• Sunday, 7 April 2019
  • Adica Wirawan
  • 0

Apabila kesuksesan tujuan ialah soal alam kelahiran, kesuksesan penampilan menyangkut wujud fisik individu. Harus diakui, penampilan fisik berpengaruh terhadap peruntungan seseorang. Seseorang yang memiliki penampilan fisik yang rupawan mampu memetik lebih banyak buah dari kamma baik. Hidupnya menjadi nyaman, sedikit mengalami halangan, dan mudah mendapat penerimaan dari banyak orang.

Perhatikanlah kehidupan para aktor atau aktris, yang punya keelokan wajah. Mereka dapat menikmati lebih banyak kesenangan daripada orang biasa. Oleh karena fisiknya terlihat indah, rezekinya pun lebih lancar, namanya tersiar ke mana-mana, dan pengaruhnya sedemikian kuat.

Jadi, berbahagialah siapa pun yang memiliki penampilan yang rupawan. Sebab, yang bersangkutan sedang berada dalam kondisi yang menguntungkan. Akan ada begitu banyak buah dari kamma baik yang bisa didapatnya berkat kondisi fisiknya tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut, adalah penting supaya kita menjaga penampilan. Harap jangan disalahpahami, menjaga penampilan bukan berarti bersolek secara berlebihan. Menjaga penampilan bukan berarti kita pergi ke salon setiap minggu, berdandan berjam-jam setiap hari, atau merias wajah dengan make up yang mahal. Bukan. Bukan itu maksudnya.

Menjaga penampilan artinya membuat penampilan kita enak dipandang, seperti berpenampilan rapi, berpakaian sepatutnya, dan terutama bersikap santun. Bukankah kalau kita menunjukkan penampilan demikian di depan orang lain, itu artinya kita menghormati diri sendiri dan orang lain? Jadi, untuk menyuburkan kamma baik, alangkah baiknya kalau kita belajar “memoles” penampilan.

Berikutnya, kesuksesan waktu berhubungan dengan para pemimpin. Di dalam bukunya, Bhante Kheminda menjelaskan bahwa kalau kita dipimpin oleh orang yang bermoral, yang punya kapasitas dan integritas, hidup kita akan jauh lebih berkah. Mengapa? Karena kehadiran orang tersebut menciptakan kondisi yang bisa memunculkan buah dari kamma baik.

Sutta

Dalam Sutta, kita bisa menemukan orang-orang yang mengalami kesuksesan waktu. Sebut saja Yang Ariya Angulimala. Pada masa mudanya, Yang Ariya Angulimala banyak melakukan kamma buruk. Sebab, atas hasutan dari gurunya, ia pernah menjadi pembunuh yang kejam.

Semua orang yang mendengar nama Angulimala akan bergetar hatinya. Maklum, ia dulunya memang dikenal sangat buas dan bengis. Telah banyak korban yang jatuh akibat sabetan pedangnya.

Tak hanya tega menghabisi nyawa manusia, Angulimala juga mengoleksi jari mereka. Semakin lama semakin banyak jumlah jari yang sudah dikoleksinya. Semua jari tersebut kemudian dianyamnya menjadi untaian kalung, dan ke manapun ia pergi, ia selalu membawa untaian kalung tersebut di lehernya.

Saat jumlah jari yang dikoleksinya mencapai 999, dan ia hanya perlu menghabisi 1 nyawa manusia lagi untuk melengkapi koleksinya, Angulimala tidak sungkan membunuh siapapun yang ditemuinya, bahkan kalau itu adalah ibunya sendiri.

Pada saat yang bersamaan, ibunya datang sendirian ke hutan tempat ia tinggal. Ibunya ingin memberitahunya bahwa pasukan Raja Kosala akan segera menyerbu hutan dan berupaya membunuhnya. Atas dasar welas asih yang luhur, ibunya tentu tidak ingin Angulimala mendapat malapetaka tersebut. Makanya, ia berani membuang rasa takutnya, dan datang menemui anaknya secara langsung.

Saat melihat sosok ibunya, Angulimala yang sudah “gelap mata” segera berlari sambil mengeluarkan pedang. Ia berniat membunuh ibunya sendiri. Akan tetapi, niat itu kemudian batal dilaksanakan. Sebab, dengan kekuatan gaib-Nya, Buddha tiba-tiba muncul di antara mereka.

Alasan kemunculan Buddha dalam peristiwa itu juga atas dasar welas asih. Sebelumnya, lewat Mata Dewa-Nya, Buddha tahu, Angulimala bisa terlahir di Neraka kalau ia sampai membunuh ibunya sendiri. Makanya, Buddha hadir mencegah hal tersebut.

Begitu melihat Buddha, Angulimala mengalihkan serangannya. Ia tidak jadi menyerang ibunya, tetapi kini ia berniat melukai Buddha. Dengan cepat ia berlari mengejar Buddha. Buddha menggunakan kesaktian-Nya. Walaupun hanya berjalan seperti biasa, dengan kesaktian tersebut, langkah kaki Buddha tidak bisa dikejar oleh Angulimala.

Angulimala yang memburu-Nya dengan sekuat tenaga akhirnya keletihan. Dengan napas yang memburu, ia berkata, “Berhenti, Petapa!” dan Buddha menjawab, “Aku sudah lama berhenti, Angulimala, tetapi engkau tidak.”

Baca juga: Empat Kesuksesan yang Menyuburkan Kamma Baik (Bagian 1)

Angulimala bingung mendengar kata-kata Buddha. Ia kemudian bertanya maksud dari kata-kata tadi, dan Buddha menjelaskan bahwa sudah sejak lama, beliau berhenti membunuh. Beliau telah berhenti menyakiti dan memilih hidup dengan welas asih bersama makhluk lain. Tidak seperti Angulimala yang masih saja melakukan pembunuhan. Makanya, kemudian Buddha berkata telah berhenti, tetapi Angulimala tidak.

Angulimala terkesan mendengar kata-kata Buddha. Nafsu membunuhnya padam. Ia membuang pedangnya, dan bersujud meminta ajaran. Singkat cerita, ia kemudian menjadi siswa Buddha, dan berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat.

Yang Ariya Angulimala sungguh beruntung bertemu dan belajar dari Buddha. Sebab, ia bisa menghancurkan kondisi-kondisi yang memungkinkannya terlahir di alam rendah sebagai akibat perbuatan buruknya. Beliau boleh dikatakan telah mencapai kesuksesan waktu, dan keberhasilan itu kemudian menyuburkan timbunan kamma baiknya.

Jadi, kalau ingin menuai lebih banyak buah kamma baik, “resep”-nya sederhana saja. Kita tinggal mencari pimpinan yang baik. Pimpinan itu bisa berupa orangtua, atasan di perusahaan, kepala daerah, atau presiden.

Pemimpin

Kehadiran pemimpin demikian jelas akan berdampak pada kehidupan kita. Kalau pemimpin kita amanah, kita bisa menikmati lebih banyak kebahagiaan, dan menyingkirkan banyak sekali kesulitan.

Kesuksesan terakhir adalah kesuksesan cara. Di antara semua jenis kesuksesan yang disebutkan sebelumnya, kesuksesan jenis ini melibatkan lebih banyak peran aktif dari kita. Sebab, kesuksesan cara baru akan dicapai kalau kita rutin berbuat baik.

Menurut kesuksesan ini, kalau kita melakukan perbuatan baik secara teratur, kita bakal menciptakan kondisi yang mampu menyuburkan timbunan kamma baik. Ada sejumlah contoh yang bisa disebutkan sehubungan dengan kesuksesan cara.

Sebut saja kasus Ratu Malika. Ratu Malika adalah permaisuri Raja Pasenadi dari Kerajaan Kosala. Ia adalah umat Buddha yang sangat berbakti. Setiap hari ia melakukan kebaikan. Secara rutin ia memberi derma, dan hal itu terus dilakukan sampai ia meninggal dunia.

Biarpun banyak menimbun kebajikan, setelah wafat, Ratu Malika sempat terlahir di neraka karena jelang kematiannya, ia terkenang satu perbuatan buruk yang pernah dilakukannya. Ia gelisah mengingat kejadian tersebut. Kegelisahan itu akhirnya menyebabkannya terlahir ulang di alam rendah.

Namun, Ratu Malika hanya menikmati buah dari kamma buruknya sebentar saja. Ia berada di Alam Neraka hanya tujuh hari, sebelum akhirnya terlahir ulang di Alam Surga. Semua itu bisa terjadi karena timbunan kamma baik yang pernah diperbuatnya mengondisikannya terlahir di alam yang penuh kebahagiaan tersebut.

Oleh karena semasa hidup sebagai manusia, Ratu Malika adalah penyokong Buddha, jangan heran kalau di Alam Surga ia terlahir menjadi dewa yang memiliki keistimewaan. Ratu Malika mencapai Kesuksesan Cara setelah ia rutin memberikan derma. Andaikan ia malas atau bahkan enggan melakukan perbuatan baik demikian, mungkin saja, ia akan memetik penderitaan yang lebih lama di alam rendah.

Jadi, kalau kita ingin menikmati buah dari kamma baik, rutinitas berbuat baik perlu dijaga. Kita bisa meniru perilaku Ratu Malika, yang berderma setiap hari. Berdanalah kepada siapapun yang layak, yang menginspirasi kita untuk memberi derma. Kalau kita terbiasa melakukan kebaikan, kebahagiaan boleh kita harapkan.

Adica Wirawan

Founder of Gerairasa

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *