Setelah menunggu selama lebih dari 12 tahun, akhirnya umat Buddha Parakan, Temanggung, Jawa Tengah mempunyai vihara baru. Vihara Dwipaloka diresmikan bersamaan dengan perayaan Waisak 2560 BE/2016. Peresmian vihara yang dilaksanakan pada Jumat (20/5) dihadiri oleh ribuan umat Buddha dari seluruh Kabupaten Temanggung, Semarang, dan berbagai wilayah di Indonesia. Hadir pula para anggota Sangha, seperti Bhikkhu Sri Pannyavaro, Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Dhammakaro, Bhikkhu Atthapiyo, dan Bhikkhu Khemanando.
Chris Sukamto, ketua pembangunan Vihara Dwipaloka mengatakan, dengan selesainya pembangunan Vihara Dwipaloka yang baru, vihara yang lama tidak digunakan lagi. “Vihara Dwipaloka merupakan salah satu vihara tertua di Indonesia, yaitu dibangun pada tahun 60-an. Semoga dengan diresmikannya vihara yang baru dapat memberi fasilitas yang layak bagi umat Buddha Temanggung khususnya Parakan, dalam melakukan aktivitas keagamaan Buddha,” ujar Chris.
Sementara itu Bhante Jotidhammo, ketua Sangha Theravada Indonesia bercerita, “Kalau menilik sejarah, umat Buddha Dwipaloka sudah cukup lama. Pembangunan vihara pertama pada tahun 60-an, pada saat itu viharanya sangat sederhana, bahkan menyerupai gudang dengan lantai kayu. Kemudian pada tahun 1980 vihara direlokasi dan diresmikan oleh Bhante Sri Pannyavaro Mahathera dan Bapak Yakub, Bupati Temanggung waktu itu.”
Bhante Joti melanjutkan, “Pada saat saya menjadi samanera, saya pernah dititipkan di vihara ini. Umat Buddha Parakan sangat berbakti, saya dilayani dan dijaga. Setiap pagi saya membuka pintu gerbang dan berlatih meditasi bersama umat. Selain itu, Vihara Dwipaloka juga mempunyai andil yang besar dalam perkembangan umat Buddha di Temanggung, termasuk Kaloran sebagai basis umat Buddha. Dulu umat Buddha Kaloran kalau belajar dan pelatihan-pelatihan agama Buddha selalu datang ke Vihara Dwipaloka.”
Selesai penandatanganan prasasti dan pembukaan tirai nama vihara, umat Buddha memasuki ruang Dhammasala dan acara dilanjutkan dengan puja bakti Tri Suci Waisak.
Bhante Sri Pannyavaro dalam pesan Waisaknya menyampaikan bahwa Waisak tahun ini istimewa terutama bagi umat Buddha Parakan, “Selain tahun ini Waisaknya bunder, umat Buddha Temanggung meresmikan salah satu vihara bersejarah.”
“Hampir 60 tahun sejak vihara ini didirikan yang Bhante Joti mengatakan seperti gudang, lalu direlokasi menjadi seperti sekarang, vihara yang lama dipindahkan menjadi vihara yang jauh lebih baik. Menurut Buddhis, vihara mempunyai dua arti. Arti secara fisik, yaitu gedung ini, komplek ini, inilah vihara yang bisa dilihat. Namun yang jauh lebih penting adalah vihara yang ada dalam batin kita masing-masing,” jelas Bhante Pannyavaro.
“Kalau Vihara Dwipaloka di-upgrade, ditingkatkan menjadi lebih baik dan sekarang lebih baik lagi, maka vihara yang ada dalam hati kita juga harus lebih baik. Kalau tidak, gedung vihara ini tidak ada artinya. Dalam Buddhisme, kualitas batin (vihara) ada tiga: (1) Dibbavihara (batin seperti tempat tinggal dewa-desa) yang artinya, meskipun kita manusia tetapi batin kita seperti dewa. Dibbavihara mempunyai dua ciri yaitu: mempunyai hiri dan ottapa, malu berbuat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat; (2) Brahmavihara, batin yang mempunyai empat sifat batin seperti brahma. Cinta kasih, welas asih, senang melihat orang lain bahagia, teguh dalam menghadapi segala cobaan hidup, dan lain-lain.
“Dan yang paling tinggi adalah (3) batinnya orang suci atau arahat. Arahat lebih tinggi dari dewa dan brahma. Kita bisa menuju kepada yang suci dengan merombak vihara yang ada dalam batin kita. Orang suci adalah orang yang bisa melihat dengan batinnya: anicca, dukkha, dan anatta,” jelas Bhante Pannya.
Vihara Dwipaloka yang baru, dibangun di atas tanah seluas 1900 meter persegi dengan bangunan Dhammasala 12×20 meter sebagai bangunan utama. Selain Dhammasala, vihara ini juga dilengkapi dengan kuti, perpustakaan, dapur, ruang makan, dan ruang Sekolah Minggu. Sejak perkembangannya hingga sekarang, umat Buddha Vihara Dwipaloka berkisar antara 40 kepala keluarga atau sekitar 100 jiwa umat.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara