Foto : Dok. Panitia / Keyza Pramitha
Vihara Dhamma Sundara, Solo menggelar perayaan Asalha Puja 2567/2023 pada Kamis (24/8). Acara dimulai pukul 19.00 WIB yang diikuti oleh ratusan umat Buddha Surakarta dan dihadiri Bhikkhu Abhijato.
Puja diawali dengan melakukan Pradaksina di Candi Putih (Vara Stupa Sala Buddha Prakasha) sebanyak tiga kali. Sebelum pradaksina umat terlebih dahulu mendaraskan Asalha Purnami Puja Gatha. Umat nampak khidmat melakukan pradaksina dengan membawa amisa puja.
Kayza Pramitha, panitia acara, menyampaikan bahwa perayaan di tahun ini terasa lebih berkesan dengan adanya acara keakraban. “Puja Pelita Asalha tahun ini terasa lebih hangat. Selain itu, setelah acara berakhir ada pengakraban dengan makan bersama. Inilah yang menambah kesan kehangatan dan kekeluargaan,” kata Keyza.
Usai pradaksina, puja dilanjutkan dengan pembacaan terjemahan Dhammacakkappavattana Sutta dan meditasi. Dhammadesana disampaikan oleh Bhkkhu Abhijato yang mengajak umat untuk merenungkan perjuangan Pangeran Siddharta yang ia nilai bisa membantu umat Buddha dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Pesan Dhamma
Bhante membuka pesan Dhamma dengan mengingatkan kembali berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di tahun ini kepada umat. Mulai dari kedatangan Bhikkhu Thudong ke Indonesia hingga perayaan Waisak besar di berbagai kota. Bhante menilai hal ini menjadikan tahun ini adalah tahun penuh berkah.
“Tahun ini bisa dikatakan tahun yang penuh berkah. Banyak sekali hal-hal yang sebelumnya belum pernah terjdi. Tahun ini viral peristiwa bhikkhu thudong. Dan karena begitu viral, yang saya alami masyarakat Indonesia menjadi kenal sosok daripada para bhikkhu yang sebelumnya sangat asing. Sangat terasa, setelah viral para bhikkhu thudong berjalan jauh, masyarakat Indonesia masih merasa sangat dekat dengan para bhikkhu. Sehingga kalau saya ke tempat umum masyarakat memberikan senyum yang sebelumnya tidak pernah saya lihat. Ini terjadi sejak ada peristiwa thudong ini,” papar bhante.
Di tahun ini juga, bhante melanjutkan, perayaan Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) berlangsung dengan besar dan megah. Selain itu, juga muncul beberapa acara nasional yaitu podcast yang mengundang para bhikkhu, sehingga mansyarakat Indonesia jauh lebih mengenal ajaran Buddha. Dua acara besar lainnya yaitu pindapatta di Kota Solo dan perayaan Waisak bersama di Balai Kota Solo menjadi peristiwa menarik di tahun 2023 ini.
Bhante melanjutkan pesan dengan mengajak umat untuk melihat hal-hal yang dapat membantu semangat dan kehidupan. Hal pertama adalah perenungan terhadap perjuangan besar Pangeran Siddharta hingga mencapai kesempurnaan dan menjadi Buddha.
“Yang saya tulis adalah keberhasilan tidak datang dalam sehari. Ini menjadi pelajaran kita malam ini, karena setiap dari kita mempunyai cita-cita sendiri. Pangeran Siddharta memutuskan keluar istana di usia 29 tahun. Selama 29 tahun hidup dengan kemewahan dan hal-hal yang memanjakan kemudian memutuskan untu keluar dari semua kenyamanan dan keindahan, ini sangat tidak gampang.”
Pelajaran lain yang bhante sampaikan adalah wujud totalitas Pangeran Siddharta dalam berjuang hingga menempuh praktek salah dan menjauhkan diri dari keberhasilan. Dimana beliau praktek penyiksaan diri, puasa berat, praktek seperti rusa, praktek menahan nafas sampai pingsan, praktek tidak makan dalam jangka waktu berhari-hari. “Dari praktek ini ada dua kerugian yaitu tersiksa dan menjauhkan diri dari keberhasilan,” lanjut bhante.
Selanjutnya tantangan Pangeran Siddharta mendapatkan guru yang belum berhasil. Selama berjuang beliau belajar dari dua guru yang sudah mencapai meditasi tingkat tinggi Arupha Jhana III dan IV, tetapi tidak mencapai kesucian. Kendati demikian Pangeran Siddharta tetap belajar walaupun akhirnya meninggalkan para gurunya untuk melanjutkan perjuangan karena merasa tidak menemukan keberhasilan.
“Tidak semua orang bisa meninggalkan itu semua dan mulai perjuangan yang baru. Lalu akhirnya beliau memilih jalannya sendiri untuk berjuang demi tercapainya kesempurnaan. Beliau duduk di bawah pohon Bodhi dan bersumpah, “Sebelum darahku mengering dan tulangku menjadi abu, aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai mencapai kesempurnaan.” Beliau berjuang keras hingga berhasil,” jelas bhante.
Kembali bhante menegaskan pelajaran dari perjuangan Pangeran Siddharta bahwa keberhasilan tidak datang dalam sehari. “Ini bisa menjadi bahan renungan dalam menjalani kehidupan dan menghadapi tantangan dalam kehiduan kita,” tegas bhante.
Namun demikian, bhante menekankan bahwa sebagai umat Buddha juga harus mempunyai target dalam membersihkan kotoran batin dengan praktek Dhamma Sang Buddha yang dikenal dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
“Dari waktu ke waktu kekotoran batin harus semakin berkurang. Karena ketika kotoran batin berkurang penderitaan juga akan berkurang,”
Bhante menerangkan secara rinci ajaran utama Sang Buddha yaitu Empat Kebenaran Arya dan Delapan Jalan Mulia. Umat dihimbau untuk merenungkan dengan sikap meditatif. Bhante berharap umat Buddha benar-benar memahami ajaran utama tersebut.
“Kelahiran sebagai manusia itu sulit, apalagi sebagai manusia yang mengenal Dhamma itu sungguh sulit. Oleh karena itu harapan saya, Bapak Ibu semuanya benar-benar memahami, mengerti dan mempraktekkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam keseharian Bapak Ibu semuanya,” pesan bhante.
Puja ditutup dengan pelimpahan jasa dan Namaskara. Di ujung acara para umat melakukan sesi keakraban dengan makan bersama.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara