“Seseorang yang memindahkan gunung dimulai dengan memindahkan batu-batu kecil” Confucius
Beberapa tulisan saya tayang setiap hari Rabu, sejak dihubungi oleh BuddhaZine tiga bulan yang lalu, mengingatkan bahwa dulu ayah dan ibu saya pengikut Tri Dharma khususnya agama Buddha dan Khonghucu. Pada masa kecil sering diberi cerita mengenai Dharma, sekarang mencoba menulis dan semoga bermanfaat.
Khususnya untuk ibu saya yang akan berulang tahun ke 88 pada 18 November 2017, beliau masih suka membaca dan bercerita. Peluk sayang melalui tulisan dan foto tentang batu yang kebetulan mengumpulkan batu adalah salah satu hobi ayah saya dulu.
Batu akik sejak dulu ada pengagumnya walaupun selalu kalah kelas dengan batu mulia sekelas berlian dan teman-temannya. Tidak mengherankan kalau baru-baru ini pamor akik naik daun dan mahal harganya melebihi batu mulia hanya karena ada gambarnya dan motifnya unik, lalu kemudian surut peminatnya, mungkin karena bosan. Gejala apakah ini?
Batu mulia penilaiannya standar dan sederhana. Tingkat kekerasannya dan kejernihannya tinggi. Berkilau indah kalau ada sinar atau tetap elok di tempat redup. Tidak membosankan ketika dinikmati.
Sudah cukup lama saya amati batu meteor (meteorite) yang dibuat akik. Selalu bentuknya aneh, tidak rata, warnanya hitam pekat, datangnya dari langit. Seringkali ukurannya tidak proporsional dipakai di jari manis, sulit diatur, digosok karena sangat keras dan relatif getas.
Punahnya dinosaurus yang saat ini fosil tulang-tulangnya berserakan di banyak tempat, antara lain karena benturan asteroid, benda besar dari luar angkasa yang menembus atmosfer bumi dengan kecepatan dan suhu tinggi. Asteroid merupakan salah satu asal dari serpihan batu meteor.
Batu meteor pernah saya buru setiap kali ada kesempatan mulai dari Cape North di Cape Breton, Mammoth Cave di Kentucky, sampai lereng Gunung Sumbing di Desa Wonotirto, Temanggung yang pernah terbukti kejatuhan meteor dan ada monumennya segala. Semuanya nihil, belum berjodoh menemukannya sendiri.
Batu meteor silangan dengan mineral bumi, jenis moldavite yang kebetulan warnanya hijau indah seperti kristal pernah saya beli di pasar tradisional di Praha. Dapat mengelus-elus koleksi batu meteor di Museum Natural History, London sudah sangat berkesan.
Batu basal bulat dan lonjong hasil evolusi. Dok Pribadi
Batu Evolusi
Barusan menemukan dua batu basal zaman es, saya sebut batu evolusi yang berasal dari Pacific “Ring of Fire”. Yang pertama berbentuk bulat mungil dari pantai Pacific Northwest, Washington dan yang kedua berbentuk lonjong tipis dari pegunungan Cascade Volcanic Arc, British Columbia.
Kebetulan ukurannya pas dipajang di jari manis, tanpa digosok “ujug-ujug”, mendadak, sudah menjadi batu akik yang siap diberi emban dan dipakai.
Proses pembentukannya secara alami, digerus alam sampai sedemikian rupa, pasti perlu waktu sangat lama. Salah satu batu tertua di bumi ini sangat keras, berat, selain itu warnanya tidak ada yang luar biasa, khas batu, banyak tersebar di Amerika Utara dan Eropa. Batu evolusi ada yang umurnya sampai 4.5 milyar tahun menurut analisis dengan menggunakan teknologi mutakhir.
Walaupun kekerasan dari batu akik evolusi ini sebanding dengan batu meteor, tetapi masih tetap kalah keras dengan batu mulia berlian yang menurut skala Mohr mencapai nilai kekerasan tertinggi dengan angka 10. Batu akik zaman es ini kalau diadu, dipantik terus menerus akan menghasilkan percikan api.
Penduduk sekitar Lapland, Finlandia mempunyai alat pengusir nyamuk di dekat danau-danau tanah gambut dengan menggunakan 2 batu basal gosokan kecil sebesar uang logam yang diberi pegangan kayu dan dikalungkan di leher. Sepasang batu tersebut kalau diadu terus-menerus terbukti mengeluarkan suara frekuensi tinggi yang kebisingannya mengusir nyamuk. Batu di zaman batu dengan sentuhan ide teknologi zaman modern ini saya beli dari daerah asalnya.
Batu Pijakan
Banyak orang memakai batu akik atau batu mulia tanpa mengenal prosesnya, asal-usulnya, kekerasannya, hanya dari penampakan luar dan harganya. Sekeras batu itu harga dari sebuah prinsip pendidikan orangtua. Lingkungan sekitar telah menguji batu-batu yang tersebar di mana-mana, apakah akan tetap eksis dan dapat dihargai atau terbenam dalam lumpur dan hancur jadi debu, hilang lenyap.
Karya dan perbuatan baik manusia diharapkan tetap membumi seperti batu akik evolusi atau batu mulia berlian yang indah, tahan uji seperti batu meteor yang berasal dari langit menembus bumi dengan suhu tinggi, dan menjadi batu pijakan (stepping stone) bagi generasi muda.
Selamat ulang tahun ke-88 buat ibuku tersayang, lewat pelukan hangat.
Bintoro Gunadi
Peminat sosiobiologi, lintas agama/aliran kepercayaan, dan ilmu pengetahuan.
Penggiat becocok tanam alami melalui daur ulang sampah organik. Pendiri www.burnabyredwigglers.com
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara