• Sunday, 11 October 2020
  • Joko Adi Pradana
  • 0

Pemuda buddhis adalah cikal bakal penerus para tokoh agama yang sudah memperjuangkan agama Buddha hingga masih ada pada saat ini, mereka berjuang demi dhamma dari sang Buddha agar tetap lestari. Maka dari itu pemuda buddhis harus menjadi pelestari dhamma agar tetap lestari hingga masa ke masa.

Menjadi aktivis pemuda merupakan suatu hal yang positif, apalagi menjadi pengurus dalam komunitas tersebut, berarti mereka sudah dianggap baik atau mampu dalam berpikir maupun bertindak lebih baik dari teman teman di komunitasnya. Karena biasanya orang yang menjadi pengurus dalam organisasi adalah orang yang aktif. Namun kali ini apa yang terjadi jika yang menjadi panutan dalam lingkungan pemuda, keyakinan bisa goyah sampai melompat ke agama lain, faktor apa yang membuat mereka goyah?

Banyak faktor sebenarnya yang telah saya amati selama ini ketika orang-orang yang awalnya sama keyakinan dengan kita, kemudian berpindah keyakinan.

Teman kerja menjadi faktor berpindahnya mereka karena kurangnya sadha ( Keyakinan ) yang dimiliki walaupun menjadi seorang pengurus pemuda buddhis pun jika dia merasa sendiri dan temannya sama semua faktor tersebut yang membuat mereka goyah.

Faktor yang kedua adalah sudah terlanjur berpacaran dengan orang yang beda keyakinan, nah faktor ini merupakan menjadi persentase tertinggi para rekan-rekan pemuda buddhis di lingkungan saya sendiri yang berpindah.

Atas dasar cinta kepada kekasihnya hingga mengorbankan berpindah agama, karena itu tadi sadha ( keyakinan ) yang dimiliki kurang kuat, bahkan sekarang ini saya temui mereka berpindah tidak ada keseriusan dengan keyakinan yang dianutnya, dia jarang ke tempat ibadah, jarang sembahyang bahkan memakai pakaian sesuai keyakinan yang dianutnya tersebut pun jarang.

Memang dalam memilih kepercayaan tidak bisa dipaksakan di dunia ini, karena setiap individu memiliki kepercayaan masing-masing bebas memilih yang dia anggap mereka baik untuk dirinya.

Agama Buddha sendiri tidak pernah menarik umat dengan cara memberikan janji-janji manis, dan juga tidak melarang umatnya untuk pindah agama. Seseorang bebas, dan berhak memilih agama yang dianggapnya paling benar. Tetapi apakah dengan pindah agama, masalahnya akan selesai dalam kehidupan ini? Malahan akan menimbulkan masalah baru.

Dalam sigalovada sutta dijelaskan tentang kewajiban anak kepada orang tua yaitu poin kelima, adalah memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia. Apabila orang tua terlahir di alam yang kurang menguntungkan, dan anaknya sudah berpindah keyakinan maka ia tidak mendapat persembahan jasa kebajikan dari anaknya, karena anaknya tidak melakukannya. Maka anak tersebut bukan hanya mengecewakan orangtua, tetapi ia juga tidak mampu menjalankan kewajibannya terhadap orangtua untuk melakukan pelimpahan jasa setelah mereka meninggal.

Memang agama Buddha tidak memiliki sebuah aturan atau hukum untuk mereka yang berpindah keyakinan dan bergabung dengan keyakinan lain. Agama Buddha berpandangan bahwa, mereka yang selalu berusaha melakukan perberbuatan baik, menghindari segala bentuk kejahatan, dan batin dari bentuk-bentuk pikiran jahat, agar dapat terlahir dialam bahagia, surga, kehidupan setelah setelah kematian.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara