Menurut perspektif beberapa ahli, agama datang kedunia untuk memberikan kedamaian pada umat manusia. Namun, dalam catatan sejarah, agama justru menjadi pemicu terjadinya konflik dan kekerasan yang menyengsarakan manusia. Lalu bagaimana Buddhisme mengajarkan toleransi dan anti kekerasan? Anda perlu menyimak buku tipis karya Bhikkhu Pharma Vudhijaya Vajiramedhi (V.Vajiramedhi) ini.
Meskipun kecil, banyak pelajaran dari buku karya V. Vajiramedhi ini. Ada dua pelajaran penting. Pertama, adalah terkait tips untuk memulai damai dari dalam diri karena ini adalah inti dari makna damai sebenarnya. Misalnya, melatih kesabaran, tidak reaktif terhadap perbedaan, pentingnya bertukar pikiran, dan menjadi pribadi yang pemaaf.
Kedua, buku ini juga memberikan pengetahuan sejarah dan konsep perdamaian dan toleransi, terutama dalam Buddha. Beberapa prinsip penting ajaran Buddha yang akan Anda temukan dalam buku ini adalah agama Buddha tidak pernah menggunakan kekerasan, tidak berkata buruk, dan tanpa penindasan.
Gerakan ahimsa tertua di dunia
Dalam sejarahnya, agama Buddha adalah gerakan anti kekerasan tertua di dunia. Raja Ashoka penguasa Kekaisaran Maurya Gupta di India yang hidup pada masa 273 SM sampai 232 SM memiliki pandangan yang jauh melampau zamannya.
Dia menyatakan bahwa memaksa semua orang untuk hidup dengan memeluk satu agama tidaklah sesuai dengan sifat-sifat manusia yang berbeda dalam pengetahuan dan kebijaksanaannya. Pandangan ini merupakan prinsip penting kebebasan beragama seperti tercantum dalam salah satu prinsip hak asasi manusia.
Agama Buddha menolak kekerasan dengan segala bentuknya
Salah satu ajaran buddhis yang penting juga adalah memberi maaf (abhaya dana). Memberi maaf bukan berarti melupakan sesuatu yang menyakitkan, namun sebuah kesadaran penting bahwa kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan lain.
Seperti yang kita tahu, banyak tokoh dunia yang menggunakan pemaafan ini sebagai upaya mendamaikan dunia. Misalnya, Nelson Mandel, Presiden Afrika Selatan yang berhasil mendamaikan perang sipil antara warga lokal kulit hitam dan warga kolonial kulit putih.
Aung San Su Kyi, pemimpin politik di Myanmar menjadi tahanan rumah selama dua dekade akibat aktivitas politiknya. Namun, saat dia dibebaskan, satu hal yang diungkapkan adalah pemaafan. Aksi pemaafan ini terbukti mampu meredakan ketagangan, mendinginkan proses rekonsiliasi dan perdamaian.
Buku kecil ini memberikan banyak manfaat dan pengetahuan penting. Layak untuk dijadikan bacaan di waktu senggang.
Judul Buku: Toleransi dan Anti Kekerasan, Jalan Menuju Perdamaian
Penulis: Ven V. Vajiramedhi
Penerbit: Diandharma, Jakarta
Cetakan: 1, Maret 2022
Jumlah Halaman: 77 halaman
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara