• Monday, 5 December 2022
  • Sunyaloka
  • 0

Ekayana Grha – Sakyaputra Mandira, sebuah bangunan unik untuk masa kini yang merupakan bangunan penunjang bagi Wihara Ekayana Arama – Indonesia Buddhist Centre, telah diresmikan oleh Menko Polhukam Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P. pada hari Sabtu pagi tanggal 3 Desember 2022.

Bangunan yang dibangun pada abad ke-21 ini mengikuti model rumah peranakan Tionghoa abad ke-19, yaitu bangunan langgam Tiongkok Selatan dipadupadankan dengan langgam Eropa maupun langgam lokal Indonesia, dengan banyak memanfaatkan bahan-bahan material dari bangunan peranakan Tionghoa masa lampau. 

Hadir dalam peresmian bangunan yang terletak di Jalan Mangga 2, Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat ini Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Dr. Femmy Eka Kartika Putri, M.Psi. yang mewakili Menko PMK, Dirjen Bimas Buddha Drs. Supriyadi, M.Pd. yang mewakili Menteri Agama, dan Penjabat Gubenur DKI Jakarta Drs. Heru Budi Hartono, M.M. Hadir pula Staf Senior Presiden Sukardi Rinakit, Ph.D., Koordinator Staf Khusus Presiden Dr. Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, M.Si., Sekretaris Kemenko Polhukam Letjen TNI Teguh Pudjo Rumekso, M.Tr. (Han), Pangkostrad Letjen TNI Maruli Simanjuntak, M.Sc., dan Walikota Jakarta Barat H. Yani Wahyu Purwoko, A.P., M.Si.

“Ekayana Grha Sakyaputra Mandira merupakan sarana penunjang peribadatan umat di Wihara Ekayana Arama dengan karakteristik nilai-nilai keagamaan Buddha dan seni budaya Nusantara.

Detail gedung mulai dikerjakan saat pandemi covid-19 dengan penggabungan tiga arsitektur yakni Tongkok Selatan, Eropa dan lokal,” terang Bhante Dharmavimala.

Dalam kata sambutannya, pihak Yayasan Triyanavardhana Indonesia selaku badan hukum pengelola bangunan ini menyatakan bahwa mereka yang merintis kembalinya pengajaran agama Buddha di Nusantara adalah para peranakan Tionghoa. Dua nama yang dapat disebut adalah mendiang Bapak Kwee Tek Hoay dan mendiang Bhante Ashin Jinarakkhita.

Sebagian besar pendatang dari Tiongkok yang datang ke Indonesia di abad ke-19 adalah laki-laki yang kemudian menikah dengan perempuan setempat. Oleh karena itu peranakan Tionghoa memiliki darah suku asli Nusantara dalam tingkatan tertentu. Percampuran budaya ini melahirkan budaya peranakan Tionghoa yang telah menjadi bagian dari budaya Nusantara. 

Menko Polhukam Mahfud MD dalam kata sambutannya mengingatkan pentingnya agama dalam nilai-nilai luhur budaya yang ada di Indonesia. Mengingat agama telah menyumbang nilai-nilai budaya luhur yang mampu menyatukan perbedaan di Indonesia.

Beliau sangat mengapresiasi diresmikannya Ekayana Grha – Sakyaputra Mandira, “Mudah-mudahan gedung ini membawa manfaat bagi kebangkitan bangsa kita. Mengingat betapa pentingnya kita kembali ke akar budaya demi persatuan bangsa,” pungkasnya. 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *