• Monday, 29 July 2019
  • Reza Wattimena
  • 0

Apakah ada kesalahan dalam hidup? Kita sering mengira, bahwa kita telah salah memilih. Kita tidak sungguh mempertimbangkan semua unsur di dalam keputusan kita. Ketika merasa rugi, kita lalu menyesal.

Penyesalan adalah salah satu sumber utama penderitaan. Banyak orang tersiksa batinnya, karena penyesalan menggerogoti pikirannya. Sejuta pelarian pun dicarinya, mulai dari narkoba sampai bunuh diri. Bagaimana kita memahami kesalahan-kesalahan di dalam hidup?

Tentang moralitas

Secara umum, kesalahan adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan moralitas. Karena moralitas merupakan dasar hukum, maka kesalahan pun juga berarti segala perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Pandangan ini sederhana, dan diterima begitu saja oleh banyak orang. Namun, ada masalah di sini.

Moralitas, dan juga hukum, terus berubah. Apa yang boleh dilakukan dulu, kini tak boleh lagi dilakukan. Sebaliknya pun juga benar. Apa yang dulu tak boleh dilakukan, kini menjadi hal biasa. Moralitas adalah sesuatu yang relatif.

Sebuah masyarakat melarang satu tindakan. Masyarakat lain memperbolehkannya. Banyak sekali contoh yang bisa dideret. Jika orang menjadikan moralitas semacam ini sebagai pijakan, hidupnya akan dipenuhi kebingungan, bahkan kemunafikan.

Ada jenis moralitas lainnya yang tidak berpijak pada apa kata masyarakat. Moralitas ini muncul dari kemanusiaan kita sebagai makhluk semesta. Ia berpijak pada hukum-hukum yang menggerakan alam semesta. Ia tidak melarang dan menjajah, melainkan merawat dan menumbuhkan.

Moralitas semacam ini hanya berisi satu hal, yakni “kehidupan“. Ketika orang menyentuh kehidupan di dalam dirinya, ia akan secara alami menghidupi moralitas ini. Perasaan damai yang lestari, dibarengi rasa welas asih terhadap semua kehidupan, akan langsung mengalir di dalam dirinya. Jika dilihat lebih dekat, hidup sejalan dengan moralitas alami inilah yang merupakan tujuan terluhur hidup manusia.

Tentang kesalahan

Di hadapan moralitas ciptaan masyarakat, tidak ada kesalahan yang mutlak. Yang ada adalah proses belajar terus menerus. Orang berusaha memperbaiki dirinya, tanpa pernah menyentuh kesempurnaan. Namun, sampai batas tertentu, moralitas sosial mesti dilampaui.

Di hadapan moralitas alami, ada kesalahan yang bersifat mutlak. Ketika orang tenggelam dalam hidup yang dangkal, dan tak menyentuh kehidupan di dalam dirinya, maka ia telah melakukan kesalahan. Ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Ia tenggelam pada kedangkalan dan kenikmatan semu kehidupan yang selalu berujung pada ketidakpuasan.

Penyesalan terdalam bukanlah melanggar moralitas ciptaan masyarakat. Itu semua bersifat relatif, dan terus berubah. Penyesalan terdalam adalah, ketika orang tak menggunakan hidupnya untuk menyentuh kehidupan yang lebih dalam daripada sekadar ambisi dan kenikmatan semu.

Menyentuh moralitas alami

Bagaimana menyentuh moralitas alami, yakni “kehidupan” yang tidak hanya ada di dalam diri manusia, tetapi semua makhluk? Seluruh spiritualitas Asia hendak menjawab pertanyaan ini. Tujuan filsafat dan spiritualitas Asia bukanlah merayu Tuhan untuk memasukan manusia ke surga, melainkan pembebasan manusia dari semua belenggu yang memenjara dirinya, termasuk belenggu moralitas, kemunafikan dan penderitaan.

Ada dua hal penting di sini. Pertama, moralitas alami menuntut revolusi batin yang mendasar. Orang memecah ego pribadinya, dan menyentuh jati dirinya yang asli. Ketika ego pribadi lenyap, atau tertunda, orang akan sadar, bahwa ia adalah alam semesta itu sendiri.

Pada titik ini, moralitas alami muncul. Ia berpijak tidak pada larangan dan aturan yang tak masuk akal, melainkan pada “kehidupan” dan rasa welas asih pada semua mahluk. Pembalikan ego semacam ini disebut juga sebagai pencerahan batin. Inilah tujuan tertinggi dari semua tradisi filsafat dan spiritualitas Asia.

Baca juga: Marxisme, Zen, dan Revolusi Kehidupan

Dua, moralitas alami menuntut orang berbalik arah. Pencarian tidak diarahkan ke luar, misalnya dalam bentuk kekuasaan, harta ataupun kenikmatan sesaat. Pencarian diarahkan ke dalam diri, yakni ke dalam proses kesadaran yang merupakan inti kehidupan itu sendiri. Orang lalu hidup dari titik ini, walaupun perubahan dan jatuh bangun kehidupan menghadang.

Di titik ini, tak ada lagi niat untuk mengontrol kehidupan. Semua datang dan pergi. Orang mengamati dengan penuh kesadaran. Ada kedamaian dan kejernihan muncul secara alami dalam diri.

Ketika moralitas ciptaan masyarakat dilampaui, orang lalu sampai pada satu kebenaran sederhana. Satu-satunya kesalahan dalam hidup adalah tidak menggali lebih dalam unsur spiritual yang berada di dalam diri manusia. Satu-satunya kesalahan dalam hidup adalah hidup secara dangkal dalam kubangan ambisi dan kerakusan yang merusak kehidupan. Di luar itu, semua adalah relatif.

Reza A.A Wattimena

Pelaku Zen, tinggal di Jakarta

» Apabila Anda merasa bahwa BuddhaZine menambah khazanah informasi Buddhadharma untuk Anda, keluarga, maupun sahabat. Anda dapat bersama kami, dalam mengabarkan kebaikan dengan berdana ke rekening kami.
Rek BuddhaZine: BCA | Jo Priastana | 485 0557 701 «

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *