• Saturday, 23 April 2016
  • Trang Tin Yeu
  • 0

Tidak ada yang bisa bertahan hidup tanpa makanan. Apa pun yang kita konsumsi akan membawa dampak, apakah itu membawa dampak penyembuhan diri atau dampak yang meracuni kita. Kita cenderung berpikir makanan itu hanyalah apa yang kita konsumsi lewat mulut, tapi apa yang kita konsumsi melalui mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh adalah juga makanan. Percakapan-percakapan di sekitar kita dan yang kita sendiri terlibat di dalamnya, juga adalah sejenis makanan. Apakah kita makan atau mengolah jenis makanan yang sehat buat kita dan yang dapat membuat kita tumbuh berkembang?

Ketika kita mengucapkan sesuatu yang menyehatkan dan memberi semangat kepada orang-orang di sekitar kita, kita memberi ‘makan’ cinta kasih yang ada dalam diri kita. Ketika kita berbicara dan berbuat sesuatu yang menyebabkan ketegangan dan kemarahan, kita sedang memberi ‘makan’ benih kekerasan dan penderitaan kita.

Seringkali kita mengkonsumsi percakapan yang beracun dari orang-orang di sekitar kita dan dari apa yang kita tonton dan baca. Apakah kita mengkonsumsi sesuatu yang membuat pengertian dan cinta kasih tumbuh? Apabila iya, maka itulah makanan yang baik. Seringkali kita makan percakapan yang membuat kita merasa tidak enak atau tidak aman tentang diri kita sendiri atau sedang menghakimi sesorang, dan merasa diri kita lebih hebat dari orang lain. Kita dapat melihat cara komunikasi kita sebagai satu bentuk “makanan dan konsumsi”. Internet adalah sejenis makanan, penuh dengan bahan-bahan yang membawa penyembuhan atau bahan yang beracun. Sangat mudah mengkonsumsinya dalam waktu beberapa menit saja kita online. Ini bukan berarti Anda tidak boleh memakai internet, tapi Anda harus selalu waspada akan apa yang Anda baca dan tonton.

Saat Anda bekerja dengan komputer selama tiga atau empat jam, Anda sepenuhnya tenggelam di dalamnya. Sama halnya seperti Anda makan kentang goreng (french fries). Anda tidak seharusnya makan french fries seharian dan tidak seharusnya Anda ada di depan komputer sepanjang hari. Sedikit kentang goreng, beberapa jam online saja mungkin sudah cukup untuk menyelesaikan keperluan kita.

Apa yang Anda baca dan tulis dapat membantu penyembuhan Anda. Ketika Anda menulis email atau surat yang penuh pengertian dan cinta kasih, Anda menyehatkan diri sendiri selama Anda menulis surat itu. Walaupun hanya sebuah catatan kecil, semua yang Anda tulis dapat membawa nutrisi yang baik buat Anda sendiri dan buat orang yang Anda tuju.

Bagaimana Anda bisa tahu seperti apa komunikasi yang sehat dan yang beracun? Perhatian penuh atau kesadaran (Sati dalam bahasa Pali) adalah bahan yang sangat penting dalam membina komunikasi yang sehat. “Kesadaran” membutuhkan keberanian untuk melepas. Melepas kebiasaan kita menilai orang lain atau hal lain, lalu membawa kesadaran kita kembali pada nafas dan tubuh kita, bawalah seluruh perhatian pada apa yang ada di dalam diri dan di sekitar Anda. Ini dapat membantu Anda mengenali apakah pikiran yang Anda timbulkan sehat atau tidak. Punya cinta kasih atau tidak.

Percakapan adalah sumber makanan. Kita semua kadang merasa kesepian dan ingin berbicara dengan seseorang. Tapi pada saat Anda bercakap-cakap dengan seseorang, apa yang orang tersebut katakan mungkin dapat penuh dengan racun, seperti kebencian, kemarahan, dan frustasi. Ketika Anda mendengarnya, Anda membawa racun itu ke dalam pikiran dan jasmani Anda. Karena itulah sadar dengan apa yang diucapkan dan sadar saat mendengar sangatlah penting.

Percakapan yang penuh dengan racun sulit dihindarkan, terutama saat bekerja. Apabila keadaan itu terus berlanjut di sekitar Anda, berhati-hatilah. Anda butuh kesadaran yang cukup untuk tidak menyerap jenis penderitaan seperti itu. Anda harus bisa melindungi diri dengan kekuatan cinta kasih sehingga saat Anda mendengar, daripada mengkonsumsi racun tersebut, sebaliknya Anda bisa aktif membangkitkan cinta kasih yang lebih dalam di dalam diri Anda. Saat Anda mendengar dengan cara seperti ini, cinta kasih akan melindungi Anda dan penderitaan orang tersebut pun akan berkurang.

Untuk menggambarkan kenyataan ini, Buddha memakai perumpaan seekor sapi yang menderita sakit kulit. Sapi tersebut diserang oleh berbagai jenis serangga dan makhluk-makhluk kecil yang datang dari tanah, pohon, atau air. Tanpa kulit, sapi itu tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Kesadaran adalah kulit kita. Tanpa energi kesadaran, kita mungkin dapat menyerap hal-hal yang beracun ke dalam tubuh dan pikiran kita.

Bahkan ketika Anda sedang santai mengendarai mobil Anda melalui kota-kota, iklan-iklan menyapa matamu, dan Anda dipaksa untuk melihatnya. Anda mendengar suara-suara, Anda mungkin bahkan sedang mengeluarkan kata-kata dari hasil konsumsi yang penuh racun. Kita harus melindungi diri kita sendiri dengan sadar dalam mengkonsumsi. Sadar dalam berkomunikasi adalah bagian dari itu. Kita dapat berkomunikasi dengan sedemikian rupa sehingga mempertebal kedamaian dan cinta kasih di dalam diri kita dan membawa kebahagiaan kepada orang lain.

Untuk menjaga agar kesadaran kita terus terjaga, Anda bisa mengikuti Retret Keluarga dan Perayaan Waisak “Jalan Cinta Kasih” bersama delegasi Plum Village International dari Perancis bekerjasama dengan Pusdiklat Buddhis Bodhidharma.

Retret akan diadakan pada Selasa – Jumat, 13-17 Mei 2016 di Athalia Resort, Cipayung, Puncak, Jawa Barat. Informasi lebih lengkap bisa klik http://bodhidharma.or.id/jalancintakasih atau telepon ke Soe Yin Ken (081908087938), Santy (081219550900), dan Ermi (0818772232, 021-54390461/62).

(Dikutip dari buku The Art of Communication oleh Master Zen Thich Nhat Hanh. Diterjemahkan oleh B. Trang Tin Yeu

Catatan: BuddhaZine adalah media partner retret keluarga dan perayaan Waisak “Jalan Cinta Kasih”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *