• Thursday, 15 November 2018
  • Surahman Ana
  • 0

Minggu (11/11) Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda menggelar Kathina Dana. Acara ini dilaksanakan di Cetiya Nalanda, Gedung Ramayana dan dihadiri oleh Mahasiswa, Alumni Nalanda serta umat Buddha dari sekitar Jakarta.

Dua bhikkhu Sangha; Bhante Cittajayo dan Bhikkhu Ratanajayo hadir mewakili Sangha untuk menerima dana umat. Sebelum melakukan persembahan dana kepada bhikkhu Sangha, mahasiswa dan umat Buddha yang hadir membacakan parita-parita suci yang dipimpin oleh Romo Seno Halim.

Kampus biasanya hanya digunakan sebagai kegiatan akademik; tempat aktivitas perkuliahan dengan segala dinamikanya. Ini berbeda dengan STAB Nalanda yang saat ini juga fokus dalam pengembangan spiritual. Spirit wajah baru Nalanda ini setidaknya terlihat dari penyelenggaraan Kathina Dana Cetiya Nalanda yang terlihat rapi dan terorganisir dengan baik.

“Kalau mau maju Nalanda harus berubah, berani menciptakan sistem baru yang salah satu tujuannya adalah membangun karakter mahasiswa, selayaknya mahasiswa Buddhis,” tutur Susyanto.

Tak hanya penyelenggaraan hari besar agama Buddha, cetiya kampus ini juga aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti one day mindfulness, pujabhakti rutin, fang sen (pelepasan satwa) dan diskusi-diskusi Dharma.

“Mahasiswa yang tinggal di asrama kampus rata-rata dari desa, mereka datang ke Nalanda dengan beasiswa penuh, mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan yang terpenting adalah pembangunan karakter sesuai Buddhadharma. Jadi mereka harus mengikuti sistem yang kami buat, termasuk mengikuti kegiatan-kegiatan di cetiya kampus,” jelas Manager Operational Nalanda Foundation ini kepada BuddhaZine.

Pesan Dharma

Bhikkhu Ratanajayo menjelaskan, “Mengenai Kathina, ada satu Sutta dari sabda Buddha yaitu Nindhikandha Sutta yang sangat sesuai apabila dibahas dalam perayaan Kathina ini.

“Di dalam Sutta, disebutkan bagaimana cara orang-orang pada waktu itu menyimpan harta kekayaan supaya tidak hilang atau dicuri orang. Ada yang menyimpan di dalam sumur, ada yang ditimbun dalam tanah karena pada zaman dulu belum ada bank. Tetapi cara menyimpan yang demikian juga memiliki resiko hilang dengan berbagai cara, bisa saja lupa letak penyimpanannya, bisa juga para pencari harta karun menggali dan mengambilnya, mungkin bencana alam misalnya gempa menggesernya sehingga berpindah letak, dan sebab lain yang mengakibatkan harta tersebut tidak aman.

“Kemudian Buddha menyampaikan bahwa ada harta karun lain yang lebih aman disimpan. Tidak bisa dicuri, tidak bisa dirampok. Harta itu adalah harta karun berupa kebajikan. Harta karun kebajikan ini akan selalu mengikuti pengikutnya, tidak bisa dicuri maupun dirampok. Lalu bagaimana cara kita menimbun harta berupa kebajikan?

“Dalam Nindhikandha Sutta bait keenam disabdakan ada beberapa cara, di antaranya berdana, bertata susila atau memiliki moralitas, juga dengan mencegah diri dari perbuatan buruk. Ini adalah cara menimbun harta kekayaan yang baik. Selain itu juga kebajikan yang dilakukan kepada cetiya, kepada Sangha, kepada Bapak/Ibu, kepada sanak saudara, atau kepada orang lain ini juga merupakan harta karun yang lebih baik dan lebih aman disimpan.

“Jadi kalau kita mencermati Sutta tersebut, sebenarnya banyak sekali kesempatan untuk menimbun harta karun berupa kebajikan itu. Begitu juga dengan berdana, berdana bisa berupa materi ataupun non materi seperti perhatian, nasihat dan lainnya. Itu bisa dilakukan kepada siapa saja, berdana tidak harus selalu kepada para bhikkhu.

Baca juga: Pendidikan Keagamaan Buddha Tidak Lebih Menarik Dari Perayaan Kathina Puja

“Umat Buddha mempunyai banyak kesempatan untuk berbuat kebajikan, apalagi saat masa Kathina lebih banyak kesempatan untuk berdana kepada para bhikkhu Sangha. Akan tetapi berbuat baik jangan hanya ketika masa Kathina, tetaplah berbuat baik kapan pun. Di dalam Sutta disabdakan bahwa kebajikan yang terkumpul akan mengabulkan segala keinginan Dewa dan manusia,” jelas Bhante.

Seusai Dhammadesana, para umat melakukan persembahan dana kepada bhikkhu Sangha. Proses persembahan dana dilakukan dengan tetap menjaga ketenangan dan nampak para umat mengantri satu per satu untuk mempersembahkan dana.

Selesainya persembahan dana, acara dilanjutkan dengan pemercikan tirta suci dan disambung dengan pembacaan paritta Etavattha. Sekitar pukul 21.00 WIB, para umat membacakan namaskara sebagai penutup acara Kathina puja di STAB Nalanda Jakarta.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *