
Penulis: Aria Widyanto
Foto: Ngasiran
Masyarakat pedesaan dan akar rumput sering kali menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak bencana akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, strategi global pemulihan lingkungan harus mengedepankan pendekatan yang adaptif, partisipatif, dan berbasis kearifan lokal. Salah satu contoh praktik lokal yang relevan dengan tantangan perubahan iklim global adalah Nyadran Kali di Dusun Krecek, Temanggung.
Nyadran Kali merupakan tradisi masyarakat setempat yang dilakukan setiap Jumat Kliwon bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa. Ritual ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga bentuk nyata dari kesadaran ekologis masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.
Tradisi ini dimulai pada Kamis pagi, ketika warga secara gotong royong membersihkan dan memuliakan tiga sumber mata air di lereng bukit. Pada malam harinya, seluruh warga—laki-laki dan perempuan—berkumpul dalam kenduri untuk berdoa bersama demi keselamatan, kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan yang menopang kehidupan mereka.
Keesokan harinya, Jumat Kliwon, seluruh warga, termasuk ibu-ibu dan anak-anak, melanjutkan prosesi dengan melakukan penanaman pohon sebagai bagian dari upaya restorasi lereng bukit yang terdampak bencana longsor akibat curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem. Secara gotong royong, mereka membawa dan menanam bibit pohon seperti durian, alpukat, dan beringin, yang berfungsi untuk menstabilkan tanah serta menjaga keseimbangan ekosistem.
Kearifan Lokal sebagai Bentuk Resiliensi Terhadap Perubahan Iklim
Aktivitas pemulihan bencana yang diadaptasi dan diselaraskan dengan tradisi setempat seperti Nyadran Kali ini adalah contoh bagaimana budaya lokal dapat menjadi bagian dari solusi global dalam menghadapi perubahan iklim. Keterlibatan langsung masyarakat lokal dalam aksi ekologis ini menunjukkan bahwa resiliensi terhadap perubahan iklim tidak harus selalu datang dari kebijakan tingkat atas, tetapi dapat dimulai dari akar rumput melalui transformasi budaya yang relevan dengan tantangan global saat ini.
Salah satu contoh dukungan dari sektor swasta terhadap gerakan ini adalah keterlibatan Amartha, perusahaan penyedia layanan keuangan digital dengan visi ESG (Environmental, Social, and Governance). Amartha melihat Nyadran Kali di Dusun Krecek sebagai praktik yang sejalan dengan misinya dalam menciptakan keseimbangan antara kesejahteraan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Dalam pelaksanaan Nyadran Kali tahun ini, Amartha berpartisipasi dengan menyediakan bibit pohon serta terlibat langsung dalam kegiatan restorasi hutan yang terdampak bencana.
Masyarakat Lokal sebagai Tokoh Kunci dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Dalam konteks global, partisipasi aktif masyarakat lokal dalam aksi lingkungan seperti Nyadran Kali membuktikan bahwa solusi perubahan iklim tidak hanya dapat ditemukan dalam kebijakan tingkat elit, tetapi juga dalam prakarsa komunitas yang memahami tantangan ekologis di wilayah mereka sendiri. Keberhasilan mitigasi perubahan iklim sangat bergantung pada sinergi antara masyarakat lokal, pendana, akademisi, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan resiliensi yang berkelanjutan dan inklusif.
Dengan menjadikan masyarakat lokal sebagai tokoh utama dalam transformasi sosial, strategi global dalam mengurangi risiko perubahan iklim dapat lebih efektif dan berdampak nyata di tingkat akar rumput.

Aria Widyanto: President Director & CRSO Amartha


=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara