• Friday, 6 September 2013
  • Sutar Soemitro
  • 0

Belle Beth Cooper, seorang penulis dari Melbourne, Australia berbagi cerita tentang pengalamannya bermeditasi kepada lifehacker.com.

Ketika ayah mulai meyakinkan saya untuk bermeditasi ketika saya berusia 12 tahun, sejujurnya saya skeptis terhadap meditasi. Saya selalu ragu-ragu dan sulit untuk memahami untuk apa saya bermeditasi. Tapi kini saya telah menemukan bagaimana sederhananya (bukan gampang, tapi sederhana) meditasi dapat memberi manfaat besar untuk membuat hari-hari saya menjadi bahagia.

Sebagai orang dewasa, saya pertama kali memulai latihan meditasi hanya dua menit dalam sehari. Ya, dua menit! Saya mendapatkan ide tersebut dari blog Zen Habits milik Leo Babauta, dimana ia menekankan bagaimana cara memulai kebiasaan kecil dengan sebuah langkah kecil secara konsisten. Walaupun Anda skeptis seperti saya waktu pertama mulai, atau mungkin Anda malah sudah terbiasa melakukan meditasi selama beberapa jam, rasanya menarik untuk mencaritahu bagaimana kebiasaan baru memberi dampak pada otak kita. Saya coba melihat meditasi lebih dalam, melihat ke dalam otak kita ketika kita sedang melakukannya. Dan saya menemukan sesuatu yang menakjubkan.

Apakah Meditasi Itu?
Ada beberapa cara berbeda untuk bermeditasi. Meski begitu hanya ada beberapa metode meditasi yang sering menjadi obyek penelitian. Salah satunya adalah meditasi perhatian penuh atau meditasi kesadaran penuh yang memfokuskan pada satu obyek –mungkin nafas, sensasi pada tubuh, atau benda di luar tubuh Anda. Meditasi jenis ini adalah memfokuskan pada satu obyek secara kuat dan secara kontinyu menarik kembali fokus ke obyek meditasi ketika fokus menyimpang.

Jenis lain meditasi yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah meditasi pengamatan. Metode meditasi ini dilakukan dengan cara memperhatikan semua yang terjadi di sekitar Anda –Anda hanya memperhatikan tanpa bereaksi.

Apa yang Terjadi Pada Otak Ketika Bermeditasi?
Inilah yang sangat menarik. Menggunakan teknologi modern seperti scan fMRI, para ilmuwan telah mengembangkan pemahaman yang menyeluruh tentang apa yang terjadi pada otak ketika kita meditasi. Keadaan yang sungguh berbeda terjadi, otak kita berhenti memproses informasi tidak seaktif biasanya. Ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan gelombang beta. Gelombang beta merupakan pertanda otak kita sedang memproses informasi. Bahkan ini terjadi setelah sesi meditasi 20 menit pada orang yang sama sekali belum pernah melakukan meditasi sebelumnya.

Pada foto di bawah ini Anda dapat lihat bagaimana gelombang beta (warna cerah di kiri) secara dramatis berkurang selama meditasi (kanan).

20130905 Inilah yang Terjadi pada Otak Saat Meditasi (dan Manfaatnya)_2

 

Berikut penjelasan tentang apa yang terjadi pada otak kita selama meditasi:

Lobus depan
Adalah bagian otak yang paling berkembang, memberi pertimbangan, perencanaan, emosi, dan kesadaran diri. Selama meditasi, lobus depan cenderung offline.

Lobus parietal
Bagian otak yang memproses informasi sensorik tentang kondisi sekitar kita, membuat kita mengenali ruang dan waktu. Selama meditasi, aktivitas di lobus parietal melambat.

Thalamus
Sebagai penjaga indera, organ ini memfokuskan perhatian kita dengan menyalurkan data sensorik lebih dalam ke otak dan menghentikan sinyal lain di jalurnya. Meditasi mengurangi arus informasi yang masuk hingga minimal.

Formasi reticular
Sebagai penjaga otak, bagian ini menerima stimulus yang masuk dan menjadikan otak waspada, siap untuk memberi respon. Meditasi memanggil kembali sinyal yang kuat.

Bagaimana Pengaruh Meditasi?
Setelah kita tahu apa yang terjadi pada otak ketika meditasi, mari kita lihat penelitian tentang bagaimana meditasi berpengaruh terhadap kesehatan kita.

1. Konsentrasi lebih baik
Karena meditasi adalah sebuah latihan memfokuskan diri pada perhatian dan senantiasa sadar ketika fokus terlepas, hal ini meningkatkan kemampuan konsentrasi ketika kita sedang tidak bermeditasi. Ini adalah efek jangka panjang jika kita bermeditasi secara teratur.

2. Kecemasan berkurang
Ini sangat teknis, tapi sangat menarik. Makin sering kita meditasi, makin sedikit kecemasan. Ternyata ini terjadi karena kita melonggarkan koneksi jalur saraf tertentu. Kedengarannya tidak bagus, tapi tidak.

Apa yang terjadi tanpa meditasi adalah adanya bagian otak yang kadang disebut Me Center (korteks prefrontal medial). Bagian ini yang memproses informasi tentang diri dan pengalaman kita. Pada keadaan normal, jalur saraf dari sensasi tubuh dan pusat rasa takut pada otak menuju Me Center benar-benar kuat. Ketika Anda mengalami sensasi yang menakutkan atau menyedihkan, itu akan mendorong sebuah reaksi kuat di dalam Me Center, membuat Anda merasa takut atau merasa diserang.

Ketika kita meditasi, kita melemahkan koneksi saraf ini. Ini berarti kita tidak bereaksi sekuat itu terhadap sensasi yang menyulut Me Center. Karena kita melemahkan koneksi ini, kita secara terus-menerus menguatkan koneksi antara apa yang kita ketahui sebagai pusat pemikiran (bagian dari otak yang berfungsi untuk menimbang) dan sensasi tubuh dan pusat rasa takut. Jadi, ketika kita mengalami rasa takut atau sedih, kita dapat dengan mudah melihatnya secara rasional.

Begini contohnya. Ketika Anda merasakan sakit, alih-alih cemas dan berasumsi ada yang salah dengan Anda, lebih baik Anda mengamati bahwa rasa sakit muncul dan lenyap tanpa menjadi terjerat di dalamnya.

3. Lebih kreatif
Sebagai seorang penulis, hal ini adalah sesuatu yang selalu menarik. Sayangnya, ini bukanlah hal mudah untuk dipelajari, tapi ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa meditasi dapat meningkatkan kreativitas.

Para peneliti di Universitas Leiden, Belanda mempelajari meditasi perhatian penuh dan meditasi pengamatan untuk melihat apakah ada peningkatan kreativitas karenanya. Mereka menemukan bahwa orang yang mempraktekkan meditasi perhatian penuh tidak menunjukkan peningkatan yang nyata dalam hal peningkatan kreativitas selama mengikuti meditasi. Sedangkan bagi mereka yang mengikuti meditasi pengamatan, terjadi peningkatan dalam hal munculnya ide-ide baru.

4. Lebih welas asih
Penelitian tentang meditasi menunjukkan bahwa empati dan welas asih lebih tinggi pada orang yang melakukan meditasi secara teratur. Dalam sebuah uji coba diperlihatkan foto orang lain yang baik, buruk atau netral kepada para peserta uji coba yang melakukan meditasi welas asih. Para peserta mampu fokus pada perhatian mereka dan mengurangi reaksi emosional pada foto-foto tersebut, bahkan ketika mereka sedang tidak meditasi. Mereka juga menjadi lebih welas asih pada orang lain ketika diperlihatkan foto-foto yang mengganggu.

Jawaban atas hal ini berasal dari aktivitas pada amygdala –bagian dari otak yang memproses stimuli emosional. Selama meditasi, bagian otak ini secara normal menunjukkan penurunan aktivitas, tapi dalam uji coba ini terjadi pengecualian ketika para peserta diperlihatkan foto-foto orang.

Studi lain di tahun 2008 menemukan bahwa orang yang bermeditasi secara rutin memiliki tingkat keaktifan yang lebih kuat dalam junktur parietal temporal (bagian dari otak yang memproduksi empati) ketika mereka mendengar suara orang yang menderita, dibandingkan dengan mereka yang tidak bermeditasi.

5. Daya ingat lebih baik
Satu hal yang dikaitkan dengan meditasi adalah peningkatan daya ingat. Catherine Kerr, seorang peneliti di Martinos Center for Biomedical Imaging and the Osher Research Center menemukan bahwa orang yang mempraktekkan meditasi kesadaran penuh mampu untuk meningkatkan gelombang otak yang menghilangkan gangguan dan meningkatkan produktivitas mereka lebih cepat daripada mereka yang tidak bermeditasi. Ia mengatakan bahwa kemampuan untuk mengabaikan gangguan dapat dijelaskan sebagai “kemampuan superior berupa daya ingat yang kuat dan menggabungkannya dengan fakta-fakta baru”. Ini kelihatannya sangat sesuai dengan kekuatan yang diperlihatkan pada situasi baru yang juga akan secara dramatis meningkatkan daya ingat kita terhadap segala sesuatu.

6. Lebih sedikit stres
Meditasi kesadaran penuh telah terbukti membantu orang mengurangi rasa stres ketika berada dalam tekanan. Sebuah studi di tahun 2012 membagi sebuah kelompok manajer sumber daya manusia menjadi tiga, dimana sepertiganya berpartisipasi dalam pelatihan meditasi kesadaran penuh, sepertiga yang lain ikut pelatihan relaksasi tubuh, dan sepertiga terakhir tidak mengikuti pelatihan apa pun. Tumpukan tugas yang membuat stres diberikan kepada semua manajer sebelum dan sesudah uji coba selama delapan minggu. Pada tes akhir, kelompok yang ikut pelatihan meditasi dilaporkan memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dua kelompok yang lain.

7. Lebih banyak area abu-abu
Meditasi telah dihubungkan dengan sejumlah besar area abu-abu di dalam hippocampus dan wilayah depan otak. Awalnya saya tidak mengerti apa maksudnya, tapi ternyata menakjubkan. Semakin banyak area abu-abu di dalam otak dapat membuat emosi positif menjadi lebih banyak, stabilitas emosi lebih bertahan lama, dan konsentrasi lebih meningkat dalam hidup sehari-hari.

Meditasi juga terbukti mengurangi efek yang ditimbulkan karena penuaan dalam hal area abu-abu dan memperlambat penurunan fungsi kognitif. (wildmind/lifehacker.com)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *