembatasan terhadap perempuan, mengapa tidak dirumuskan untuk pelaku kejahatannya, karena kejahatan terhadap perempuan tidak jarang dilakukan oleh orang dekat, seperti saudara, suami, ataupun istri. Maka rancangan peraturan tersebut tidak efektif dan membatasi ruang gerak perempuan.

Sesi kedua, Bhiksuni Bhadra Carya menyampaikan tentang etika dan etiket untuk mendukung tercapainya kesetaraan gender. Menurutnya, sebagai landasan dalam Buddhis, etika dan etiket yang harus dijalankan oleh umat awam adalah Pancasila Buddhis. Apabila sila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan sangat membantu seseorang tentunya bagi kaum perempuan untuk menjadi manusia yang bermartabat dan berguna bagi kehidupan ini.

Sebagai kesimpulan, Intan Darmawati menyampaikan bahwa peraturan merupakan sebuah alat, sehingga sebuah peraturan dapat diubah apabila peraturan tersebut memberikan dampak negatif atau merugikan. Sehingga nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya. Sebagai penutup, Jo Priastana mengajak kita agar membongkar ideologi patriarki yang mengistimewakan kedudukan kaum laki-laki.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *