Perayaan Idul Fitri yang tepat jatuh pada tanggal 5 Juni 2019, dirayakan hampir seluruh daerah di Indonesia. Mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Tak luput juga di salah satu daerah desa Buddhis bernama Desa Sumberjo. Letak Desa Sumberjo berada di Kecamatan Kademangan, Kab. Blitar bagian Selatan.
Di Sumberejo jumlah umat Buddha diperkirakan sekitar 54 KK dan sudah ada sejak tahun 1966. Meskipun umat tak sebanyak dulu, namun agama Buddha masih tetap dipertahankan. Umat Buddha di sini hidup berdampingan dengan rukun antarsesama warga yang beragama lainnya. Kehidupan masyarakat Sumberjo sangat harmonis dan kompak bergotong-royong. Dibuktikan dengan adanya kerja bhakti desa rutinan setiap seminggu sekali di hari Minggu.
Bahkan ketika pembangunan vihara yang dilakukan pada tahun 1991, melibatkan seluruh masyarakat dari unsur semua agama di sini. Karena sebelumnya vihara yang ada hanya bersifat hibah, sehingga ketika si penghibah meninggal dunia, ahli waris meminta agar tanah vihara dikembalikan. Alasan itu juga yang membuat vihara pindah.
Kepala Desa waktu itu dari unsur militer merasa terenyuh mendengar kabar tersebut dan sangat mengapresiasi umat Buddha yang ada di desa ini. Kemudian Kepala Desa mengajak seluruh masyarakat desa untuk turut membantu menyukseskan pembangunan vihara hingga berdiri sampai sekarang.
Terdapat lima agama yang dianut warga Desa Kademangan yakni Buddha, Islam, Hindu, Kristen dan Katolik. Karena masyarakatnya cukup heterogen, warga di sini mempunyai Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tingkat desa. Rutin pula melakukan dialog di Balai Desa Sumberejo, tentu dengan difasilitasi Kepala Desa sebagai pengampu kebijakan di tingkat desa. Dalam musyawarah desa pun seluruh elemen keagamaan selalu dilibatkan.
Baca juga: Umat Buddha Blitar Majukan Detik-detik Waisak demi Hormati Puasa
Momentum Idul Fitri juga menjadi ajang saling memperkuat hubungan. Umat Buddha akan pergi berkunjung ke rumah-rumah umat Islam yang merayakan. Sekadar memberi selamat dan turut bersukacita merayakan. Biasanya berlangsung sampai hari ketiga Idul Fitri.
Perayaan Waisak yang kebetulan belum lama berlangsung juga demikian. Rumah umat Buddha tak luput dari kunjungan umat beragama lain yang memberi selamat dan turut bersuka cita. Biasanya berlangsung sampai tiga hari ke depan setelah perayaan Hari Waisak. Jika ada acara Dhammasanti Waisak di vihara, umat pasti mengundang seluruh warga tanpa melihat latar belakangnya.
Ini dipertegas oleh Pak Karno salah seorang umat Buddha di Desa Sumberjo. Menurutnya tradisi saling bertamu dan memberi selamat sudah berlangsung secara turun menurun diwarisi para orangtua mereka. Di momen Idul Fitri, Pak Karno selalu mengajak keluarganya untuk menyambangi rumah umat-umat Islam yang merayakan Idul Fitri. Ini dilakukan untuk memberikan contoh tauladan pada anaknya nanti agar selalu melakukan hal yang sama. Sehingga hal-hal yang positif dapat selalu diwariskan oleh generasi-generasi yang akan datang.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara