Oleh : Surahman Ana
Foto : Surahman Ana
Puluhan ribu umat Buddha berjalan kaki sejauh 4 km memadati jalan raya Mendut-Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (23/7/2023). Pemandangan ini adalah prosesi dalam rangka perayaan Hari Raya Asadha Puja yang puncaknya dihelat di pelataran Candi Borobudur.
Sebelum prosesi, umat mengikuti puja di Candi Mendut yang dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Puja diawali dengan pengambilan Relik Sang Buddha dari vihara utama Candi Mendut oleh Bhante Khemadhiro diiringi beberapa anggota Sanga lainnya. Relik kemudian ditempatkan di dalam Kereta Kencana Mahadhatu yang akan membawa menuju Candi Borobudur.
Setelah penempatan Relik, menyusul puluhan Bhikkhu yang dipimpin Bhante Sri Pannavaro dari Vihara Mendut menuju pelataran Candi Mendut untuk memimpin puja. Mengawali puja, Bhante Pannavaro menyampaikan instruksi kepada seluruh umat, supaya perjalanan yang akan dilakukan mempunyai manfaat Dhamma.
“Saudara sekalian nanti akan melakukan perjalanan menuju Candi Borobudur, maka berjalanlah dengan tertib, tetap menjaga ketenangan dan tidak berbicara selama berjalan. Saudara sekalian nanti berjalan dengan pikiran, tidak harus dengan ucapan. Merenungkan sifat-sifat luhur Buddha, Dhamma, dan Sangha. Boleh melafalkan dalam pikiran yaitu Buddhanusati, Dhammanusati, dan Sanghanusati. Kalaupun saat berjalan tidak merenungkan Trinusati, berjalanlah dengan sati, dengan kesadaran,” jelas bhante.
Bhante menambahkan bahwa perjalanan yang dilakukan dengan perenungan atau kesadaran akan menjadi kebajikan bagi masing-masing umat.
“Kalau saudara menyadari langkah kaki masing-masing atau melafalkan Trinusati, maka setiap langkah akan menjadi punna kiriya, menambah kebajikan bagi anda sampai tiba di Candi Borobudur. Tetapi kalau berjalan dengan pikiran melantur, berbicara macam-macam dengan kanan kiri, maka perjalanan dari Candi Mendut ke Borobudur ini tidak ada nilai Dhammanya, tidak ada manfaat spiritualnya,” imbuh bhante.
“Perhatikan, camkan, dan lakukan ini dengan baik. Ini adalah kesempatan yang sangat baik, tidak dilakukan setiap hari sampai tiba di Candi Borobudur,” tegas bhante menutup pesan.
Usai menyampaikan pesan, bhante mengajak umat untuk melakukan puja dengan mendaraskan Trinusati. Setelahnya, pada sekitar puku 13.30 WIB prosesi mulai berjalan dengan barisan terdepan adalah mobil pembawa replika Roda Dhamma, candi, dan tugu Singa Raja Asokha, kemudian disusul di belakangnya yaitu mobil pembawa Lambang Garuda diikuti barisan busana adat se-Indonesia, kemudian disambung pembawa bendera negara serta bendera panji-panji Buddhis. Dibelakang bendera adalah pembawa tandu Roda Dhamma, tandu Tipitaka, dan kesenian tradisional soreng.
Disambung Kereta Kencana Mahadhatu pembawa Relik Sang Buddha, diikuti dua tandu gunungan hasil tani dan diiringi oleh barisan pembawa amisa puja. Barisan selanjutnya adalah para bhikkhu, samanera, atthasilani, dan peserta Tipitaka Chanting kurang lebih 1.500 orang. Barisan terakhir adalah umat awam yang datang dari sejumlah daerah di Indonesia. Nampak setiap umat berjalan dengan membawa bunga di tangan.
Tepat pukul 15.50 WIB, barisan prosesi sepanjang kurang lebih 2 km ini tiba di panggung utama perayaan Asadha yang terletak di samping Marga Utama Candi Borobudur. Setibanya di lokasi, dilakukan pengambilan Relik Sang Buddha dari Kereta Kencana dan dibawa ke dalam tenda utama, kemudian diikuti seluruh anggota Sangha.
Sesaat kemudian seluruh umat diperkenankan masuk untuk mengikuti upacara Asadha Puja yang disambut alunan gamelan dari group karawitan Dusun Giyono, Kec. Jumo, Kab. Temanggung. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara