Sewaktu mengikuti acara camping, umumnya kita hanya melakukan kegiatan yang itu-itu saja, seperti mendirikan tenda, masak secara mandiri, dan melaksanakan kegiatan outdoor. Namun, camping yang satu ini justru menawarkan konsep yang unik karena setiap pesertanya berkesempatan mempelajari Dhamma di alam terbuka.
Camping diadakan oleh Patria DPC Kota Bekasi pada tanggal 22-24 April lalu. Acara yang dinamakan “CERIA 2” (Camping Bersama Patria “jilid” 2) itu setidaknya diikuti oleh 46 peserta yang berasal dari pelbagai daerah, seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, dan Bandung.
Rangkaian acara dimulai ketika semua peserta berangkat naik tronton TNI dari Wisma Vippasana Kusalacitta, Bekasi, ke Kawasan Gunung Geulis, Bogor. Perjalanan itu menghabiskan waktu sekitar satu jam setengah, sebelum akhirnya semua peserta harus lanjut berjalan kaki menuju lokasi kemah yang jaraknya sekitar 400 meter.
Jalan yang berlumpur dan berlubang menjadi “tantangan” tersendiri dalam perjalanan tersebut. Maklum saja, jalan yang tersedia hanya terbuat dari pecahan batu yang disusun sedemikian rupa. Makanya, bagi yang memakai sandal jepit, jalanan itu sangat licin untuk dilalui, terutama sewaktu usai diguyur hujan.
Tak lama setelah beristirahat, para peserta kemudian mendirikan tenda masing-masing. Dengan dibantu sejumlah panitia, mereka menyambung tulang tenda, memasang patok, dan menutupi tenda dengan terpal. Lantas mereka beristirahat selama acara berlangsung.
Belajar Dhamma
Pada sore harinya, mereka berkumpul di tenda pleton untuk menyimak materi yang disampaikan sejumlah pembicara. Pembicara pertama yang mengawali sesi materi itu adalah Bapak Handaka Vijjananda dari Ehipassiko.
Pada kesempatan itu, beliau berceramah tentang kehidupan remaja. Biarpun di luar tenda hujan turun lumayan deras, para peserta tetap fokus menyimak ceramah yang disampaikan. Kemudian, pada malam harinya, Bapak Heru Suherman hadir menyajikan materi tentang pengembangan diri. Dari situ para peserta belajar banyak tentang talenta yang dimilikinya. Bhante Dhammiko menyampaikan Dhamma pada hari berikutnya. Biarpun berlangsung hanya satu jam, Dhamma yang diberikan terasa mengena di hati lantaran dibabarkan dengan bahasa yang sederhana.
Setelah makan siang, Bapak Andriyanto mengisi ceramah tentang kebahagiaan, yang konon kabarnya sudah semakin “langka” diperoleh saat ini. Dari situ, para peserta mendapat pelbagai “bekal” ilmu untuk meningkatkan kebahagiaannya masing-masing.
Pada malam harinya, tak ada sesi pemberian materi. Makanya, waktu yang tersedia kemudian diisi oleh Mas Juna dan rekan-rekannya, mereka melakukan hipnosis terhadap beberapa peserta. Sesi itu sukses menghibur peserta, yang mungkin saja sudah lelah setelah mengikuti acara pada sore harinya. Setelah sesi itu, semangat peserta yang tadinya sempat “redup” kini berkobar kembali.
Hari Penutup
Lantaran penutup, acara dilanjutkan dengan memasak barbeque bersama-sama diterangi oleh nyala api unggun dan live music. Di situlah keakraban yang sudah terjalin di antara peserta bertambah erat.
Acara pada malam itu kemudian ditutup dengan menerbangkan lampion. Kegiatan itu mirip dengan proses penerbangan lampion di Candi Borobudur pada hari Waisak. Makanya, sebelumnya, semua peserta menulis harapannya di lampion masing-masing.
Karena angin yang berembus cukup kencang, hanya tiga lampion yang sukses “mengudara” di langit yang gelap. Biarpun demikian, lampion tersebut dianggap mewakili harapan semua peserta.
Pada esok paginya, para peserta mengikuti tracking mengelilingi bukit selama dua jam lebih. Lelah memang, tetapi peserta menjalaninya dengan penuh kesabaran. Lewat kegiatan itulah pemahaman Dhamma para peserta “diuji” sehingga setiap peserta punya kesempatan untuk menerapkan Dhamma yang didengarnya secara langsung.
Hari terakhir acara ditutup dengan ceramah yang dibawakan oleh Ibu Yanah Sucintani. Pada saat itu, Ibu Yanah melakukan hipnoterapi yang terbukti sukses “menguras” air mata peserta. Acara tersebut memang hanya berlangsung tiga hari. Namun, pengalaman yang diperoleh dari acara itu barangkali bisa menjadi bahan cerita yang akan terus dituturkan selamanya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara