• Monday, 1 July 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Ngasiran

Sebanyak 34 calon samanera dan 26 atthasilani ikuti upacara Penahbisan Samanera Semantara di Vihara Mendut, Magelang pada Minggu (30/6/2024). Sanghapamokha Sangha Theravadha Indonesia (STI) Bhante Sri Pannavaro, berlaku sebagai upajaya para samanera pada upacara ini.

Upacara penahbisan samanera dan atthasilani terbagi menjadi dua tahap. Minggu (9/7) pukul setengah lima dini hari dilakukan penahbisan atthasilani, Bhante Jotidhammo, Ketua Dewan Sesepuh STI, sebagai silacarya para atthasilani. Sedangkan penahbisan samanera dilakukan pada pukul 8 pagi. 

Penahbisan samanera tahun ini melibatkan enam Bhikkhu Sangha sebagai acarya diantaranya adalah Bhante Cattamano, Bhante Piyadhiro, Bhante Wirasilo, Bhante Khemadhiro, Bhante Abhijato, dan Bhante Jayasilo. Para pembimbing penahbisan samanera adalah Bhante Dhiracitto, Bhante Medhacitto, Samanera Hemaratano, dan Samanera Ugasanto. Sementara untuk pembimbing para atthasilani adalah Atthasilani Gunanandini dan Atthasilani Sukhita.

Ketua Panitia, Bhante Abhijato, menerangakan bahwa Pabbajja Samanera Umum Dua Minggu dan Latihan Atthasilani Umum Dua Minggu ini merupakan salah satu program pabbajja dari Bidang Pendidikan STI yang ke-88 di tahun 2024. Para samanera dan atthasilani yang akan melaksanakan latihan dari tanggal 30 hingga 15 Juli ke depan ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

“Jumlah peserta sebanyak 34 orang yang baru ditahbiskan dan satu samanera dari tempat lain. Daerah asal peserta samanera diantaranya Jawa Tengah 11 orang, DKI Jakarta 1 orang, Tangerang-Banten 5 orang, Jawa Timur 5 orang, Jawa Barat 3 orang, Sumatra Utara 2 orang, Lombok 4 orang, Kepulauan Riau 1 orang, Kalimantan Utara 1 orang, dan Belanda 1 orang,” terang bhante.

Pelatihan ini juga mempersatukan para samanera dari berbagai latar belakang pendidikan maupun usia. Pendidikan para samanera yaitu S3 satu orang, S2 satu orang, S1 tujuh orang, D3 dua orang, SMA dua puluh satu orang, SMP satu orang, dan SD satu orang. Peserta tertua adalah Samanera Kardo dari Tangerang dengan usia 61 tahun, dan peserta termuda adalah Samanera Davin Miharja dari Tangerang dengan usia 16 tahun.

Bhante juga melaporkan bahwa 26 orang peserta atthasilani berasal dari DKI Jakarta 3 orang, Banten 7 orang, Jawa Tengah 10 orang, Jawa Timur 1 orang, Jawa Barat 1 orang, Bali 2 orang, Lampung 1 orang, Kalimantan Timur 1 orang. Pendidikan S2 satu orang, S1 tujuh orang, D3 satu orang, SMA enam belas orang, SMP satu orang. Peserta tertua dengan usia 64 tahun adalah Attasilani Eva Mariani Setiawan dari Jawa Barat, sementara yang termuda adalah Attasilani Winda dari Jawa Tengah dengan usia 18 tahun.

Selama berlangsungnya pelatihan ini, para peserta akan diberikan beragam pelajaran diantaranya Sejarah Sangha Theravada Indonesia dengan guru pengampu Bhante Jotidhammo, Teori dan Praktek Meditasi guru pengampu Bhante Santacitto, Pokok Dasar Agama Buddha guru pengampu Bhante Abhijato dan Bhante Medhacitto, Teori Dhammadhuta guru pengampu Bhante Abhijato dan Atthasilani Gunanandini, Samanerasikha guru pengampu Bhante Jayasilo, dan Riwayat Hidup Buddha Gautama guru pengampu Atthasilani Gunanandini.

Upajaya para samanera, Bhante Sri Pannavaro, menegaskan bahwa menjadi samanera harus tumbuh dari keyakinan kepada Triratna.  “Melepaskan keduniawian menjadi samanera harus tumbuh dari keyakinan, saddha kepara Tiratana, atau Triratna, tiga permata. Permata batin yang tidak ada tara bandingna yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha. Melepaskan keduniawian menjadi samanera yang tidak tumbuh dari keyakinan tidak membawa banyak manfaat,” jelas bhante.

Lebih lanjut bhante menjelaskan bahwa menjadi samanera adalah langkah awal untuk berusaha terbebas dari penderitaan. Menjadi samanera berarti upaya untuk mengurangi bahkan membuang keinginan-keinginan yang menjadi sumber dukkha, dengan cara menaati sila, vinaya, dan melatih meditasi.

“Dhamma itulah seperti obat yang menyembuhkan penyakit yang lama sekali, yang kita darita dari satu kelahiran ke kelahiran selanjutnya yang tidak pernah berhenti, tidak pernah sembuh yang disebut dengan dukkha. Tidak persoalan anda menjadi samanera sebentar atau lama, tetapi tekad anda sekarang adalah berlatih untuk bebas dari penderitaan,” lanjut bhante.

Menutup pesan Dhammanya, bhante kambali menekankan para samanera untuk meneguhkan keyakinannya serta kesungguhan dalam menjalani latihan ini.

“Ingat ini dengan baik-baik, anda datang di vihara ini menjadi samanera bukan sekadar mencai sensasi, mencari kesan-kesan baik ikut perayaan Asadha, bukan, tetapi sungguh-sungguh berlatih. Kalau anda tidak sungguh-sungguh berlatih, anda tidak mendapatkan manfaat,” pungkas bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *