Filsuf pemenang Nobel Bernama Bertrand Russell ini lahir pada 18 Mei 1872 dan meninggal
pada usia 97 tahun. Sebagai seorang filsuf modern, Russell memiliki banyak karya pemikiran
yang mempengaruhi lintas bidang mencakup matematika, logika, linguistik, ilmu kognitif,
ilmu computer dan filsafat. Russell dikenal sebagai salah satu cendekiawan, sejarahwan,
aktivis sosial-politik, dan peraih Nobel yang paling cemerlang di abad ini.
Russell menolak imperialisme Inggris dan kekerasan dan sejalan dengan itu, dia pun
mengkritik keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam dan turut mendukung upaya
pelucutan senjata nuklir. Terkait pandangannya terhadap agama-agama, Russell cenderung
mengasosiasikan dirinya sebagai seorang agnostik. Dia beranggapan bahwa agama-agama
hanya sebagai takhayul, dan meskipun mengakui adanya dampak positif dari beragama, dia
juga mengkritik banyaknya dampak negatif agama. Dia meyakini bahwa agama dan
tatanannya cenderung mendorong munculnya rasa takut dan ketergantungan orang-orang
terhadap agama yang dianutnya, dan hal ini turut berimplikasi pada banyaknya peperangan,
diskriminasi maupun ancaman atas nama agama. Dalam pandangannya, dia lebih memilih
menjadi seseorang yang humanis daripada beragama.
Pemikiran Russell yang menjadi pembaharu bagi filosofi Barat turut mempengaruhi banyak
cendekiawan Barat lainnya. Dr Albert Shansky menilai bahwa banyak dari pendapat dan
pandangan Russell yang sejalan dengan ajaran Buddha. Albert menceritakan perjalanan
Russell yang pada awalnya memiliki kepercayaan akan Tuhan namun pada saat berkuliah di
Cambridge (di usia 18 tahun), Russell mulai mempertanyakan dogma-dogma agama. Salah
satu esai terkenal Russell terkait pandangannya terhadap agama berjudul ‘God is Why I Am
Not A Christian’.
Di tahun 1935, Russell menulis sebuah buku berjudul ‘In Praise of Idleness’ yang
menekankan pertanyaan ‘apa itu jiwa?’. Russell berpijak pada ilmu pengetahun modern
yang tidak memberikan indikasi apapun akan keberadaan jiwa. Menurutnya, pikiran dan
materi hanyalah cara-cara mudah untuk menyusun berbagai peristiwa. Tidak ada alasan
yang mendukung bahwa pikiran atau materi bersifat kekal.
Russell juga menerapkan pemahamannya terhadap ilmu pengetahuan modern dan
matematika untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan agama dalam bukunya yang berjudul
‘The Scientific Outlook’. Dalam hal ini, Russell berpendapat bahwa segala sesuatu saling
bergantungan dan tidak ada sesuatu yang telah ditakdirkan sebelumnya. Dalam
kesimpulannya, Dr Albert Shansky menjelaskan bagaimana tulisan-tulisan Russell tentang
Tuhan dan agama ternyata bersinggungan dengan perspektif buddhis melihat dunia. Albert
menemukan bahwa meskipun Russell menerapkan pendekatan ilmiah dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan agama, Russell menggunakan penalaran yang sangat mirip dengan
pemikiran dan ajaran Buddha.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara