• Friday, 12 May 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Sejarah Nusantara mencatat, pada kisaran abad ke-7 Masehi, perkembangan Buddha Dharma pernah mengalami masa keemasan di era Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Pulau Sumatera.

Masa kejayaan ini berlangsung hingga akhir era Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada sekitar tahun 1400 Masehi. Setelah itu, Buddha Dharma perlahan mulai surut dan bahkan seperti hilang ditelan bumi.

500 tahun kemudian, pada tahun 1900-an, eksistensi Buddha Dhamma kembali muncul pada masa Kolonial.

Sebagai simbol bahwa di Bhumi Sriwijaya tempo dulu pernah menjadi pusat peradaban Buddha Dharma, Pasamuan Buddha Jawi Lampung membangun Candi Patirtan dan Sanggar Pamujan Buddha Jawi yang berlokasi di Dusun Umbul Pugung, Desa Tri Tunggal, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur.

Peletakan batu pertama dilakukan pada saat tahun baru Jawa Caka 1944/2022, yaitu Kamis (3/5/2022), dan dihadiri oleh para Sulinggih Kabhodhan dari Bali.

Budhi Kumara, Pangarso sekaligus sesepuh Buddha Jawi, menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan sudah dilakukan sejak tahun 2021. Budhi berharap dengan pembangunan sanggar ini, Buddha Dharma kembali berjaya di Nusantara.

“Perencanaannya sendiri sudah dilakukan sejak dua tahun lalu, yaitu tahun 2021, dan nantinya sanggar ini akan dimanfaatkan untuk kegiatan puja bakti, praktek samadhi/meditasi, dan juga untuk pembelajaran Dharma. Secara Niskala, dalam pembangunan ini kita menghormati kembali sesepuh Dharma agar Dharma kembali berjaya di Prasadha Nusantara,” terang Budhi kepada BuddhaZine pada Rabu (10/5).

Pembangunan sanggar diprakarsai oleh Mendiang Rama Anton Susilo dan Rama Bodhi Kumara beserta para sesepuh Buddha Jawi di Lampung. Dalam prosesnya, dilaksanakan secara gotong-royong yang melibatkan pasamuan 9 vihara di Lampung Timur dan 1 vihara dari Lampung Tengah. Saat ini baru mencapai 20% terselesaikan dari target keseluruhan rencana pembangunan.

Pendanaan pembangunan ini didukung oleh para donatur dari berbagai daerah, antara lain Suhu Riki/Vihara Amurwa Bhumi Graha (Rp. 25.000.000), Yani Lim (Rp. 19.037.595), Julianto Sutandang (Rp. 15.000.000), Adin Saputra (Rp. 5.000.000), dan Perbudhi (Rp. 1.700.000).

Budhi menambahkan bahwa bangunan sanggar akan dilengkapi dengan Stupa Mandala, Padma Sana Ring Tigo/Tri Ratna, Taksu/Pemujan Leluhur, dan Nglurah/Dharma Pala di bagian dalam sanggar. Sedangkan bagian senternya, Pamujan, dibuat menyerupai konsep Candi Mendut, di mana bagian tengahnya akan ditempati oleh rupang Sri Wairocana Buddha, sementara rupang Sri Lokesvara dan Sri Bajrapani akan ditempatkan di samping kanan dan kiri. Ketiga rupang ini merupakan manifestasi Tri Ratna Sambhodana.

“Di depan sanggar akan ada Arca Eyang Semar, dan di bawah tangga akan ada Dharmapala Mapatih Gajah Mada dari Majapahit dan Adityawarman dari Srivijaya,” tambah Budhi.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *