• Wednesday, 27 November 2019
  • Muhammad Mukhlisin
  • 0

Pada tahun 2015, saya dipercaya Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) untuk memimpin majalah Majemuk. Majemuk bagi saya sangat spesial. Majalah lintas agama yang mengangkat praktik-praktik kerja sama dalam bidang perdamaian ini menjadi tempat saya menggembleng diri, mengasah kemampuan menulis, berkomunikasi, dan membangun jaringan. Saat itu pula, saya mengenal beberapa pendiri Buddhazine seperti Ngasiran, Sutar Soemitro, dan Pak Jo Priastana.

Lewat obrolan-obrolan sambil minum kopi, kami sering bertukar gagasan soal toleransi. Beberapa kali saya mengajak Sutar dan Ngasiran untuk berdiskusi di tempat kerja saya. Lewat obrolan-obrolan itu, saya menangkap bahwa para pemuda ini mempunyai niat luhur menyebarkan Dhamma melalui media online.

Tidak terasa, tahun ini sudah sewindu BuddhaZine menyuplai bacaan yang ringan, sederhana, dan informatif.  Namun, dengan bahasa yang sederhana itu saya menemukan banyak manfaat. Berikut ini enam manfaat yang saya dapatkan dari BuddhaZine.

1. Sahabat yang open minded

Ngasiran dan mendiang Sutar Soemitro bekerja keras membangun media Buddhis lintas sekte ini. Meskipun Buddhis di Indonesia sangat beragam alirannya, namun BuddhaZine memberikan jalan tengah yang bisa menaungi semua ragam itu.

Dua anak muda ini, memiliki pemikiran yang sangat terbuka. Mereka tidak mau terbawa dalam perbedaan internal buddhis. Mereka fokus pada nilai-nilai universal dan kemanusiaan.

“Jika saya mau jual BuddhaZine, saya sekarang bisa kaya Kang” demikian tutur Sutar. Saat itu, BuddhaZine sedang dilirik oleh salah satu lembaga buddhis di Indonesia. Dia juga meyakinkan saya tentang pentingnya menjaga idealisme dan Dhamma.

2. Artikel-artikel yang menyejukkan

Salah satu artikel yang paling saya nikmati adalah rubrik dharma. Saya bisa menikmati tulisan-tulisan ringan yang penuh advice dari guru-guru Dharma. Beberapa bulan lalu saya membaca tulisan Thich Nhat Hanh tentang “Memulai Lembaran Baru”.

Dalam tulisan itu saya menemukan kekuatan berharga dari aktivitas mendengarkan. Ternyata, mendengarkan dengan penuh welas asih dapat memulihkan diri dari penderitaan. Mulai saat itu hingga kini, saya mencoba mengasah kemampuan mendengar saya.

3. Mindfulness dalam tindakan

Tiga bulan ini saya menerapkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari. Saya terdorong karena kesibukan dan tuntutan kerja yang semakin semrawut. Terlebih kehidupan di Jakarta penuh dengan polusi, kebisingan, macet, dan kerja dituntut cepat.

Saya belajar praktik mindfulness dari BuddhaZine dan beberapa buku karya Thich Nhat Hanh. BuddhaZine menjadi media pertama yang mengenalkan saya pada praktik penuh kesadaran. Meskipun saya beberapa kali masih undercontrol, namun upaya berkesadaran ini membantu saya lebih rileks.

4. Tempat-tempat menarik, penuh dengan kearifan lokal

BuddhaZine sering melakukan liputan on the spot ke berbagai daerah terutama daerah buddhis. Misalnya saya suka sekali membaca puluhan liputan dari Blitar. BuddhaZine mengambil tema-tema tulisan yang bervariatif namun fokus pada oase kesejukan umat buddha Blitar. Membaca liputan-liputan beruntun soal Blitar ini saya seperti membaca sebuah cerpen bersambung.

Liputan langsung ke tempat-tempat eksotis ini menjadi kekuatan penting BuddhaZine.

5. Guru-guru yang bijak

Membaca BuddhaZine membuat saya menemukan guru-guru yang penuh dengan welas asih, dan mengajarkan kebijakan. Bahasa-bahasa yang digunakan oleh para guru ini juga sederhana. Seperti salah satu artikel berjudul “Cara Mengatasi Penderitaan Menurut Bhante Sri Pannyavaro”.

Bhante Sri Pannyavaro menyatakan “Akar penderitaan itu adalah keinginan yang tidak wajar. Keinginan yang tidak wajar itulah yang membakar diri semua orang. Membakar dengan keserakahan, membakar dengan kebencian, membakar dengan iri hati, membakar dengan balas dendam. Membakar dengan kesombongan, kecongkakan. Itulah akar penderitaan.” Nasihat-nasihat mulia sangat mudah dipahami bukan?

BuddhaZine mempunyai kekuatan untuk mengangkat narasi reflektif dari orang-orang kampung biasa, namun mempunyai pelajaran berharga. Mbah Kasboe dari Jepara misalnya. Kegigihan dan kesederhanaannya mampu membangkitkan masyarakat untuk mendirikan Vihara Sima Kalingga di Blingo Jepara.

6. BuddhaZine berkontribusi pada keragaman di Indonesia

Melihat semua kontribusi di atas, rasanya tidak berlebihan jika saya bilang bahwa BuddhaZine mempunyai peran besar dalam keragaman dan kehidupan toleran di Indonesia saat ini. Di tengah merenggangnya kohesi sosial seperti saat ini, kita membutuhkan narasi-narasi damai untuk merekatkan semangat kebangsaan itu.

Terimakasih BuddhaZine, tetaplah konsisten, dan terus berinovasi.

Muhammad Mukhlisin

Kepala Sekolah Guru Kebinekaan, Jakarta.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *