• Saturday, 27 January 2018
  • Hendry F. Jan
  • 0

“Baca nih… Seminar LGBT di Kampus Dibubarkan” kata Sonny.

“Wah… kacau nih, LGBT sampai masuk ke kampus,” ujar Johan.

“Yang bener dong ketik keyword-nya. Jangan cuma kata seminar dan kampus saja, tambah kata yang spesifik. Kita mau ngadain acara apa nih?” kata Dian agak keras.

“Eh…Dian, apa pendapatmu tentang LGBT?” tanya Sonny.

“Sonny, waktu kita tidak banyak. Fokus saja ke seminar apa yang akan kita adakan. Kalau masih nggak fokus mikirin rencana kerja kita, saya pulang sekarang,” ketus Dian sambil membanting contoh proposal ke meja lalu berjalan keluar.

Semua yang ada di ruangan hanya bengong, tidak menyangka Dian kok tiba-tiba marah dan langsung pulang.

*  *  *

“Dian, sorry dua hari lalu aku nggak bisa ikut rapat di kampus,” kata Sherly saat mereka ketemu di vihara. Dian dan Sherly kuliah di Bandung, keduanya perantauan dari Sumatera. Dian dari Palembang, Sherly dari Lubuk Linggau. Keduanya sama-sama kuliah di Fakultas Ekonomi dan keduanya juga sama-sama aktif di organisasi pemuda di vihara.

“Iya, nggak apa,” kata Dian. “Rapatnya hanya sebentar, langsung saya tinggal. Soalnya anggota panitia yang ikut rapat sedikit. Trus, Sonny lebih fokus ngomongin LGBT, bukan bahas kegiatan apa yang akan kita adakan,” lanjut Dian.

“Aku punya jadwal kegiatan yang padat, emosi banget kalo aku serius, eh yang lain malah nggak serius,” kata Dian. “Sherly, aku tinggal dulu ya. Aku ada janji…” Dian pamit.

“Oke. Hati-hati di jalan…” kata Sherly.

*  *  *

Dian sedang santai di kamar kost-nya. Tugas-tugasnya sudah selesai. Dian ingin bersantai sejenak dengan menonton televisi. Duh… di 2 televisi berita sedang bahas masalah LGBT. Perdebatannya memanas antara kubu yang pro dan kontra.

Dian memindahkan channel, mencari acara hiburan. Seharian suntuk sibuk dengan kegiatan perkuliahan dan organisasi, inginnya mendinginkan otak. Karena tak ada acara yang menarik, Dian memasukkan flashdisk-nya ke bagian samping televisinya. Ia ingin mendengarkan lagu sekaligus ikut menyanyikan lagu-lagu kesukaannya. Tapi nyanyi-nya pelan-pelan saja, ini bukan ruangan karaoke yang kedap suara.

*  *  *

Acara kampus sudah selesai dan berlangsung sukses. Dian dan teman-teman dari Senat Mahasiswa kampusnya akhirnya mengadakan seminar jurnalistik dengan pembicara Mas Sutar dan Mas Andre dari media online. Peserta yang ikut membludak. Bahkan panitia terpaksa menolak peserta yang ingin mendaftar karena ruangan yang kami pakai memang kecil. Tidak menyangka seminar jurnalistik ini disambut antusiasme yang luar biasa.

Sekarang tinggal pelaksanaan kegiatan dari komunitas penulis Buddhis yang Dian ikuti. Rapat dan segala persiapan sudah selesai, tinggal menunggu hari H. Huufff… Dian menghembuskan napas panjang. Capek memang aktif di banyak organisasi. Tapi Dian enjoy dengan segala kegiatan bermanfaat yang dilakukan melalui organisasi yang ia ikuti.

Semoga saja kegiatan kali ini tidak mendapat protes dari masyarakat seperti kegiatan Pratama terdahulu. Pada kegiatan sebelumnya, Pratama (Penulis Remaja Cinta Sesama) kurang bijak dalam melaksanakan kegiatannya. Mereka mendapat protes dari masyarakat sekitar lokasi tempat pelaksanaan kegiatan.

Ponsel Dian berbunyi, Eka memanggil, demikian tulisan yang tertera di layar ponsel. Dian segera mengangkat. Tampaknya Dian terlibat dalam obrolan yang menyenangkan, wajahnya tersenyum manis. Cukup lama Dian ngobrol dengan Eka.

Baru sebentar meletakkan ponsel, ponsel Dian berbunyi lagi, tapi kali ini bukan telepon tapi ada pesan yang masuk. Dian membuka akun WA-nya. “Dian, mau minta tolong dong. Mau ya saya minta pendapat Dian tentang LGBT. Ini untuk majalah kampusku. Ditunggu jawabannya segera…” tulis Vincent lewat pesan WA.

“Aduh Kak Vincent, maaf ya. Aku lagi nggak mood. Aku lagi capek banget dengan kegiatanku akhir-akhir ini. Aku lagi males mikir. Cari yang lain saja ya? Sorry banget…” balas Dian. Huuuh… lagi-lagi soal LGBT.

*  *  *

Pratama (Penulis Remaja Cinta Sesama) demikian tulisan yang terpasang di bagian depan mobil. Hari ini adalah pelaksanaan kegiatan sosial dari Pratama. Mereka mengadakan kunjungan ke panti asuhan. Pratama akan membagikan makanan, perlengkapan sekolah, dan menghibur anak-anak panti asuhan.

Dian dan Eka berada di bagian depan mobil. Wajah Dian tampak sumringah. Anak bungsu dan perempuan satu-satunya di keluarga pengusaha restoran ini tampak sangat bahagia. Di sebelahnya, Eka, atau lengkapnya Eka Putranto, anak pertama dan laki-laki satu-satunya dari pengusaha konveksi yang merupakan pacar Dian sedang konsen menyetir. Tiga adik Eka perempuan semua.

Tahukah kalian mengapa hari ini wajah Dian sangat sumringah? Ehem… Dian baru saja ditembak Eka. Mereka resmi berpacaran.

Belakangan ini Dian agak sensitif dan cepat marah. Pertama karena Dian dapat info dari temannya bahwa Eka terlihat sering jalan dengan cewek lain. Dian nggak bisa marah karena Dian dan Eka hanya teman dekat, bukan sepasang kekasih. Kedua, aktivitas Dian padat sekali. Ketiga, biasalah sedang dapat tamu bulanan.

Catatan:

Buat pembaca yang membaca serius dari awal hingga akhir dan menantikan kisah Dian yang Anda duga penyuka sesama jenis, Anda mungkin kecewa. Judul, pembuka cerpen, dan dalam cerita beberapa kali disebutkan soal LGBT, tidak berarti tokoh utama cerpen ini (Dian) salah seorang yang termasuk LGBT. Dian dan kelompoknya memang pecinta sesama, sesama makhluk hidup.

Sekadar info, kegiatan Pratama sebelumnya yang diprotes masyarakat sekitar lokasi adalah fang sen. Mereka melepas burung pipit yang merupakan hama bagi petani, dan tak jauh dari lokasi mereka fang sen ada sawah milik masyarakat sekitar.

Jika Anda tergiring dan menduga cerpen ini berkisah tentang kaum LGBT, pikiran Anda keliru. Memang begitulah pikiran, sangat sukar sekali dikendalikan. Pikiran sering diibaratkan monyet yang suka melompat ke sana ke sini dan kita disarankan mengendalikan pikiran dengan meditasi.

Ilustrasi: Agung Wijaya 

Hendry Filcozwei Jan

Suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan. Pembuat Apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Hendry F. Jan

Hendry Filcozwei Jan adalah suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.

Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

http://www.vihara.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *