“Berceritalah padaku dan aku akan lupa. Ajari aku dan aku akan mengingatnya. Libatkan aku maka aku akan belajar,” Benjamin Franklin.
Menjadi orangtua tidak ada sekolahnya. Menjadi orangtua seperti dua mata koin, koin pertama bisa menjadi berkah dalam kehidupan. Koin sebaliknya menjadi musibah, mengapa? Tidak semua orangtua siap menjadi orangtua.
Sabtu 4 Mei 2019, di Aula STABN Sriwijaya, Kompleks Edu Town BSD City Serpong, Tangerang. Penerbit Karaniya bekerja sama dengan Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) dan Sekolah Tinggi Negeri Agama Buddha Negeri Sriwijaya (STABN Sriwijaya) menyelenggarakan seminar parenting dengan tema, “How Big is Your Love? Understanding Your Children’s Character.”
Acara dimoderatori oleh Edi Ramawijaya Putra dengan narasumber Fidelis Waruwu (Education Training Consulting Jakarta) dan Prajna Dewi (Kepala Akademik Sekolah Narada) dihadiri oleh 200’an peserta.
Sebagai pemapar materi yang pertama, Prajna Dewi yang memiliki latar belakang lulusan Master Pendidikan dari Universitas Pelita Harapan dan telah mengabdi di dunia pendidikan selama lebih dari dua dasawarsa. Ia menyampaikan, “Sebagai orangtua kita sering tidak memberi perhatian pada anak-anak. Misalnya kita sebagai orangtua lebih sering membanding-bandingkan dengan orang lain.
Ia menambahkan, “Kita terlampau sering menuntut pada anak, tanpa benar-benar memahami karakter anak. Pola asuh tidak tegaan. Anak menangis sedikit mamanya tidak tegaan kemudian mamanya akhirnya yang mengerjakan tugas si anak. Bagaimana anak akan belajar tanggung jawab jika sedikit-sedikit mamanya yang ambil alih?”
Sementara itu, sebagai pemapar kedua Fidelis Waruwu, seorang Master in Science of Education dari Universitas Pontificia Salesiana, Roma, Italia. Founder dari Education Training and Consulting, Fidelis mendalami formasi kepribadian, MBTI, DISC Profile, Corporate Culture, Character Building dan Team Building.
“Pemahaman terhadap karakter anak menjadi sangat penting karena hal ini akan berdampak pada pola asuh yang tepat. Karakter anak merupakan bawaan dasar, dan hal ini akan terus dibawa hingga ia tutup usia. Tugas sebagai orangtua adalah mengarahkan dan fokus pada kekuatan karakternya. Anak-anak merekam semua yang dilakukan oleh orangtua, apa pun itu, dan itu akan dicontoh,” paparnya.
Fidelis mengimbuhkan, “Kebutuhan paling mendasar dari anak adalah, ia merasa bernilai, merasa aman, merasa dicintai, merasa berharga, dan merasa mendapat perhatian. Apabila ada salah satu yang kurang, ia akan memenuhinya dengan caranya sendiri, bisa jadi nakal, bisa jadi asosial, dan lain sebagainya.”
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara