Ora kena ngutjap goroh kanggo ala,
wong ngapusi marang batine Pribadi.(Tak boleh berbohong, karena berbohong itu merongrong kualitas batin)
Badra Santi 1967, XXI: Pangutjap Sedjati, 442
Minggu (25/3), sekitar Pukul 08.30 WIB, pelangi indah melintas tepat di atas langit kampus STAB Syailendra, Kopeng, Kab. Semarang. Entah barangkali suatu kebetulan atau memang para dewa sedang menyapa keceriaan suatu harapan baru.
Pagi hari itu sekitar 75 orang memenuhi aula kampus yang berada di lereng Gunung Merbabu. Mereka terdiri dari pemuda-pemudi dari Sekber PMVBI Kabupaten Semarang, mahasiswa STAB Smaratungga Boyolali, mahasiswa STAB Syailendra, dan muda-mudi lainnya dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Temanggung, Salatiga, Boyolali, dan sekitarnya.
Anak-anak muda itu hadir sebagai peserta Workshop Jurnalistik bertema, “Menembus Lorong Dharma, Proses Kreatif Menulis” yang diselenggarakan oleh media Buddhis online, BuddhaZine.
Suranto selaku Ketua STAB Syailendra Semarang dalam sambutan pembukaannya berpesan, “Pelatihan ini adalah awal, bukan kegiatan yang pertama dan terakhir. Kampus Syailendra menyambut kerjasama berbagai pihak untuk mengembangkan tradisi budaya ilmiah, salah satunya pelatihan jurnalistik. Sebab budaya ilmiah sudah ada sejak di zaman Buddha yang membabarkan Dharma dengan rumusan ehipassiko, yaitu: datang, dengar dan buktikan.”
Sebelum acara dimulai, pelatihan jurnalistik kedua yang diselenggarakan BuddhaZine ini dimeriahkan dengan penampilan grup musik Astakosala Volk. Grup musik ini dikenal dengan penampilan berciri khas tembang-tembang kakawin Jawa kuno dalam garapan kontemporer. Salah satu yang ditampilkan dengan elok pagi itu adalah tembang Padang Bulan.
Sebagai pembuka, Dhammateja Wahyudi dari Badra Santi Institute yang didapuk sebagai moderator acara, melantunkan kidung Pangutjap Sedjati, dikutip dari sastra Badra Santi. Syair yang dipilih dari salah satu unsur Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu Ucapan yang Benar.
Syair tersebut sebagai pemantik bahasan pelatihan jurnalistik untuk menangkal kabar bohong (hoaks) yang seringkali ditujukan pada pembabaran Buddhadhamma oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
Kegiatan produktif
Andre Sam, pembicara pertama yang hadir dari Jakarta mengawali uraiannya tentang pentingnya jurnalistik Buddhadharma. Ia memberikan contoh bagaimana cara meluruskan pemberitaan yang tidak semestinya, misalnya berita tentang, “Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman”.
Dengan kegiatan ilmiah seperti studi pustaka, wawancara dengan para ahli/akademisi, hingga penelitian lapangan, jurnalis BuddhaZine berhasil mengemukakan fakta dari sudut pandang ilmu pengetahuan tentang karya tulis kontroversi tersebut.
Ia menegaskan bahwa di era milenial ini umat Buddha dihadapkan pada tantangan zaman dengan beragam teknologi komunikasi. Seperti kita ketahui, melalui telepon pintar, beragam informasi berseliweran di layar kecil yang selalu ada di genggaman tangan.
Maka, sudah menjadi pertanggungjawaban ilmiah bagi para mahasiswa dan akademisi Buddhis untuk terlibat dalam jurnalistik Buddhadharma. Artinya, jangan biarkan umat Buddha khususnya di pelosok desa yang belum sempat belajar banyak hal terkait Buddhadhamma, ikut termakan isu hoaks.
Dirinya bergabung dengan BuddhaZine sejak 2015 ini, menutup uraian bahwa pelatihan jurnalistik memang belum populer. Namun dengan pelatihan ini, ia yakin akan melahirkan generasi penerus penulis muda yang produktif.
Peserta workshop sedang berdiskusi
Jurnalistik adalah dokumentasi peristiwa penting
Senada dengan Andre Sam, Ngasiran yang merupakan pembicara kedua menambahkan pentingnya jurnalistik sebagai dokumentasi peristiwa penting pembabaran Buddhadharma. Pemuda asal Jepara lulusan STAB Nalanda dan tinggal di Temanggung ini, mungkin satu-satunya jurnalis Buddhis yang paling aktif keliling Indonesia.
Ia membagikan pengalamannya bagaimana harus memilih antara tawaran pekerjaan mapan di Jakarta dengan keprihatinannya melihat kondisi umat Buddha di pedalaman desa dan gunung. Maka sejak bergabung dengan BuddhaZine 2012, penulis dengan nama pena, Ryan Nalla ini mulai menelusuri lorong-lorong waktu sejarah perkembangan agama Buddha.
Jadilah sekarang dapat kita nikmati berita masyarakat Buddhis khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan berbagai persoalan yang selama ini tak tersentuh organisasi Buddhis yang sudah ada.
Mulailah menulis dan mengalirlah saja
BuddhaZine didirikan oleh Jo Priastana, dosen STAB Nalanda Jakarta bersama alumninya, Sutar Sumitro pada 1 Desember 2011. Media ini diawali dengan tekad kuat dan bermodalkan sebuah laptop yang dikerjakan dari sebuah kamar kos. Setelah tujuh tahun perjalanannya, BuddhaZine telah banyak melahirkan penulis-penulis muda Buddhis.
Kegiatan pelatihan jurnalistik akan terus diselenggarakan untuk merawat penulis-penulis muda Buddhis di tanah air. Acara yang ditutup dengan praktik menulis ini juga dihadiri oleh penulis lain yang memeriahkan pelatihan.
Victor Alexander Liem, kontributor BuddhaZine dari Kudus yang dikenal sebagai penulis bercorak budaya Jawa turut memberikan tips dan trik menulis. “Untuk menghasilkan karya tulis yang baik, cukuplah mulai menulis dan mengalirlah saja. Nanti adik-adik akan menemukan sendiri keindahan dalam proses menulis.”
Sementara itu, Maharani Kusumaningrum, salah satu peserta yang juga kontributor BuddhaZine memberikan penegasan, “Menulis adalah salah satu kegiatan terapi jiwa. Bila adik-adik telah mulai menulis, berarti telah berproses menyembuhkan jiwa dari mental-emosi yang negatif.”
Pelatihan jurnalistik ini juga didampingi oleh Kajur Dharmachariya STAB Syailendra, Sukodoyo yang hadir hingga selesai. Acara ditutup dengan penyerahan kembali karya tulis para peserta yang akan dikoreksi pembimbing masing-masing untuk dapat ditayangkan di BuddhaZine.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara