• Saturday, 31 October 2020
  • Reza Wattimena
  • 0

Sudah ribuan tahun, konsep surga digunakan untuk menipu jutaan manusia. Surga dianggap sebagai tempat, di mana kenikmatan terus ada, dan derita lenyap, tanpa jejak. Surga lalu menjadi hadiah dari kepatuhan buta terhadap agama. Begitu banyak nestapa dan derita yang lahir dari kebodohan lintas generasi ini.

Karena pesona surga palsu, orang melepas nalarnya. Daya kritisnya dibuang jauh. Logikanya lumpuh. Tindakannya kacau, dan merusak kebaikan bersama.

Karena mengejar surga, orang juga menjadi arogan. Ia merasa lebih baik dan lebih suci dari orang lain. Ia merasa bisa menjadi Tuhan yang siap menghakimi manusia lain. Orang-orang yang berbeda lalu ditindas, dan diperlakukan tidak adil.

Karena mengejar surga secara buta, orang menjadi sempit. Ia menjadi seorang egois sejati. Yang ada di kepala hanya kenikmatan diri semata. Jika perlu, hidup dan kepentingan orang lain dikorbankan, asal ia bisa masuk surga (yang tak pernah terbukti ada).

Inilah surga yang harus ditolak. Ia hanya tipuan belaka. Ia tak pernah sungguh ada, dan tak akan pernah ada. Ia hanya dongeng anak kecil untuk menipu orang-orang yang malas berpikir.

Surga yang sejati bukanlah kumpulan kenikmatan. Tanpa kesadaran, kenikmatan akan membawa petaka. Surga yang sejati bukanlah konsep untuk menipu orang-orang lemah. Ia bukanlah konsep untuk menumpulkan nalar dan daya kritis manusia.

Surga yang sejati adalah keadaan, dimana kenikmatan dan penderitaan hilang berbarengan. Konsep lenyap. Bahasa lenyap. Disini dan saat ini sepenuhnya, itulah hidup yang sesungguhnya.

Orang lalu beristirahat dalam kehidupan. Tak perlu menunggu kematian. Tak perlu menghitung perbuatan baik dan perbuatan jahat. Di sini dan saat ini, beristirahat dalam kehidupan, beristirahat dalam kesadaran, itulah surga yang sejati.

Ingatan lenyap. Harapan akan masa depan lenyap. Orang memasuki ruang kosong yang luas. Inilah dirinya yang sejati, atau yang banyak dikenal sebagai “Buddha”.

Ia pun menyatu dengan segala yang ada. Segala perbedaan hanyalah konsep semata. Tak ada aku, dan tak ada kamu. Tak ada kita, dan tak ada mereka. Inilah surga, tanpa “konsep surga”.

Tak ada tipuan. Tak ada manipulasi. Tak ada arogansi, dan dorongan untuk merugikan orang lain. Tak ada kesempitan berpikir. Orang hanya hidup dalam hubungan dengan segala sesuatu.

Inilah surga yang perlu kita cari. Ia hanya bisa ditemukan, ketika kita berhenti mencari. Kita mendapatkannya, ketika kita tak lagi menginginkannya. Ketika kita melepas semua keinginan, kita mendapat segalanya.

Inilah surga yang sesungguhnya. Ia tak jauh. Ia tak ada di langit. Ia ada tepat di depan hidung anda.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *