Wulandari | Sunday, 22 March 2020 11.11 AM Life
John Robertson
Bonnie Myotai Treace, seorang praktisi Zen dari Hermitage Heart Zen Center telah mengemukakan tiga renungan dan praktik “sederhana” (tapi kuat!) untuk membantu kita tetap membuka hati dan terhubung saat kita memikirkan rasa takut dan ketidakpastian yang dibawa oleh virus Corona secara tiba-tiba ke dalam kehidupan kita.
Latihan Sederhana Pertama: Pikiran Gassho
Seseorang mendekat dan Anda menginginkan mereka untuk tidak mendekat.
Akan ada percikan ketakutan atau kecemasan.
Hembuskan napas.
Katakan, “Mohon berhenti di sana” dan tangkupkan kedua telapak tanganmu membentuk gassho, mudra kedekatan.”
Mundur sedikit jika Anda merasa perlu melakukannya.
Tersenyumlah dan tatap mata mereka dengan penuh kehangatan.
Ijinkan diri Anda merasakan kerentanan mereka, bersama dengan kerentanan Anda.
Tidak masalah untuk melindungi diri Anda sendiri dengan cara ini dan cara lainnya.
Yang lebih penting: jangan biarkan ketakutan menutup hati Anda.
Praktik Sederhana Lainnya: Tunjukkan
Kita adalah Sangha yang tepat, komunitas yang tepat untuk tantangan ini.
Setiap hari temukan cara, besar atau kecil, untuk menunjukkan perhatian kepada orang lain.
Setidaknya satu orang.
Setiap hari.
Kita masing-masing selalu memiliki peluang yang berbeda, kerentanan, serta kapasitas.
Orang tua dan orang sakit memiliki kebijaksanaan dan kesabaran, diberi pengalaman panjang akan kehilangan, ketangguhan, dan yang mana sikap adalah segalanya.
Tawarkan ini dengan penuh kasih.
Tuliskan catatan, bisikkan kata-kata, dan lain-lain, tanpa batas.
Mereka yang lebih muda dan memiliki energi lebih, punya peluang untuk menjadi kreatif dalam cara melayani, sigap untuk melihat apa yang perlu diubah.
Tawarkan ini.
Setiap hari.
Membersihkan, bercocok tanam, memasak.
Tuliskan program-program inovatif, buat dunia berikutnya.
Mari kita mulai saja, dan beralih dari keasyikan diri ke kegiatan para bodhisattwa.
Latihan Ketiga: Pikiran Memorial
Duka akan datang, ada di sini, akan ada di sini.
Sediakan ruang dan waktu untuk itu.
Cinta, penghargaan, refleksi, kesedihan:
Anda harus duduk diam dan membiarkan ini terjadi.
Kita harus nyata, mampu menjadi nyata,
Dipanggil untuk menjadi nyata.
Jadi, setidaknya selama lima menit
Izinkan kesedihan masuk. Izinkan itu terjadi.
Ada para dokter, perawat, pengasuh sekarat di saat ini untuk pasien mereka, untuk kita.
Ibu sudah meninggal. Ayah. Orang-orang tercinta di setiap negara.
Dan akan ada jutaan demi jutaan lainnya.
Menjadi nyata, berarti merasakan ini.
Jikalau tidak, kita menyangkal.
“Saya tidak akan melupakanmu.”
Atur waktu jika Anda perlu, sesuatu telah memanggil Anda untuk kembali.
Hembuskan napas. Rasakan napas Anda. Jadilah di mana Anda berada.
Bertekadlah untuk tidak membawa orang-orang di sekitar Anda atau pergi darimu begitu saja.
Sumber : Lionsroar.com/Bonnie Treace
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung