• Thursday, 10 June 2021
  • Surahman Ana
  • 0

Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) untuk memperingati Hari Raya Waisak 2565 / 2021 secara sederhana di Candi Sewu, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Rabu (26/05). Rangkaian acara Waisak dengan tema “Eling dan Waspada Membangun Kepedulian Sosial” ini digelar selama 15 jam nonstop yang dibagi dalam dua sesi.

Sesi Dharmasanti Waisak dimulai dari pukul 14.30 – 16.30 WIB yang diisi berbagai tampilan talkshow, video pendek perayaan Waisak di beberapa daerah, serta tampilan beberapa pentas seni. Sesi kedua adalah pujabhakti detik-detik Waisak dimulai pukul 16.30-19.30 WIB yang dihadiri oleh beberapa bhikkhu Sangha dan beberapa umat. Semua yang hadir telah melakukan swab antigen serta diwajibkan untuk mematuhi prokes. Acara ini juga disiarkan secara langsung di chanel Youtube Buddhayana Tv.

Prosesi sederhana menuju altar utama yang terletak di pelataran candi menjadi pembuka sesi kedua untuk kemudian dilanjutkan dengan pensakralan altar serta penyalaan pelita oleh bhikkhu Sangha. Acara berlanjut dengan pujabhakti yang dipimpin oleh Romo Sukisno, sementara pesan Dhamma disampaikan oleh Ketua Umum Sangha Indonesia (SAGIN), Bhante Khemacaro.

Doa untuk Bangsa Indonesia pun disampaikan oleh bhikkhu Khemacaro dengan membacakan paritta Manggala diawali dengan Aradhana Devata. Bhante mengajak umat untuk bersama-sama turut berdoa bagi keselamatan dan kebahagiaan NKRI.

“Pada kali ini dengan dipimpin oleh para bhikkhu Sangha kita bersama-sama berdoa untuk kebahagiaan, perdamaian, persatuan NKRI dan semoga doa kebahagiaan ini akan diikuti oleh para dewa, brahma dan para makhluk suci yang ada di sekitar sini. Sehingga akan memberikan kekuatan yang maha dahsyat bagi negara kita tercinta dan semoga segala wabah khususnya pandemi covid-19 yang telah lama dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia bahkan dunia segera dapat berakhir,” papar bhante.

Menjalankan ajaran Buddha tanpa merusak yang lain

Melalui tema Waisak SAGIN tahun ini yang juga lebih dikenal dengan Satti Sampajanna, Bhante Khemacaro menyampaikan bahwa eling dan waspada merupakan proses belajar, berlatih dan praktik dengan perhatian dan pemahaman sejati yang mengedepankan kebijaksanaan.

“Jadi seluruh umat Buddha, segala sesuatu hendaknya dilandasi dengan kebijaksanaan. Dengan eling dan waspada sudah selayaknya umat Buddha di Indonesia khususnya menyadari dengan perhatian dan pemahaman sejati bahwa sebagai bagian dari makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tentu kita berada di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, di tengah masyarakat yang berbeda budaya, ras, dan juga agama. Ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,” jelasnya.

“Oleh sebab itu sampai detik ini, umat Buddha di Indonesia senantiasa hidup berdampingan, selaras dengan teman-teman yang berbeda keyakinan, suku, adat budaya, bahasa daerah yang berbeda. Ini adalah hal yang sangat membanggakan dari Bangsa Indonesia yang mana termaktub dalam Bhinneka Tunggal Ika.”

“Sebagai siswa Buddha kita diajarkan untuk senantiasa mengembangkan cinta kasih tak terbatas kepada semua makhluk, ini terdapat dalam Sutta Nippata 149. Sebagai praktik kepedulian sosial hendaknya cinta kasih dikembangkan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan yang ada. Ini yang senantiasa dijunjung tinggi dan dinasihatkan oleh Buddha kepada kita semua. Praktik nyata cinta kasih dengan menolong, membantu, peduli, mengembangkan nilai kemanusiaan yang harus diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal-hal tersebut marilah kita senantiasa kembangkan dalam kehidupan sosial kita.”

“Marilah meningkatkan kepedulian sosial, seperti nasehat Buddha, “Diibaratkan seekor lebah yang mengumpulkan madu dari bunga-bunga tanpa merusak, tanpa membawa bau-bauan,” demikianlah hendaknya kita mengembangkan cinta kasih ini ke segala penjuru. Dari desa ke desa, dari desa ke kota, bahkan ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Kita hendaknya mengembangkan sikap-sikap ini tanpa merusak dan menimbulkan bau yang tidak baik di dalam menjalankan ajaran Buddha.”

“Selain itu Beliau juga mengingatkan kepada kita untuk menghindari segala perselisihan, perilaku yang dapat menimbulkan pertikaian maupun perpecahan yang dapat mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Terkait kondisi pandemi yang belum usai, Bhante menghimbau kepada segenap umat buddha untuk tetap mematuhi anjuran pemerintah.

“Saya menghimbau kepada seluruh umat Buddha di masa pandemi Covid ini untuk senantiasa patuh dengan apa yang diberikan, petuah, nasihat, juga aturan dari pemerintah. Hal inilah yang akan menyokong berhentinya pandemi ini. Tidak ada perubahan yang kita tuntut kepada orang lain, tetapi perubahan harus kita lakukan dalam diri sendiri, inilah eling dan waspada,” tutup Bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *