• Monday, 23 August 2021
  • Neima Agni
  • 0

Hidup adalah kondisi yang tak memuaskan–ya, memang, hidup itu memang menderita. Kadang, penderitaan ini disebabkan oleh orang lain, misal ditabrak orang atau bahkan bisa jadi kita kena COVID-19 karena berpapasan langsung dengan penderita yang sama-sama tidak memakai masker.

Kadang juga, penderitaan ini disebabkan oleh kita sendiri, misal harusnya saat ditabrak kita tidak marah, tapi karena rasa kesal dan tidak bisa berpikir jernih, jadinya kita marah, sudah sakit karena ditabrak ini malah ditambah penderitaan baru dengan ‘marah-marah’. Sudah tahu juga bahwa selama pandemi COVID-19 ini pemerintah sudah menganjurkan agar kita memakai masker, malah tidak pakai, siapa yang salah dong? Maskernya? 

Masalah-masalah yang timbul ini memang membuat kita menderita, tapi, sayangnya kita lebih sering menyalahkan orang lain atas penderitaan yang kita alami. Lagipula manusia mana yang mau untuk menderita? Anehnya, kita lebih sering memikirkan diri sendiri saat ‘menderita’, tapi ‘acuh tak acuh’ saat orang lain menderita. 

Kita setiap hari meraung-raung karena rasa sakit, tapi saat orang lain meraung-raung, kita malah mengolok-oloknya. Haduh, jamane wis edan. Kalau kita hanya memikirkan penderitaan diri sendiri supaya dibantu orang lain, tapi kita sendiri tidak mau membantu juga, itu egois namanya. Jadi, mulai sekarang ayo ubah persepsi kita tentang ‘hidupku terlalu menderita’ menjadi ‘hidupku bukan hanya tentang penderitaanku, tapi juga makhluk lain’ dengan cara melatih pikiran berdasarkan uraian Dagri Rinpoche.

Manfaatkan kelahiran sebagai manusia

Dagri Rinpoche mengatakan bahwa kita harus menggunakan kelahiran sebagai manusia ini dengan baik. Salah satu cara memanfaatkan kelahiran sebagai manusia ini adalah dengan menggunakan pikiran untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Delapan Syair Melatih Pikiran. 

Syair Pertama “Semua Makhluk Lebih Unggul daripada Permata Pengabul Harapan”
“Semoga saya sangat menyayangi mereka setiap saat dan bertekad untuk mendapatkan manfaat terbesar dari semua makhluk, yang lebih berharga daripada permata pengabul keinginan.”

Secara ringkas saya menuliskan maksud dari syair ini adalah kita tidak bisa secara egois hanya mementingkan kebahagiaan diri sendiri. Pada dasarnya kita dan semua makhluk adalah setara, sama-sama ingin bahagia dan tidak ingin menderita. Dengan kita mengembangkan welas asih untuk membantu makhluk lain dalam hal apapun, kita sudah membebaskan mereka dari rasa derita dan menumbuhkan kebahagiaan bersama. 

Syair Kedua “Rendah Diri” “Di mana pun saya berada, dan dengan siapapun saya bersama, saya akan selalu menganggap diri saya yang paling rendah dari semuanya, dan dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya akan menganggap orang lain tersayang dan tertinggi.”

Dagri Rinpoche menjelaskan bahwa di manapun kita berada, kita harus merasa lebih rendah dari orang lain dan selalu menunjukkan rasa hormat terhadap mereka. Menurutnya, dengan sikap rendah hati, rasa hormat yang tulus, dan menghargai orang lain, kita bisa menjalin hubungan harmonis dengan mereka dan mewujudkan kebahagiaan

Syair Ketiga “Menangkal Kegelisahan” “Waspadalah, pada saat rasa gelisah muncul di pikiran saya yang bisa membahayakan diri saya sendiri dan orang lain, saya harus menghadapi dan menghindarinya tanpa penundaan.”

Pada syair ini beliau menganjurkan kita untuk menumbuhkan hal-hal baik dalam pikiran dan menghindari hal-hal yang tidak baik–kilesa: kemelekatan, ketidaktahuan, kemarahan, kesombongan, dan kecemburuan. Saat kilesa datang memenuhi pikiran, sebaiknya kita harus menghindarinya dan segera mencari penawarnya. Jangan sampai kilesa menguasai diri sehingga timbul penderitaan-penderitaan yang lain.

Syair Keempat “Menyayangi Orang Kejam Bagai Harta Karun Permata” “Setiap kali melihat makhluk yang sifatnya jahat, dan diliputi oleh tindakan dan penderitaan negatif yang kejam. Semoga saya akan menyayangi mereka sedemikian rupa, seolah-olah saya telah menemukan harta yang berharga.”

Beliau menuturkan kalau kita tidak perlu merasa marah ketika ada orang lain atau bahkan benda mati yang membuat kita gelisah dan marah. Cukup dengan meningkatkan perhatian, kewaspadaan, dan kesabaran supaya kita tidak mudah terprovokasi kilesa dalam diri. Saat kita bisa mengendalikan diri, maka di sana pasti 

Syair Kelima “Menerima Kekalahan, Memberi Kemenangan”
“Ketika orang lain memperlakukan saya dengan tidak baik karena iri hati disertai caci maki, hinaan, atau sejenisnya. Saya akan menerima kekalahan, dan menawarkan kemenangan kepada orang lain.”

Saat ada orang lain memperlakukan kita dengan tidak baik, beliau berpesan agar kita bisa terus memelihara kesabaran dan tidak perlu marah. Kemarahan bisa menghancurkan kebajikan yang sudah kita kembangkan selama ini. Dengan memelihara kesabaran kita bisa mengembangkan kebajikan dan melakukan praktik bertapa paling tinggi. 

Syair Keenam “Memandang Orang yang Tidak Berterima Kasih sebagai Guru” “Ketika seseorang yang telah saya tolong dan kepadanya saya memiliki harapan besar hendak memberi saya bahaya yang mengerikan, saya akan menganggap orang itu sebagai guru suci saya.”

Dalam syair ini, Dagri Rinpoche menuturkan bahwa kesabaran jenis lain sedang kita latih di sini, yakni kesabaran dalam menghadapi dan menahan penderitaan dengan sukarela. Namun, bila kita sendiri tidak bisa menahan diri atas penderitaan yang dialami dan malah malah, justru kebahagiaan tidak akan menghampiri kita. Maka dari itu, siapapun yang sudah kita tolong tapi malah membuat kita marah, ia adalah guru kita, karenanya kita bisa berlatih untuk sabar. 

Syair Ketujuh “Mengambil Penderitaan, Memberi Kebahagiaan”
“Singkatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga saya memberi kebahagiaan dan manfaat untuk semua ibu saya. Saya akan diam-diam mengambil sendiri semua tindakan dan penderitaan mereka yang berbahaya.”

Di sini kita belajar untuk menerima semua penderitaan makhluk hidup dan memberi kebajikan untuk kebahagiaan semua makhluk hidup. Menerima penderitaan dan memberi kebahagiaan ini bisa kita praktekkan dengan membantu orang yang sedang terkena musibah, misal di saat pandemi ini pasti banyak orang yang membutuhkan bantuan. Karena kita bisa merasakan kondisi mereka, hati kita tergerak untuk membantu meringankan beban yang mereka miliki. 

Syair Kedelapan “Tak Melekat” “Melalui pikiran yang tidak tercemar oleh noda-noda wawasan mengenai delapan delapan delapan angin duniawi. Semoga saya terbebas dari belenggu apapun.”

Melalui syair kedelapan ini, beliau mengutarakan bahwa selama kita terikat pada lingkaran kehidupan, kita tidak mungkin memiliki pelepasan keduniawian. Pelepasan keduniawian yang dimaksud adalah kita bisa melihat penderitaan dalam lingkaran kehidupan ini dan memiliki motivasi untuk bebas dari penderitaan itu. Maka dari itu, beliau menganjurkan supaya kira tidak melekat terhadap kesenangan-kesenangan duniawi dan mencapai pembebasan samsara.
Melalui delapan syair latihan pikiran ini semoga kita benar-benar bisa melihat makhluk lain setara dengan kita yang sama-sama menginginkan pembebasan dari penderitaan dan juga kebahagiaan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *