Fungsi mahasiswa sebagai agen pembangunan dan agen perubahan lama kelamaan mulai mengalami kemunduran. Banyak di antara mahasiswa cenderung hanya terfokus kepada kegiatan belajar, tanpa mempedulikan kondisi yang sedang terjadi di sekitarnya.
Merupakan kenistaan bila hari-hari mahasiswa hanya satu warna. Seakan acuh dengan kondisi saat ini, menjadi yang pertama kali kabur saat masalah terpampang di depan mata. Semangat perubahan tak lagi mewarnai sisi-sisi kehidupannya. Bahkan waktu luang yang dimiliki hanya dihabiskan dengan kegiatan yang tak tentu manfaatnya.
Seolah menjawab tantangan zaman, HIKMAHBUDHI (Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia) berusaha terus menguatkan peran dan fungsi mahasiswanya, dengan agama Buddha sebagai napas perjuangan. Melihat isu yang akhir-akhir ini mencuat, soal perpecahan bangsa yang hampir mengalami segregasi, HIKMAHBUDHI menanggapi dengan mengangkat tema “Mahasiswa Buddhis: Cendekiawan Muda Penjaga Kebhinnekaan” pada Stadium Generale Pekan Orientasi IX HIKMAHBUDHI.
Stadium Generale kali ini diisi oleh 3 pemateri yaitu, Aryo P.S. Djojohadikusumo (Anggota DPR-RI komisi VII), KH. Matin Syarkowi (Ketua PCNU kota Serang), dan Bhikkhu Gunapiyo (perwakilan STI). Pembukaan Pekan Orientasi IX HIKMAHBUDHI sekaligus Stadium Generale pada (2/9) berlangsung di Hotel Flamengo, Serang, Banten. Turut hadir pula perwakilan dari berbagai majelis agama Buddha, organisasi kepemudaan Buddhis, OKP lintas agama, perwakilan Dirjen Bimas Buddha, ketua DPRD Prov. Banten, senior-senior HIKMAHBUDHI, serta ratusan kader HIKMAHBUDHI.
“Hati-hati dengan sosial media. Berita Hoax bisa memecah belah bangsa”, ucap Aryo. Dia melihat sosial media yang banyak menyebar info Hoax menyebabkan semakin lebarnya jurang pemisah antar anak bangsa yang satu dengan lainnya. Karena masih banyak di antara kita yang masih termakan info-info tidak benar. Aryo menegaskan sudah seharusnya generasi muda, tak terkecuali mahasiswa Buddhis mampu menyaring dan memvaliditasi informasi.
Pesan bhante
Bhikkhu Gunapiyo mengajak seluruh generasi muda Buddhis khususnya para kader HIKMAHBUDHI agar selalu berperan serta menjaga kebhinnekaan. Sebab ajaran Buddhis pun sejatinya bersifat universal, menyebarkan ajaran cinta kasih kepada semuanya tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. “Kebhinnekaan tidak hanya diterima, melainkan harus dipahami. Ketika saling memahami, maka tak akan ada lagi pikiran mencurigai dan saling menuding,” ungkap Bhikkhu Gunapiyo.
Ketua PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) kota Serang, Drs. KH. Matin Syarkowi menyoroti isu-isu perpecahan yang terjadi akibat politik. “Jangan bungkus tujuan-tujuan politik dengan hal-hal agama,” tegas KH. Matin. Karena menurutnya, perbedaan di Indonesia sudah terjadi sejak zaman dahulu kala dan tak pernah dipermasalahkan soal kebhinnekaan itu.
Sekarang ini banyak sentimentil yang terjadi diakibatkan karena tujuan politik-politik tertentu, yang mengorbankan kerukunan untuk memperoleh kekuasaan. Kyai Matin memberikan sebuah refleksi agar seluruh anak bangsa tak lagi meributkan soal perbedaan, tapi bergandengan tangan bersama guna membangun Indonesia yang lebih maju.
Sudah sepatutnya sebagai mahasiswa, HIKMAHBUDHI tak terlepas mempunyai tanggung jawab sebagai anak bangsa. Mahasiswa Buddhis juga mempunyai peran yang sentral dalam membangun bangsa dari semua lini, termasuk politik.
Karena selama ini politik selalu diidentikkan dengan hal yang negatif, seolah ajaran Buddhis tidak mengandung unsur politik. Padahal jika mau berpolitik dengan bernapaskan ajaran Buddha, menerapkan politik dengan gaya cinta kasih yang universal, tentu ajaran Buddha juga mempunyai andil untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara