• Sunday, 25 March 2018
  • Maharani K
  • 0

Jawaban rubrik konsultasi psikologi BuddhaZine.com

Bu Maharani Yth.

Saya Didit. Bu, bisa nggak sih? Kita itu pacaran, pertama dan terakhir aja?

Soalnya gini, saya tuh sayang banget sama pacar saya. Nggak kebayang kalau nanti putus. Kira-kira gimana yah bu caranya agar saya dan pacar saya bisa menjadi cinta pertama dan terakhir?

Terima kasih Bu.

 

Dear Didit,

Untuk masalah pacaran, ingin menjadikan pacar yang sekarang sebagai pacar pertama dan yang terakhir, itu semua tentu saja relatif, maksudnya begini… tidak akan ada jaminan pasti bahwa pacar kita yang sekarang itu pasti menjadi pacar yang terakhir juga.

Wajar saja di usia-usia remaja, apalagi baru pertama kali pacaran, dan usia hubungannya masih relatif pendek (belum sampai setahun) pasti sedang dalam masa-masa paling berbunga-bunga dan indah-indahnya. Istilahnya: “Makan makanan tidak enak pun terasa seperti coklat,” dan banyak ungkapan-ungkapan lainnya seperti: “Jatuh cinta berjuta rasanya”.

Tentu saja dalam sebuah hubungan pacaran, kedua sejoli ini saling menyayangi dan memperhatikan satu sama lain, namun tidak mungkin juga terhindarkan dari konflik, pertengkaran, debat mulut dan beda pendapat khan? Jadi, sebaiknya kita jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan ingin menjadikan pacar pertama ini sekaligus sebagai pacar terakhir.

Ada baiknya juga di usia yang masih muda, Didit membuka pergaulan seluas-luasnya, selain untuk menambah relasi dan pengetahuan, Didit juga bertambah pengalaman dan kemampuannya dalam bergaul serta bersosialisasi dengan yang lain.

Ya semua orang pasti berharap pacaran dalam hidup hanya sekali saja, namun seandainya hal itu tidak dimungkinkan, pacaran beberapa kali sebelum melangkah ke jenjang pernikahan juga ada baiknya lo, di antaranya kita akan memiliki kemampuan lebih dalam menilai dan memahami karakter-karakter lawan jenis kita, jadi tidak hanya terpusat pada satu orang saja.

Nah kalau saat ini Didit sedang sayang-sayangnya dengan pacar, itu memang hal yang wajar dan lumrah, namanya juga sedang masa manis-manisnya, semua pasti terasa manis dan indah bukan?

Biasanya konflik-konflik dan pertengkaran serta beda pendapat akan terjadi ketika memasuki tahun kedua hingga tahun kelima dalam sebuah hubungan pacaran, karena di tahun pertama biasanya manusia sedang berada di fase jatuh cinta, di mana yang kita lihat dari pasangan kebanyakan hanya sisi posisif-positifnya saja, kemudian di tahun pertama biasanya kita juga banyak mengucap janji-janji masa depan dengan pasangan kita.

Nah ini juga perlu disikapi dengan bijak lo, jangan sampai janji-janji ini nantinya justru akan membebani diri kita ketika hubungan sudah tidak lagi berjalan atau ketika dua sejoli ini sudah merasa tidak cocok lagi.

Jadi saran saya, jangan terburu-buru mengucap janji atau berharap pacar yang pertama ini akan menjadi yang terakhir. Alangkah baiknya pelajari dulu dalam-dalam semua watak, karakter, kekurangan dan kelebihan pasangan kita kurang lebih antara dua sampai tiga tahun pacaran, barulah kita bisa mengambil kesimpulan apakah hubungan akan dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius atau tidak.

Karena biasanya di tahun kedua dan ketiga, sifat-sifat asli pasangan kita sudah mulai nampak yang sesungguhnya.

Di sana kita bisa menilai apakah kira-kira orang ini layak dan pantas untuk kita jadikan pasangan hidup yang sesungguhnya, dan apakah hubungan tersebut memberikan dampak positif terhadap kehidupan Didit? Misalnya menambah semangat hidup, semakin terpacu untuk meraih masa depan yang lebih baik, memotivasi untuk belajar semakin giat, dsb.

Kemudian langkah lainnya, hiduplah di saat ini saja Didit, kita tidak perlu repot-repot membayangkan seandainya nanti kalau putus dengan pacar bagaimana, nanti kalau rasa sayangnya berubah bagaimana…dst.

Pada dasarnya tidak ada satu pun hal di dunia ini yang pasti dan menetap, termasuk hubungan pacaran itu sendiri, jadi kita berfokus saja menjalankan hubungan sebaik-sebaiknya, rawatlah yang saat ini Didit miliki berdua, tanpa perlu galau dan gelisah memikirkan hal-hal ke depan yang belum pasti. Toh namanya manusia juga pasti akan berubah setiap waktu, jadi tidak perlu risau berlebihan akan masa depan.

Lebih baik Didit selalu mengucap saja di dalam hati, kalau memang ini jodoh saya, semoga hubungan ini dapat berjalan dengan baik, lancar dan harmonis hingga seterusnya nanti, tapi jika memang dia bukanlah jodoh saya, semoga ada jalan terbaik untuk kita berdua agar dipertemukan dengan jodoh masing-masing.
Selamat mencoba ya Didit, semoga berhasil dan selalu berbahagia…

*Bagi yang hendak mengajukan konsultasi psikologi, silakan kirim ke Redaksi@buddhazine.com Ilustrasi: Agung Wijaya

Maharani K.,M.Psi

(Psikolog keluarga, Hipnoterapis, dan Trainer)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *