• Tuesday, 23 February 2021
  • Ngasiran
  • 0

Selain potret kesederhanaan hidup masyarakat desa, film Dupa 2 memberikan pesan penting, yaitu persahabatan otentik anak desa. Umumnya anak-anak desa hidup menyatu dengan lingkungan. Bermain dengan teman-teman sebaya tanpa membedakan status sosial: kaya – miskin, ras, suku, apalagi agama.

Jika ada pertengkaran-pertengkaran kecil itu wajar. Biasanya disebabkan oleh hal-hal sepele, seperti rebutan mainan atau candaan yang berlebihan. Itupun tidak berlangsung lama, setelah beberapa saat pertengkaran reda dan mereka akan kembali bermain bersama. Sesederhana itulah kehidupan anak desa.

Film Dupa 2 merupakan lanjutan film pendek Dupa garapan Kinjeng Desa. Film berdurasi 16:28 detik itu mengambil latar kehidupan masyarakat Desa Jatimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta yang penduduknya menganut dua agama: Islam dan Buddha.

Selama libur sekolah, Ayu – diperankan Alifia Dyah Ayu siswi kelas enam SD – tinggal di rumah neneknya Mbah Jum – diperankan Ponirah – yang tinggal sebatang kara di sebuah desa. Mimpi buruk bagi Ayu, ia yang biasa hidup di tengah keramaian kota harus merasakan suasana malam yang sepi, suara-suara binatang malam, ditambah listrik mati.

Singkatnya, malam pertama Ayu di rumah Mbah Jum dilewati dengan teror rasa takut. Apalagi saat ia mencium semacam aroma yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Keesokan harinya, Ayu diajak Mbah Jum mengembalikan wakul ke rumah Mbok Darmi. Wakul yang sebelumnya digunakan untuk tempat geblek, semacam makanan tradisional, dari Mbok Darmi yang diantarkan oleh Thole dan Bejo. Namun, saat itu Mbok Darmi sedang ambil rumput ke ladang. Ayu dan Mbok Jum hanya menemui Thole dan Bejo yang sedang bermain kelereng.

Rasa penasaran

Sebagaimana masyarakat desa, Ayu dan Mbah Jum dipersilahkan masuk untuk menaruh wakul di dapur. Masuk rumah Mbok Darmi, Ayu dibuat penasaran dengan patung dan lilin di salah satu ruangan rumah. “Kok ada patung dan lilin itu untuk apa Mbah?” tanya Ayu kepada Mbah Jum. Mbah Jum pun menjawab “Itu tempat sembahyang Thole.” Sembahyang kok pakai lilin, kita kan tidak to, Mbah?” Ayu tanya kembali.

“Thole itu agamanya Buddha. Di sini kan ada dua agama to Yu,” jelas Mbah Jum. Tidak tahan dengan rasa penasaran ia menghampiri benda yang ditata membentuk altar itu. Akhirnya Ayu menyadari, bau aneh yang ia cium malam sebelumnya adalah wangi dupa.

Dari alur cerita Dupa 2 memang tidak terlalu menonjolkan persahabatan anak-anak yang tidak terlalu memikirkan perbedaan. Namun jika penonton jeli, melihat persahaban Thole yang beragama Buddha dan Bejo yang beragama Islam akan terlihat bagaimana persahabatan otentik anak-anak desa.

Lebih lagi bila menonton serial lain film garapan Kinjeng Desa, Bejo dan Thole, kita akan melihat sesungguhnya perbedaan (baik agama, suku, ras, dan budaya) ada karena dikotomi dari orang dewasa.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *