• Wednesday, 7 November 2018
  • Junarsih
  • 0

Kathina, adalah salah satu hari raya besar bagi umat Buddha. Perayaan Kathina diadakan setelah para bhikkhu ber-vassa kurang lebih tiga bulan terhitung sejak bulan Juli 2018. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada umat untuk berdana kebutuhan pokok bhikkhu, yaitu jubah, tempat tinggal, makanan, dan obat-obatan. Biasanya Kathina dirayakan di vihara masing-masing wilayah ataupun secara gabungan.

Kesempatan kali ini BuddhaZine mengikuti perayaan Kathina di Vihara Dhamma Sundara, Surakarta pada Minggu (4/11). Bhikkhu Santacitto, Bhikkhu Jayasilo, dan ratusan umat dari berbagai daerah turut hadir menyambut Kathina Dana 2562/2018. Dalam ceramahnya, Bhikkhu Santacitto menguraikan lima hal agar seorang Buddhis bahkan seluruh umat manusia agar bahagia.

Pertama, agar bahagia harus berlindung kepada Tiratana. “Mungkin Bapak dan Ibu berpikir bahwa saya sudah berlindung dengan mengucapkan Buddham saranam gacchami, Dhammam saranam gacchami, Sangham saranam gacchami,” tutur Bhikkhu Santacitto.

“Tetapi apakah sekadar mengucapkan tisarana itu? Berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha harus dari hati kita, pengertian benar dari diri kita. Dhamma adalah sandaran, begitu pula Buddha juga sebaliknya. Begitu pula dengan kehidupan kita, kalau tidak ada sandaran maka tidak ada pengendali, kita akan liar.”

Kedua, menjadikan Dhamma sebagai prioritas juga bisa membuat bahagia. “Dhamma adalah kebenaran, ada kesabaran, cinta kasih, keseimbangan batin, perhatian, dan ada kebajikan.”

“Orang akan mudah marah ketika Dhamma tidak menjadi prioritasnya. Sebagai seorang Buddhis, dalam segala kondisi dianjurkan untuk memegang Dhamma sebagai kendaraan kita. Seandainya kita mendapat musibah, kecelakaan, pada sesungguhnya kita tidak akan menderita.”

Baca juga: Selamat Datang, Bulan Kathina..

Ketiga, dengan bersyukur akan bahagia. “Ketika kita ingin bahagia, harus bersyukur, puas dengan yang sekarang dimiliki. Kita tidak bahagia karena terlalu banyak keinginan, diperbudak oleh diri sendiri. Padahal, kekayaan, kemasyhuran tidak akan memberikan kebahagiaan sejati. Jangan mencari harta yang mengorbankan kesehatan, karena kesehatan tidak bisa diukur dengan seberapa banyak uang.”

Keempat, bahagia karena suka berbagi,suka berdana. Saat kita melekat karena kebodohan batin, maka penderitaan datang. “Berdana sesuai Dhamma akan mengikis kotoran batin. Dengan berdana keserakahan berkurang, dengan memberi akan mengikis kebencian. Berdana juga untuk mengikis kebodohan, karena kita tahu dengan berdana dapat mengikis keserakahan dan kebencian.”

Kelima, praktik meditasi membuat kita bahagia. “Meditasi yang diajarkan Buddha bukan hanya duduk diam. Melainkan seluruh aspek kegiatan kita adalah meditasi, seperti berbaring, duduk, berjalan, berbicara. Selama kita merawat diri dari kekotoran batin, itulah meditasi.”

“Orang yang tidak merawat batinnya seperti orang mati, karena tidak waspada, tidak sadar, batin mengembara. Orang yang waspada itulah orang yang hidup, karena sadar dan batin tidak mengembara. Merawat dan menjaga batin agar tetap sadar itulah meditasi, meski di awal sulit, tak mengapa, lama-lama jadi kebiasaan,” pungkas Bhikkhu Santacitto mengakhiri ceramahnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *