• Sunday, 6 June 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Sebagai makhluk sosial, manusia juga memiliki aspek spiritual. Definisi spiritualitas ini sendiri telah berkembang seiring dengan perjalanannya. Secara tradisional, spiritualitas merujuk pada sebuah proses religius yang bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya.

Pengalaman transformasi yang sesuai dengan doktrin maupun ajaran yang ada di dalam kitab suci dianggap sebagai sebuah perjalanan spiritual. Istilah spiritual juga digunakan untuk merujuk pada sebuah kehidupan yang berorientasi pada Holy Spirit dalam keyakinan Nasrani.

Kekinian, definisi spiritualitas semakin berkembang dan mencakup aspek mental, pengalaman berbagai tradisi, pengalaman subyektif dari suatu dimensi yang suci, hingga nilai dan makna terdalam dari kehidupan manusia. Tidak terdapat satu pun definisi pasti dari istilah ini. Karena luasnya cakupan istilah ini, teori terkait evolusi spiritual menjadi sangat beragam.

Beberapa diantaranya terkait kosmologi dimana evolusi spiritual mencoba menjelaskan tentang keberadaan secara luas, personal dimana evolusi spiritual menggambarkan perkembangan satu individu, atau keduanya.

Evolusi spiritual dapat bersifat holistik (menganggap bahwa realitas yang lebih tinggi adalah bentuk mental atau spiritual utama), idealis (menganggap bahwa realitas itu sendiri adalah bentuk mental atau spiritual utama), ataupun nondual (menganggap bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara realitas mental dan fisik).

Pada banyak kebudayaan dan peradaban kuno, konsep spiritual dan evolusi spiritual ini digambarkan sebagai perjalanan menuju surga. Banyak agama-agama yang menjelaskan tujuan umat beragama adalah melaksanakan perintah-perintah Tuhan sebagaimana tertuang dalam kitab sucinya demi mendekatkan diri kepada Tuhan di surga. Nostalgia akan surga ini umumnya ditemukan di agama-agama yang lahir di Timur Tengah.

Berbeda dengan itu, evolusi spiritual menurut agama-agama dharma banyak yang menganut prinsip kosmologi siklus, dimana perkembangan sebuah alam semesta mengikuti sebuah siklus yang progresif. Dalam siklus ini, evolusi spiritual dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan yang dimulai, mengalami banyak kemajuan, mengalami kemunduran, lenyap dan berulang.

Upaya untuk menjelaskan konsep evolusi spiritual menurut agama Buddha juga telah dilakukan oleh William Sturgis Bigelow. Dia adalah seorang dokter dan juga umat Buddha yang mencoba mengaitkan biologi dengan spiritualitas. Dia menerima eksistensi material dan spiritual. Banyak dari gagasannya telah didiskusikan dalam buku Buddhism and Immortality yang terbit pada 1908. Bigelow menggunakan konsep seleksi alam sebagai sebuah mekanisme evolusi.

Menurut Bigelow, evolusi spiritual terjadi manakala seorang individu muncul dari “kesadaran tak berkondisi” dan “menuju ke skala evolusi yang diarahkan oleh seleksi alam”. Selanjutnya, individu tersebut bergerak menuju sebuah tingkatan pengalaman surgawi, dan pada akhirnya mampu untuk “kembali pada kesadaran tak berkondisi yang merupakan awal dari segala sesuatu muncul”. Pada kesimpulan, Bigelow meyakini bahwa ajaran Buddha cocok dengan ilmu pengetahuan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *