Sebagai wujud dukungan terhadap umat Buddha pedesaan, Kesatuan Mahasiswa Buddhis Universitas Gajah Mada (Kamadhis UGM) Yogyakarta mengadakan bakti sosial. Kegiatan dengan konsep hidup bersama dengan masyarakat (live in) ini diikuti 57 mahasiswa Buddhis Universitas Gajah Mada dan dilaksanakan di Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Acara yang dilaksanakan selama tiga hari, 13-15 Mei 2016 ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti bermain dengan anak-anak Sekolah Minggu, menggambar bersama dengan anak PAUD dan TK Saddhapala Jaya, mengikuti kegiatan masyarakat ke ladang, pelatihan mengolah singkong, menerbangkan lampion, dan akan diakhiri dengan bakti sosial pengobatan gratis bagi umat Buddha di sekitar Desa Getas.
Bakti sosial mahasiswa Buddhis UGM dilaksanakan setiap satu tahun sekali menjelang hari raya Waisak. Namun yang menarik pada kegiatan kali ini adalah pelatihan mengolah singkong dan penerbangan lampion yang belum pernah dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Umat Buddha di pedesaan pada umumnya berpenghidupan sebagai petani, dan salah satu komoditas andalanya adalah singkong. Namun selama ini petani di pedesaan khususnya di Dusun Krecek, singkong bukanlah bahan konsumsi, namun lebih banyak dijadikan makanan ternak. Oleh sebab itulah pentingnya memberi pemahaman kepada masyarakat untuk mengkonsumsi singkong sebagai bahan makanan.
“Singkong merupakan produk unggulan Indonesia. Dalam hal produksi singkong, Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia,” ujar Sinta Yuwono, mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian dan Hasil Pangan, pembicara dalam pelatihan pengolahan singkong.
Menurut Sinta, selain kaya akan manfaat untuk kesehatan, singkong juga mempunyai banyak kelebihan untuk dijadikan makanan sehari-hari. “Singkong bukan hanya kaya manfaat, tetapi mengkonsumsi singkong juga membuat kita tahan lapar. Jadi bagi Anda yang sedang program diet, makan singkong sangat efektif untuk menahan nafsu makan.”
“Selain itu, singkong juga dapat diolah menjadi berbagai makanan, salah satu contoh dalam pelatihan kali ini, kita akan mengolah donat singkong. Secara nilai ekonomis, mengolah singkong menjadi donat sangat menguntungkan. Dengan modal sekitar Rp 21.000, kita bisa membuat donat sebanyak 25 buah. Kalau satu buah donat kita jual 2 ribu saja, keuntungan kita kan lumayan,” jelasnya.
Selesai pelatihan, masyarakat diajak untuk menerbangkan lampion bersama. Penerbangan lampion dimaksudkan sebagai harapan dan motivasi umat Buddha lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. “Siddharta Gotama adalah teladan yang sangat baik untuk dijadikan panutan. Usaha gigih Siddharta dalam mencari obat yang diperlukan oleh semua makhluk hidup, yaitu kelahiran, penuaan, sakit dan kematian memerlukan pengorbanan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu kami mengajak masyarakat, terutama adik-adik untuk tetap gigih belajar untuk hari esok yang lebih baik,” jelas Hardi, pemandu penerbangan lampion.
Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat Dusun Krecek. Ruwanto, Ketua Vihara Dhamma Sarana misalnya, mengatakan kegiatan ini bisa menjadi motivasi tersendiri bagi anak-anak muda di desa.
“Kedatangan mahasiswa ke desa bisa menjadi inspirasi tersendiri bagi para remaja. Kita tahu selama ini kesadaran pentingnya pendidikan di desa ini sangat rendah, jadi ini bisa memacu semangat anak muda untuk meraih pendidikan,” jelas Ruwanto.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara