• Sunday, 31 March 2019
  • Adica Wirawan
  • 0

“Kamma baik yang Anda perbuat tidak harus berbuah,” kata Bhante Kheminda pada sebuah kesempatan, dan saat beliau menyampaikan kata-kata tadi, saya agak kaget.

Pikiran saya pun jadi bertanya-tanya. Kalau memang demikian, lantas untuk apa saya mesti banyak menimbun kamma baik? Untuk apa saya memberikan dana, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain selama ini, kalau memang semua kebaikan yang saya lakukan belum tentu bisa saya nikmati buahnya?

Pertanyaan-pertanyaan tadi hanya muncul sebentar di benak saya. Sebab, Bhante Kheminda kemudian melanjutkan uraiannya, sekaligus memberi penghiburan. “Namun, Anda jangan sedih,” kata beliau. “Sebab, kamma buruk Anda juga tidak mesti berbuah.”

Lebih lanjut, Bhante Kheminda menjelaskan bahwa sebuah kamma yang baik atau buruk baru akan berbuah kalau ia “bertemu” dengan kondisi-kondisi tertentu. Ibarat sebuah biji tanaman tomat, kalau ia ditanam di tanah yang kaya akan unsur hara, diberi cukup air, disinari cahaya matahari, hampir dipastikan, ia baru akan bertumbuh menjadi tanaman tomat yang sehat, dan akan menghasilkan banyak buah yang lezat.

Demikian pula sebaliknya, kalau lahannya buruk, cuacanya labil, dan kurang pasokan air, biji tomat tadi akan tetap jadi biji tomat. Ia tidak akan berkecambah dan berkembang menjadi tanaman yang baik. Kondisi yang buruk tadi bisa menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan biji tomat tersebut.

Kurang lebih seperti itulah cara kerja Hukum Kamma. Hukum Kamma memang agak rumit dipahami dan dipelajari. Sebab, Hukum Kamma bersifat kondisional, bergantung pada situasi-situasi tertentu. Ada begitu banyak faktor yang memengaruhi cara kerja Hukum Kamma.

Makanya, dalam sejumlah kasus, Hukum Kamma terkesan tidak adil. Misal, kita sering menjumpai orang yang sudah melakukan banyak kamma baik, tetapi hidupnya belum kunjung menjadi lebih sejahtera. Pun sebaliknya, ada orang yang kerap melakukan kamma buruk, tetapi kita amati, hidupnya nyaman-nyaman saja.

Semua kasus tersebut bisa dijawab kalau kita melihat kondisi-kondisi yang dialami oleh orang yang bersangkutan. Kalau kondisi-kondisi yang bersangkutan sedang baik, kamma buruk yang pernah dilakukannya menjadi “lumpuh”, tidak berfungsi sama sekali. Sebaliknya, jika kondisinya sedang buruk, akan ada banyak kamma buruk yang berbuah, dan orang tersebut akan mendapat lebih banyak penderitaan.

Oleh sebab itu, kita mesti mengenali kondisi-kondisi yang menyuburkan kamma baik tertentu kalau kita ingin memetik lebih banyak buah kamma baik, dan sebaliknya pun demikian.

Baca juga: Ashin Kheminda: Hukum Kamma

Dalam buku Kamma Pusaran Kelahiran dan Kematian Tanpa Awal, Bhante Kheminda menjelaskan Empat Kesuksesan dan Empat Kegagalan, yang merupakan kondisi yang menunjang berbuahnya suatu kamma.

Empat Kesuksesan akan menyuburkan “deposito” kamma baik yang dilakukan seseorang. Kalau seseorang mendapat Empat Kesuksesan ini, kamma baiknya akan banyak berbuah. Ia akan menjalani hidup dengan lebih mudah, dan lebih sedikit mengalami kemalangan-kemalangan dalam hidupnya. Empat Kesuksesan ini mengondisikan kebahagiaan, dan meminimalkan kesengsaraan.

Pun sebaliknya, Empat Kegagalan membuat seseorang memetik lebih banyak buah dari kamma buruk yang pernah ditanamnya. Dengan adanya Empat Kegagalan ini, seseorang akan memperoleh lebih banyak kesulitan, kemalangan, dan penyakit dalam hidupnya. Makanya, kalau ingin terhindar dari buah kamma buruk, kita bisa menciptakan kondisi tertentu, dan meraih Empat Kesuksesan, yang dapat melumpuhkan buah dari kamma buruk tersebut.

Empat kesuksesan meliputi (1) Kesuksesan Tujuan, (2) Kesuksesan Penampilan, (3) Kesuksesan Waktu, dan (4) Kesuksesan Cara. Kesuksesan Tujuan maksudnya seorang individu terlahir di alam bahagia, seperti di Alam Manusia atau di Alam Surga. Kalau individu tersebut terlahir di situ, ia akan menikmati lebih banyak buah dari kamma baik. Sebab, Alam Manusia dan Alam Surga menunjang kebahagiaan. Memang di alam tersebut, masih ada penderitaan. Namun, jumlahnya tidak sebanyak yang terdapat di Alam Neraka, Hantu, Yakkha, dan Binatang.

Jadi, sebetulnya, sesuai dengan kata-kata Buddha, kita sungguh beruntung terlahir di Alam Manusia. Alam Manusia mengondisikan kita untuk mendapat banyak sekali buah dari kamma baik, dan melumpuhkan sangat banyak buah dari kamma buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Buktinya, tidak setiap hari, kita diterpa kemalangan, kesakitan, dan kesusahan. Dengan terlahir sebagai manusia, sesungguhnya kita bisa mengecap lebih banyak kebahagiaan daripada makhluk-makhluk yang terlahir di empat alam penuh penderitaan tadi.

Adica Wirawan

Founder of Gerairasa

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *