• Tuesday, 3 April 2018
  • Anwar Nagara
  • 0

Pernah ke India? Bagi umat Buddha, sungguh patut untuk berkunjung ke India yang sejak lama memberikan maha inspirasi, termasuk kepada Siddharta Gotama. Kehidupan di India sangatlah menarik, berkunjung selama seminggu atau lebih, bisa memberikan gambaran umum tentang keadaan di sana.

Saya pernah menetap di daerah utara India selama beberapa tahun. Pengalaman ini memberi kesempatan lebih banyak untuk mengobservasi satu per satu aspek kehidupan, karakter manusia, serta kebiasan-kebiasaan masyarakat India.

Moda transportasi

Hal yang paling menarik adalah sistem transportasi di sana. Stasiun kereta api termasuk satu di antara moda transportasi yang termasuk bagus, walaupun ada hal-hal yang masih kurang di sana-sini, namun secara umum Kolonial Inggris meninggalkan sistem yang cukup rapi untuk urusan ini.

Moda transportasi yang paling tradisional juga masih ada, seperti kereta kuda atau kereta kerbau. Becak juga masih berseliweran di berbagai daerah, bahkan ada yang masih ditarik oleh “abang” tukang becak, ada yang menggunakan sepeda, dan yang sedikit lebih modern adalah yang mereka sebut sebagai “Oto” atau “Auto Rickshaw”, kalau di Jakarta mirip dengan bajaj.

Bunyi klakson

Berbicara kendaraan, saya langsung ingat klakson! Di kawasan negara Asia memang klakson ini menjadi alat penting bagi kendaraan bermotor. Klakson yang sederhana bisa dilihat dari kring sepeda. India memang termasuk negara paling banyak menggunakan klakson, kadang memang membuat pekak telinga. Mengendarai mobil di India tidak membunyikan klakson itu dianggap aneh.

Dunia Eropa sedikit berbeda, justru membunyikan klakson itu melanggar hukum. Lalu, apakah mobil di Eropa tidak ada klakson? Tentu saja ada, namun penggunaan klakson sangat dibatasi, hanya untuk urusan penting seperti kecelakaan, serta kondisi-kondisi yang dibutuhkan saja.


Duduk di belakang Auto Rickshaw, India. Dok pribadi

Kaca spion

Hal penting lainnya dalam mengendarakan mobil adalah kaca spion. Sudah jelas spion itu ada di sebelah kiri dan kanan. Kaca spion sangat membantu melihat kiri dan kanan, dan seberapa jarak antara mobil kita dengan kendaraan yang lain. Jika tidak ada spion, Anda bisa ditilang oleh pak polisi.

Di India? Tentu saja tidak, karena ada mobil yang hanya memiliki spion di sebelah kanan saja, namun bukan berarti semua mobil di India hanya berspion sebelah.

Baca juga: B.R. Ambedkar Tokoh Buddhis yang Melawan Sistem Kasta India

Pada umumnya mereka hanya membutuhkan kaca spion di sebelah sang sopir persis. Jadi, jangan heran kalau melihat ada mobil yang tidak memiliki spion sebelah kiri, karena menurut sebagian orang bahwa itu tidak perlu, cukup melihat spion yang di tengah mobil saja.

Menurut pengamatan saya, sistem berkendaraan di India cukup semrawut, but they survived! Satu jalan bisa digunakan ramai-ramai, walaupun kadang aturan telah dibuat, namun acap kali tak selalu berhasil. Menaiki kendaraan umum juga demikian, perlu berlatih kesabaran tingkat tinggi, jika tidak, Anda akan kehabisan napas.

Tembok toilet

Fenomena menarik lain di India adalah tembok berbau pesing. Tembok seperti ini bisa dengan mudah ditemukan di terminal bis. Jika ada tembok demikian, maka semua orang tahu itulah kesepakatan secara umum bahwa tembok itu adalah “toilet” bersama. Jadi Anda tidak perlu repot-repot mencari toilet.

Jika daerah lebih terpencil, maka lebih gampang lagi. Tinggal mencari pohon, lalu ke belakang pohon itu untuk pipis. Loh, emang ada yah belakang pohon? Bagian mana yang disebut belakang pohon? Ternyata semua sisi pohon adalah belakang pohon, ternyata semua sisi pohon adalah depan pohon. Jadi belakang adalah depan, dan depan adalah belakang. Kontroversial bukan? Serasa sedang menyelami makna Sutra Hati.

Saya pernah protes dengan seorang teman saya dari India. Saya tanya, “Mengapa di India ini susah sekali menemukan toilet?” Dia langsung menyergah, “Loh India ini adalah toilet terbesar dunia, kamu bebas mau pee atau poop di mana saja.”

Bumi dan langit

Setelah di India beberapa tahun, akhirnya juga terbiasa untuk pee dan poop di ruang terbuka. Memang ada kondisi-kondisi memaksa kita untuk mengikuti budaya di situ, dan ketika menemukan toilet juga bagus, jadi sudah bisa menyesuaikan diri apakah di toilet terbesar di dunia atau toilet kecil.

Pepatah yang menyebutkan, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” memang benar adanya, kemampuan adaptasi dibutuhkan oleh semua orang. Ketika ke India telah beradaptasi khususnya soal toilet, pee dan poop di ruang terbuka. Jika telah kembali ke Indonesia, semoga kebiasaan bertoilet di India tak dibawa yah…

Bhante Nyanabhadra

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala.

Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Anwar Nagara

Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala. Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *