• Thursday, 14 September 2017
  • Ngasiran
  • 0

Meditasi merupakan ajaran Buddha yang paling mendasar. Melalui meditasi pula Siddharta Gotama menemukan ajaranNya. Ajaran meditasi pada saat ini mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. Bukan hanya umat Buddha saja, meditasi saat ini juga tengah digemari oleh semua kalangan. Bahkan di Eropa sendiri saat ini meditasi atau lebih dikenal dengan mindfulnes menjadi tren baru baru yang hampir dipelajari dan dipraktikkan oleh sebagian besar kalangan.

Begitulah yang dijelaskan oleh Kang Zaim, salah satu murid Thich Nhat Hanh dalam acara pelatihan meditasi di Vihara Buddhayana Dharmavira Center (BDC) Surabaya beberapa waktu lalu. Setelah belajar dan menjadi biksu di Plum Village selama lebih dari 5 tahun Kang Zaim kembali ke Indonesia. Kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh sebagian vihara untuk diminta berbagi Dharma dan mengajar latihan meditasi.

Menurut Kang Zaim, yang pertama harus diperhatikan dalam meditasi adalah posisi duduk. “Sebelum kita mengolah pikiran agar terkonsentrasi pada objek yang dipilih, pertama yang perlu diperhatikan adalah posisi duduk. Kalau yang bisa, silakan menggunakan posisi duduk full lotus, setengah lotus, atau kalau tidak bisa, tidak pakai lotus-lotusan yang penting nyaman.”

“Mata terpejam, kenapa begitu, untuk mengurangi kontak dengan objek lain yang bisa mengganggu konsentrasi. Lalu mengapa telinga tidak ditutup? Kalau ditutup akan mengurangi kealamiahan ketika kita meditasi. Kemudian apa yang kita lakukan ketika meditasi? Ketika kita meditasi duduk kita hanya mengamati napas masuk dan napas keluar.

“Jadi kita hanya mengamati tidak membuat-buat napas, kalau membuat-buat napas itu nanti bisa menjadi meditasi pranayama. Itu ada dalam yoga, ada tekniknya sendiri, tapi di dalam meditasi duduk kita hanya mengamati sifat alamiah dari napas itu kembali sendiri”.

Lalu bagaimana kalau pikirannya ke mana-mana, dalam istilah Jawa nggramyang? “Katakan dalam batin, oh saya sedang mikir, kemudian katakan lagi dalam batin saya sedang meditasi. Kembali ke napas masuk, napas keluar, begitu seterusnya. Itu saja tugas kita saat meditasi. Kemarin ada bapak yang bertanya bagaimana caranya agar ketika meditasi pikiran kita tidak ke mana-mana, saya jawab dengan guyonan. ‘Pergi ke rumah sakit bedah kepala dan keluarkan otak kita’, karena sifat alamiah otak kita ya begitu”.

Yang perlu diperhatikan juga dalam meditasi duduk, mengalami sakit adalah hal yang biasa menurut Kang Zaim. Lalu bagaimana cara mengatasi ketika mengalami rasa sakit? “Boleh berganti posisi, tetapi harus dengan pelan. Kenaapa begitu, supaya tidak membuyarkan konsentrasi. Jadi saat mengganti posisi, bayangkan ada kupu-kupu yang hinggap di kaki kita, jadi lakukan dengan pelan sehingga kupu-kupu ini tidak terbang dari kaki kita,” jelasnya.

Dalam latihan meditasi bersama Kang Zaim tersebut dilakukan dalam tiga tahap. Meditasi duduk, berjalan dan meditasi minum teh ala Zen.

Meditasi minum teh

Meditasi minum teh sebenarnya tidak ada bedanya dengan minum teh. Tetapi dalam meditasi minum teh, kita melakukan minum teh dengan pelan dan hening. “Kita mencoba mencurahkan perhatian kita pada saat minum teh itu. Dari mengambil gelas sampai mengangkat teh ke mulut kita itu benar-benar kita rasakan, kita menikmati teh yang masuk ke lidah kita, kemudian ke tenggorokan kita. Menikmati aroma dari teh tersebut”.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *